sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kejadian gempa tektonik pada Juni meningkat dibandingkan Mei

 Dua gempa tercatat sebagai bencana pada Juni.

Hermansah
Hermansah Rabu, 01 Jul 2020 08:16 WIB
Kejadian gempa tektonik pada Juni meningkat dibandingkan Mei

Selama Juni 2020 terdapat 667 gempa tektonik dengan magnitudo dan kedalaman yang bervariasi. Jumlah ini meningkat dibandingkan pada sebelumnya, Mei 2020, yang hanya sebanyak 557 kali.

Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono, mengatakan, dua gempa tercatat sebagai bencana pada Juni. Bencana gempa tersebut bagian kecil dari ratusan gempa tektonik yang hanya terjadi pada Juni.

"Sedangkan pada periode awal Januari hingga 30 Juni 2020, BNPB mencatat 10 kejadian bencana gempa bumi yang dilaporkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)," jelas dia dalam keterangan resminya, Selasa (30/6) malam. 

Ia juga menyampaikan, gempa signifikan terjadi pada bulan Juni sebanyak 16 kali dengan magnitudo lebih dari 5,0. Jumlah ini meningkat pada bulan sebelumnya, sebanyak 13 kali. 

Pantauan BMKG selama Juni 2020, gempa merusak sebanyak dua kali, yakni gempa Aceh-Sabang pada 4 Juni 2020 lalu. Kekuatan M4,8 merusak beberapa rumah, sedangkan pada tanggal yang sama di Maluku, gempa M6,8 merusak ratusan rumah. 

Gempa M6,8 yang terjadi di Maluku Utara ini dipicu oleh subduksi Lempeng Laut Filipina. Kerusakan ratusan rumah terjadi di Pulau Morotai, Maluku Utara. 

BMKG menganalisis sejumlah gempa tektonik tersebut berada di zona aktif gempa wilayah Aceh-Sabang, Bengkulu, Lampung, selatan Banten dan Jawa Barat, selatan Jawa Timur, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Banda, Palu, Poso, Morowali, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Mamberamo dan Papua. 

Sebagai bagian upaya peringatan dini BMKG mengoperasikan 372 sensor seismograf. Pihaknya masih akan melakukan pembangunan 39 lokasi pada 2020 dan 29 lagi pada tahun depan. Di samping itu, BMKG juga mengoperasikan 590 peralatan penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang terdiri dari DVB (205), WRS (70) dan WRS NewGen-Realtime (315) yang dipasang pada 2019.

Sponsored

Sejumlah perangkat bagian dari sistem peringatan dini tersebut dibutuhkan mengingat wilayah nusantara yang berisiko tinggi gempa bumi. Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) merilis sumber gempa di Indonesia mencapai 295. Sebanyak 242 sumber gempa baru yang teridentifikasi menambah 53 sumber gempa yang sebelumnya terpetakan pada tahun 2010.

Berdasarkan data InaRISK, Indonesia memiliki potensi bahaga gempa bumi dengan kategori sedang hingga tinggi. Wilayah Indonesia yang berpotensi bahaya mencakup lebih dari 52 juta hektar, sedangkan populasi terpapar hingga lebih dari 86 juta jiwa. 

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat data dari kurun waktu 1 Januari 2020 hingga 29 Juni 2020, kejadian bencana alam sebanyak 1.549 kali. Dari total kejadian, lebih dari 99% merupakan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor dan angin puting beliung. Rincian jumlah kejadian bencana pada kurun waktu tersebut yakni banjir 620 kejadian, puting beliung 425, tanah longsor 330, kebakaran hutan dan lahan 139, gelombang pasang atau abrasi 21, gempa bumi 10, erupsi gunung api 3 dan kekeringan 1.

"Di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi penularan, tantangan masyarakat menjadi bertambah. Contonya, kejadian bencana yang terjadi di wilayah dengan kasus positif tinggi. Ini membutuhkan kesiapsiagaan ekstra dan antisipasi semua pihak di daerah sehingga potensi tertular pada saat melakukan respon darurat dapat dihindarkan," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid