Tingginya curah hujan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) sejak malam pergantian tahun, mengakibatkan banjir di sejumlah lokasi di Ibu Kota. Hingga Jumat (3/1) pukul 09.00 WIB, tercatat 43 jiwa meregang nyawa dan lebih dari 31.000 orang mengungsi.
Banjir pun menjadi sorotan warganet. Tim riset Alinea.id menangkap lebih dari 100.000 kicauan di Twitter sejak 1-2 Januari pukul 16.00 WIB. Suara mereka pun terbelah, terutama terkait menuding sosok yang dianggap bertanggung jawab atas bencana kali ini.
Suara sumbang atau hujatan terhadap Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, misalnya, mencapai 33.836 kicauan dibanding 22.133 tweet yang membela.
Kicuan yang menghujat seperti akun @RizmaWidiono yang mentweet terkait pemberitaan media tentang petisi copot Anies Baswedan. Unggahan ini pun di-retweet sebanyak 770 kali dan disukai oleh 1.998 akun.
Kritik tak kalah keras juga ditweet akun @BuuloloArianto yang menggelar polling retweet untuk dukungan agar Anies mundur dan like sebagai sikap mendukung Anies untuk tetap beretorika. Hasilnya, kicauan ini di-retweet sebanyak 1.050 kali dan like 218 akun.
Sebaliknya, kicauan yang cenderung membela Anies, ditunjukkan seperti tweet @Ustadtengkuzul yang mempertanyakan sorotan hanya kepada Anies ketika banjir akibat curah hujan di provinsi lain juga tinggi. Argumennya ini di-retwwet sebanyak 1.744 kali dan like 7.182 kali.
Tak hanya tentang Anies yes or no, akun @Ima23209529 mengunggah foto banjir di Bandung dan menyindir media televisi lebih sibuk memberitakan banjir Jakarta. Kicauan ini pun di-retweet 4.136 kali dan like 3.578 akun.
Kemudian tentang peringatan bahaya penyakit akibat banjir juga banyak direspons oleh netizen.
Sementara terkait hoaks juga muncul, seperti kicauan @UtuhWibowo yang menyebut Gubernur DKI Jakarta jadi sasaran hoaks. Kicauannya pun direspon netizen dengan 641 retweet dan 858 like serta dikomentari oleh 131 akun.
Sebelumnya, Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Herizal, memaparkan curah hujan di Jabodetabek merupakan yang tertinggi dalam kurun waktu 150 tahun terakhir.
Saat banjir terjadi, pengukuran BMKG menunjukkan curah hujan tertinggi tercatat di Bandara Halim Perdana Kusuma dengan intensitas 377 mm/hari, disusul di TMII sebesar 335 mm/hari, Kembangan 265 mm/hari, Pulo Gadung 260 mm/hari, Jatiasih 260 mm/hari, Cikeas 246 mm/hari, dan di Tomang sebesar 226 mm/hari.
Curah hujan 377 mm/hari di Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, merupakan rekor baru curah hujan tertinggi sepanjang ada pencatatan hujan di Jakarta. Bahkan, angka tersebut juga tertinggi sejak pengukuran pertama kali dilakukan tahun 1866 pada zaman kolonial Belanda.
Curah hujan tinggi tersebut dipengaruhi oleh penguatan aliran monsun Asia dan indikasi jalur daerah konvergensi massa udara atau pertemuan angin monsun intertropis yang berada tepat di atas wilayah Jawa bagian utara.
Kendati cuaca ekstrim dan fenomena meterologis, Herizal menyebut penyebab banjir juga dipicu sejumlah faktor lain. Ia membeberkan besarnya limpasan air dari daerah hulu, berkurangnya waduk dan danau tempat penyimpanan air juga menjadi penyebab banjir Ibu Kota.
Selain itu, permasalahan menyempit dan mendangkalnya sungai akibat sedimentasi dan penuhnya sampah, rendaman rob akibat permukaan laut pasang serta faktor penurunan tanah (ground subsidence) yang meningkatkan risiko genangan air turut berperan dalam bencana kali ini.