sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tawuran remaja: Eksistensi dan adu jago geng

Tawuran remaja marak terjadi belakangan, menimbulkan korban jiwa dan belum terselesaikan.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Sabtu, 12 Mar 2022 15:36 WIB
Tawuran remaja: Eksistensi dan adu jago geng

Pada Minggu (6/3) siang, Yuli menyaksikan dua kelompok remaja saling serang menggunakan balok serta senjata tajam jenis celurit dan parang di bilangan Poris Gaga, Batuceper, Tangerang, Banten. Ia sempat panik ketika melihat seorang remaja terkapar bercucuran darah di depan sebuah ruko pakaian lantaran dibacok dengan senjata tajam.

“Dua-duanya (kelompok) ada yang bawa celurit, saya enggak tahu tiba-tiba mereka saling kejar-kejaran,” kata Yuli saat berbincang dengan Alinea.id di Poris Indah, Tangerang, Banten, Minggu (6/3) sore.

“Takut banget saya.”

Usai kelompok pemuda yang membacok kabur, Yuli mendekati remaja yang terluka itu. Remaja tersebut ternyata tetangganya di Blok Tempe, Poris Gaga, Tangerang bernama Juan. Remaja itu lantas dibawa ke Rumah Sakit Sari Asih, Cipondoh, Tangerang untuk mendapat perawatan.

Yuli mengatakan, bukan cuma Juan yang jadi korban. Dua remaja lainnya, kata dia, ada yang terluka pula karena senjata tajam.

Perempuan yang sehari-hari berdagang di emperan sebuah toko di bilangan Poris Gaga itu mengaku, lingkungannya sebenarnya bukan lokasi rawan tawuran. Karenanya ia kaget ketika menyaksikan dua kelompok remaja saling serang dengan senjata tajam di siang hari.

Maraknya tawuran remaja

Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Jakarta Barat berhasil mengamankan sekelompok remaja yang hendak melakukan tawuran di dua lokasi berbeda di Jakarta Barat, Senin (7/3/2022). Foto metro.polri.go.id.

Sponsored

Boim—bukan nama sebenarnya—yang ada di lokasi saat kejadian tawuran menuturkan, Minggu (6/3) siang ia berkumpul dengan beberapa remaja di Blok Tempe. Lantas, ada seorang rekannya yang nyeletuk.

“’Jadiin enggak nih?’” kata Boim, menirukan ucapan seorang rekannya, Senin (7/3).

Tak lama, beberapa remaja yang mengendarai sepeda motor datang, membawa celurit. Dengan cepat, mereka membacok salah seorang remaja.

“Tiba-tiba ada yang nyerang, sekitar tiga atau empat motor,” ucap Boim.

Ternyata, tanpa sepengetahuannya, teman-teman Boim sudah menyiapkan kelewang dan bambu sebagai senjata. Bentrok pun terjadi hingga ke jalan umum perumahan Poris.

“Saya akhirnya juga ikut ngejar mereka (kelompok penyerang),” katanya.

Pascaperistiwa itu, Boim baru mengetahui, bentrok dipicu dari aksi saling ejek dan menantang di media sosial.

“Anak sini ditantang, kayaknya sih sama anak Gang Warung di seberang sana,” tuturnya.

Sementara Endang, paman Juan, mengatakan kondisi keponakannya sangat kritis saat dibawa ke rumah sakit. Endang mengaku tak mengerti mengapa keponakannya jadi korban pembacokan.

“Salah apa dia?” ujar Endang, Minggu (6/3) sore.

Ia juga tak mengetahui mengapa Juan bisa ikut-ikutan tawuran. Sepengetahuan Endang, keponakannya adalah remaja yang pendiam dan tak suka cari masalah.

Akibat tawuran antarremaja itu, Polres Metro Tangerang Kota menangkap enam remaja yang terlibat. Polisi juga tengah memburu tiga remaja lainnya. Diketahui, kelompok remaja yang terlibat tawuran masih berstatus pelajar SMP. Mereka berasal dari sekolah yang sama, tetapi beda geng.

Aksi tawuran yang melibatkan remaja marak beberapa waktu belakangan. Misalnya, pada Kamis (20/1) sore, kelompok pelajar SMA terlibat bentrok di Jalan Bekasi Timur, Jatinegara, Jakarta Timur.

Bahkan, ada tiga kali tawuran dalam sehari yang terjadi pada Rabu (2/2) di Jakarta Timur. Tawuran pertama terjadi pada Rabu (2/2) dini hari di Jembatan Malaka, Ciracas.

Tawuran kedua, terjadi di Jalan Raya PKP, Ciracas pada Rabu (2/2) sore. Dan, tawuran ketiga terjadi di bawah flyover Kampung Melayu, Jatinegara pada Rabu (2/2) malam.

Di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur pada Sabtu (19/2) tawuran antarremaja juga pecah. Kemudian, di Jalan Raya Daan Mogot, Glogol, Jakarta Barat terjadi pula tawuran antarpelajar pada Kamis (17/2).

Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan, polisi sudah memetakan titik rawan tawuran di wilayah Ibu Kota. Akan tetapi, ia mengaku masih ada beberapa wilayah yang lepas dari pemantauan polisi dan tiba-tiba menjadi arena tawuran.

“Kami sebenarnya sudah melakukan pencegahan terjadinya tawuran melalui patroli siber di media sosial,” kata Zulpan, Rabu (9/3).

“Tapi, memang masih ada satu-dua kejadian (tawuran).”

Zulpan menyebut, polisi berhasil mengantisipasi sebelum tawuran terjadi di Tanjung Priok, Jakarta Utara dan Manggarai, Jakarta Selatan.

“Sehingga mereka (pelaku tawuran) mencari daerah lain, yang boleh dikatakan, ketika petugas lengah di situ mereka akan melakukan pertemuan untuk tawuran,” ucapnya.

Sebab dan solusi

Polres Metro Tangerang Kota menunjukkan beberapa senjata tajam sebagai barang bukti tawuran di Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (26/2/2022). Tawuran itu menyebabkan seorang tewas. Foto metro.polri.go.id.

Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Arthur Josias Simon menilai, kelompok remaja sudah menjelma menjadi geng. Mereka melakukan aksi tawuran sebagai eksistensi.

“Semula nongkrong-nongkrong kelompok, lama-lama jadi geng,” kata Josias, Senin (7/3).

“Mereka lama-lama punya identitas, menyebut nama kelompok A, B, dan C.”

Fenomena tawuran yang kerap berulang di Jakarta dan sekitarnya, dipandang Josias terjadi karena ada unsur balas dendam. Sehingga tak kunjung berhenti, hanya mereda sesaat.

Sedangkan Zulpan mengatakan, berdasarkan fakta hukum yang ditemukan kepolisian di tempat kejadian perkara, mayoritas pelaku tawuran ingin mencari identitas diri.

“Tapi dengan jalan yang salah, yaitu ikut kelompok geng tertentu," ucap Zulpan.

Penyebab lainnya, menurut Zulpan, tawuran terkait dengan peredaran narkoba. Hal itu dibuktikan dari beberapa pelaku tawuran yang berhasil ditangkap polisi, positif menggunakan narkoba.

“Mereka sebelum melakukan tawuran itu terlebih dahulu mengonsumsi narkoba,” ujarnya.

“Ini menjadi fenomena baru karena mereka merasa dengan menggunakan narkoba menjadi lebih berani.”

Temuan itu, kata Zulpan, bisa dilihat dalam kasus tewasnya seorang remaja yang dikeroyok karena diteriaki maling di wilayah Tarumajaya, Bekasi, Jawa Barat pada Sabtu (5/2) malam. Padahal, remaja itu tengah mencari kucingnya yang hilang.

Menurut Zulpan, pelaku pengeroyokan itu adalah sekelompok remaja yang hendak tawuran di Tanjung Priok. “Ternyata, para pelaku itu menggunakan sabu-sabu,” kata dia.

Selain itu, Zulpan menyebut, media sosial ikut menjadi pemicu aksi tawuran yang marak di beberapa tempat. Berdasarkan pantauan patroli siber Polda Metro Jaya, ujar Zulpan, tawuran di Jakarta dan sekitarnya bermula dari perselisihan di media sosial.

Josias pun membenarkan hal itu. “Karena sekarang punya medsos jadi cara memprovokasi,” ujarnya.

Terkadang, tawuran juga dibuat janji waktu dan tempat lewat media sosial. “Beda sama dulu, yang ketemuan biasa di jalur sekolah,” kata Josias.

Untuk mencegah aksi tawuran, Zulpan mengatakan, kepolisian sudah banyak melakukan langkah preventif, seperti penyuluhan kepada remaja rentan tawuran dan melakukan patroli.

Zulpan menuturkan, tawuran bisa menjerat remaja ke dalam masalah kriminal. Oleh karenanya, ia menyarankan orang tua lebih aktif mengawasi anak-anaknya agar tak terlibat tawuran.

“Kalau tawurannya sudah menggunakan senjata tajam dan ada korban jiwa, itu kita proses (hukum) semuanya,” ucapnya.

Meski begitu, ia menegaskan, mengatasi persoalan tawuran tak bisa sepenuhnya mengandalkan kerja polisi. Kata Zulpan, dibutuhkan peran aktif semua pihak, seperti dinas pendidikan, guru, tokoh agama, tokoh masyarakat, termasuk keluarga demi menekan perkara tawuran.

Di sisi lain, Josias menambahkan, tak cukup menggunakan pendekatan hukum untuk meredam tawuran remaja. Namun, senada dengan Zulpan, butuh pendekatan dari semua pihak, termasuk pemerintah daerah.

"Lingkungan yang sehat harus terbentuk,” kata dia.

“Kalau dulu sekolah itu terlibat (mengawasi) karena mereka (pelaku tawuran) kan ada di sekolah. Nah sekarang enggak bisa.”

Berita Lainnya
×
tekid