sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hak pemain dalam nilai sepak bola

Saat Prancis juara dunia 2018, fans bola di Indonesia tidak tahu siapa Presiden FFF.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Sabtu, 11 Jun 2022 22:57 WIB
Hak pemain dalam nilai sepak bola

Prestasi menjadi hak asasi pemain dalam nilai sepak bola yang hakiki. Sedangkan kekalahan merupakan tanggung jawab mutlak seorang pelatih. Itu semua prinsip sportivitas yang dijunjung tinggi, sesuai makna kata "olah raga".

Harian L'Équipe melaporkan bahwa presiden Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) Noël Le Graët berselisih dengan Kylian Mbappe dan sejumlah pemain nasional Prancis lain. Bintang-bintang tim Ayam Jantan keberatan diasosiasikan dengan sponsor tertentu, seperti perusahaan taruhan judi bola.

Mbappe telah memboikot komitmen sponsorship jeda internasional bulan Maret 2022 karena ketidaksepakatan atas aturan hak 'image' yang dimiliki pemain Prancis dengan FFF. "Saya tidak meminta banyak. Hanya saja saya ingin mengatur karir saya sesuai keinginan saya, dengan cara yang cocok dengan saya, dan nilai-nilai yang ingin saya dukung," kata Mbappe.

Perseteruan Presiden FFF dengan Mbappe dkk, yang jelas, Mbappe sudah menyiapkan pengacara. Hak pemain benar-benar menjadi sebuah kehormatan. Sejumlah pemain Prancis keberatan disponsori perusahaan judi bola. Mbappe cs merasa haknya sudah dilangkahi hanya menjadi "akal-akalan" Presiden FFF.

Saat Prancis juara dunia 2018, fans bola di Indonesia tidak tahu siapa Presiden FFF. Noël Le Graët tidak diklaim sebagai tokoh utama di balik kemenangan hebat Prancis (4-2) atas Kroasia di final.

Bayangkan kalau dia atau oknum penjilat di FFF memerintahkan media officer agar menyuruh orang lain dan orang lain itu memesan tulisan kepada orang lain lagi untuk membuat satu opini tendensius. Isinya menyiarkan bahwa juara dunia 2018 diraih berkat kehebatan Le Graët memimpin sepak bola Prancis. Seantero negeri Tricolore mungkin akan heboh. Klaim seperti itu tak pernah beredar luas di publik Prancis. 

 

Sementara, di Indonesia, sedikit berbeda. Situs resmi federasi 159 FIFA menerbitkan sebuah opini bahwa tokoh utama di balik kemenangan Indonesia ialah Iwan Bule, pemimpin PSSI, yang sejak 2 November 2019 menorehkan prestasi cemerlang.

Sebenarnya tokoh utama di balik kemenangan Indonesia (2-1) atas Kuwait tidak ada di dalam Statuta PSSI 2018 yang berisi 13 bab dengan seluruhnya 84 pasal. Timnas hanya tercantum dalam satu klausul di poin (24) Pasal 1 sebagai tim perwakilan (representative team) PSSI yang dibentuk oleh PSSI untuk bermain pada pertandingan-pertandingan internasional yang diselenggarakan oleh FIFA, AFC atau AFF. Jika klausul itu ditafsirkan, PSSI berarti asosiasi, jadi lebih dari sekadar Ketua Umum, seperti halnya FFF bukan hanya Noël Le Graët di Prancis.

Heroisme lapangan hijau ditunjukkan 11 pemain inti Garuda dan lima pengganti, di baliknya ada tujuh nama cadangan, seluruh ofisial timnas, dan Coach Shin Tae-yong. Disokong Duta Besar RI Lena Maryana, dukungan gegap-gempita diaspora menjadi 500 suporter di tribun. Segenap fans Garuda yang berdoa selama 2x45 menit pun dapat disebut sebagai pahlawan.

Siber raya riuh dengan trending topic "Iwan Bule" di Twitter, Jumat (10/6). Alinea telah mengirim pesan singkat permintaan komentar kepada petugas media PSSI ihwal tersebut, namun tidak mendapat tanggapan.

Awak timnas di Kuwait tidak terpengaruh kegaduhan tentang Iwan Bule dan PSSI di Tanah Air. Pertanyaan mengherankan bagi kita hari ini adalah: Mengapa tidak Elkan Baggot cs meniru Mbappe dkk?

Baggot dkk tentu boleh merasa keberatan sukses mereka menang atas Kuwait 2-1, Rabu (8/6), diasosiasikan dengan pihak tertentu di luar lapangan. Apalagi, misalnya, itu pihak yang berada di luar 90 menit pertandingan, tidak mau ikut menanggung risiko terancam dehidrasi dari cuaca panas 39 derajat Celcius. Pengacara dua negara dari Indonesia-Inggris barangkali siap membantu kalau Elkan dkk mau bersikap seperti Mbappe cs.

Kala pasukan STY berjuang mengembalikan kepercayaan diri, baru sekali menang di Grup A, sepatutnya dari balik layar pengurus PSSI mendukung mereka. Timnas senior Merah-Putih sejak lama terperosok ke dalam jurang penuh catatan kekalahan memalukan tanpa pernah lagi menjuarai apa-apa. Tapi, faktor X di luar lapangan bisa saja mengganggu skuad Garuda pada kualifikasi putaran ketiga Piala Asia 2023.

Di dalam lapangan, lihatlah Saddil Ramdani dan Witan Sulaiman hampir kewalahan diganggu tangan-tangan jahil pemain Kuwait. Karena kalah lari, lawan yang curang mendorong mereka biar keseimbangan oleng dan jatuh kesakitan. Rachmat Irianto dibrutali kiper di kotak penalti, beruntung tidak pingsan, kipernya cuma dikartukuningkan. Asnawi Mangkualam ditebas kakinya tanpa kasihan. Wasitnya bahkan berulang kali terintimidasi.

Semua kejadian dalam pertandingan itu sejauh ini tidak digubris publik sepak bola internasional. Timnas jauh dari sorotan dunia sebab hanya peringkat 159 FIFA, belum resmi naik ke 158. Nasib miris sepak bola Indonesia dalam persaingan kehormatan antarbangsa.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid