close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Elektabilitas Prabowo kian menjauhi Ganjar Pranowo karena dukungan basis massa Jokowi kian solid. Foto BPMI Setpres/Laily Rachev
icon caption
Elektabilitas Prabowo kian menjauhi Ganjar Pranowo karena dukungan basis massa Jokowi kian solid. Foto BPMI Setpres/Laily Rachev
Pemilu
Kamis, 21 September 2023 08:15

Hitung-hitungan Denny JA jika Ganjar jadi bacawapres Prabowo dan sebaliknya

Prabowo dan Ganjar memperoleh dukungan 64,9%. Sementara Anies dan Muhaimin  mendapat  suara 16,6%.
swipe

Pendiri lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA berandai-andai, jika akhirnya yang maju di Pemilu Presiden 2024 hanya dua pasang capres dan cawapres saja, yaitu  Anies dengan wakilnya Muhaimin melawan Prabowo dengan wakilnya Ganjar pranowo.

Menurut dia, pastilah siapapun yang menang, pelaksanaan pilpres hanya berlangsung satu putaran saja. 

Dengan begitu, dana yang begitu besar, yang diperlukan untuk putaran kedua, dapat dihemat. Begitu pula dengan tenaga, pikiran, emosi untuk putaran kedua bisa dialihkan untuk hal-hal lain. Pilpres menjadi sangat efisien. 

"Lalu siapakah yang menang jika hanya dua pasang capres cawapres saja?  Kita lihat datanya. Ini survei yang baru saya selesai dari LSI Denny JA, September 2023," tutur dia dalam keterangan resminya, Kamis (21/9).

Hasilnya: Prabowo dan Ganjar memperoleh dukungan 64,9%. Sementara Anies dan Muhaimin  mendapat suara 16,6%.

Kemenangan Prabowo dan Ganjar akan telak sekali, dengan selisih di atas 40%. Inilah yang menurutnya sebagai kemenangan tertinggi dalam sejarah pemilu langsung di Indonesia.

Dia menyebt, SBY pernah menang besar di Pilpres 2004 dan 2009, tetapi kemenangannya di bawah 61%. Sementara  Prabowo yang berpasangan dengan Ganjar, kemenangannya di atas 62%.

"Bagaimana jika dibalik? Ganjar capresnya, Prabowo cawapresnya. Mereka juga tetap menang, tetapi kemenangannya di angka 60%. Sementara Anies dan Muhaimin memperoleh 20,6%," ucap dia.

Memang ini juga kemenangan telak. Tetapi menurutnya, selisih kemenangannya di bawah 40%. Sementara  jika Prabowo yang capres, kemenangannya selisih di atas 40%.

"Namun mungkinkah Ganjar bersedia mengalah menjadi cawapres saja?  Jika kalkulasinya semata-mata rasional, itu mungkin. Kemenangan Prabowo sebagai capres jauh lebih telak ketimbang kemenangan Ganjar sebagai capres," ucap dia.

Menurutnya, pemilu presiden adalah peristiwa politik. Kalkulasinya adalah kalkulasi politik, yang berbeda cara menghitungnya. 

PDIP misalnya pasti merasa  partai yang terbesar. Partai ini tak ikhlas jika calonnya, kadernya, petugas partainya, hanya menjadi cawapres saja. Apalagi jika PDIP yakin Ganjar akan mengalahkan Prabowo di putaran kedua.

"Tetapi sekali lagi sebelum pendaftaran capres-cawapres ditutup (19-25 November), segala hal masih mungkin saja terjadi," kata dia.

Terlebih, ada pameo terkenal di dunia politik: kecuali mengubah lelaki menjadi perempuan dan mengubah perempuan menjadi laki-laki, politik praktis bisa mengubah apapun. 

Itu juga termasuk bisa mengubah siapa pun yang akhirnya menjadi capres dan cawapres.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan