sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kans Ahok merebut kursi DKI 1 setelah ibu kota tak lagi "merah"

Nama Ahok masih populer di kalangan warga ibu kota. Apakah PDI-P berani kembali mencalonkan dia di Pilgub DKI Jakarta?

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Selasa, 26 Mar 2024 16:06 WIB
Kans Ahok merebut kursi DKI 1 setelah ibu kota tak lagi

Politikus PDI-Perjuangan (PDI-P) Basuki Tjahja Purnama alias Ahok kembali masuk radar calon gubernur di Pilgub DKI Jakarta 2024. Per Januari 2024 atau sekitar 5 tahun setelah bebas dari penjara, sesuai putusan Mahkamah Konstitusi nomor 56/PUU-XVII/2019, Ahok sudah kembali memenuhi syarat untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah. 

Dalam sebuah perbincangan di siniar Total Politik, belum lama ini, eks Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019, Mohammad Sanusi menyebut Ahok masih punya hasrat politik yang tinggi untuk memegang jabatan publik. Ia mengklaim Ahok mundur dari jabatan Komisaris Utama (Komut) Pertamina demi memuluskan langkahnya maju kembali sebagai kandidat di Pilgub DKI Jakarta. 

"Dari merah, (PDI-P) untuk masuk lagi di gelanggang Pilkada DKI. Makanya, di ujung dia (mundurnya). Kalau dia mau politik beneran, kan harusnya dia mundur dari Pertamina itu jauh sebelum pileg sehingga dia bisa maju jadi (calon anggota) legislatif. Mungkin bisa jadi dia masih mampu," kata sobat lama Ahok itu. 

Ahok melepas jabatan Komut Pertamina jelang pencoblosan Pemilu 2024 pada Februari lalu. Gubernur DKI Jakarta periode 2014-2017 itu memutuskan mundur supaya leluasa mengampanyekan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Di Pilpres 2024, pasangan itu diusung PDI-P, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan sejumlah parpol nonparlemen. 

Jabatan Komut Pertamina disebut-sebut "hadiah" dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk Ahok selepas menjalani hukuman penjara selama 1 tahun 8 bulan. Ahok dibui lantaran dianggap bersalah dalam kasus dugaan penistaan agama jelang Pilgub DKI 2017. 

Meski lama tak berpolitik praktis, nama Ahok masih terbilang populer di ibu kota. Survei Indikator Politik yang dirilis pada Mei 2023 menemukan sebanyak 12,6% responden bakal memilih Ahok di Pilgub DKI Jakarta dalam skema top of mind

Eks Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bercokol di posisi kedua dengan raihan 7,4%, diekor Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno (6,2%), dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (6%). 

Dalam simulasi semi terbuka dengan 27 nama kandidat, Ahok masih mendominasi dengan elektabilitas sebesar 19,3%. Elektabilitas Anies untuk Pilgub DKI Jakarta 2024 turun drastis lantaran pada saat survei digelar Anies sudah diusung Partai NasDem untuk jadi calon presiden di Pilpres 2024. 

Sponsored

Analis dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak menilai Ahok masih berpeluang untuk maju di Pilgub DKI Jakarta 2024. Namun, ia pesimistis Ahok bisa memenangi kontestasi elektoral lima tahunan itu. 

Ia merinci sejumlah faktor pengganjal. Pertama, modal sosial-politik Ahok tak lagi sekuat pada 2017. Kedua, Ahok tak lagi berada di lingkaran kekuasaan dan Jokowi kemungkinan besar tak akan mendukung Ahok di Pilgub DKI. Di Pilpres 2024, Jokowi membelot dari PDI-P dengan meng-endorse pasangan Prabowo-Gibran.

Mungkin saja PDI-P akan menjadi pintu masuk bagi Ahok. Tetapi, saat ini PDI-P tidak lagi se-powerful sebelumnya. Jokowi tampaknya juga tidak akan meng-endorse Ahok. Alasannya jelas. Di pilpres lalu, Ahok berada di kubu sebelah," ucap Zaki saat dihubungi Alinea.id di Jakarta, Senin (25/3).

Hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta menunjukkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai pemenang Pileg 2024 untuk tingkat DKI. PKS meraup 1.143.912 suara. Mengantongi 941.794 suara, PDI-P tergeser dari kursi penguasa provinsi. Golkar bercokol pada posisi ketiga dengan raupan 617.073 suara. 

Meskipun Anies kemungkinan tak akan mencalonkan diri lagi, menurut Zaki, Ahok juga harus berhadapan dengan kandidat-kandidat yang tak kalah kuat jika diusung maju. Ia mencontohkan nama politikus Golkar Ridwan Kamil dan Ahmad Zaky serta politikus Gerindra Riza Patria. 

"NasDem juga sudah muncul dengan nama (Ahmad) Sahroni dan sebagainya. Partai Demokrat mungkin akan mengusung AHY (Agus Harimurti Yudhoyono). Jadi, pintu parpol sudah nyaris tertutup. Di lain sisi, Golkar saat ini juga lagi powerful setelah suaranya melejit pada Pileg 2024," ucap Zaki.

Citra sebagai mantan narapidana, kata Zaki, juga bisa menjadi beban politik bagi Ahok saat melaju pada kontestasi Pilgub DKI Jakarta 2024. "Ini rentan untuk dimainkan dalam kontestasi pilgub. Jadi, Pilgub DKI 2024 memang bukan merupakan momentum bagus bagi Ahok. Eranya sudah selesai," imbuh dia. 

Analis politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Kunto Adi Wibowo sepakat Ahok masih berpeluang besar untuk diusung maju sebagai kandidat Pilgub DKI Jakarta. Namun, ia juga meyakini tak mudah bagi Ahok untuk memenangkan pertarungan politik. 

Di lain sisi, Ahok juga hanya bisa mengandalkan tiket dari PDI-P untuk mencalonkan diri. Parpol-parpol lain relatif sudah punya kandidat masing-masing. Tidak tertutup kemungkinan PDI-P mengusung nama kader lain untuk maju, semisal Menteri Sosial Tri Rismaharini.

"Kita harus lihat dinamika politik hari ini. Pak Ahok hari ini mungkin akan berbeda (kekuatan) dukungannya ketimbang (Pilgub DKI 2017). Kalau kemarin kan pendukung Pak Jokowi masih kuat. Kalau hari ini kan Pak Jokowi akan berpikir ulang untuk kemudian mendukung Pak Ahok dan PDI-P," ujar Kunto kepada Alinea.id.

Kunto melihat PDI-P juga belum serius berkonsolidasi untuk meningkatkan elektabilitas Ahok. Padahal, ada banyak nama kandidat kuat lain yang sudah masuk dalam bursa cagub DKI. "Tapi, peluang maju tetap ada untuk Ahok," ucap Kunto.

 

Berita Lainnya
×
tekid