sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Raihan suara Jokowi masih kedodoran di Banten

Di Provinsi Banten, Jokowi hanya menang di Kabupaten Lebak.

Khaerul Anwar
Khaerul Anwar Rabu, 16 Jan 2019 10:52 WIB
Raihan suara Jokowi masih kedodoran di Banten

Kurang dari 90 hari Pilpres 2019 digelar, elektabiltas petahana Joko Widodo (Jokowi) di daerah basis wakilnya, KH Ma’ruf Amin yakni Banten, ternyata masih kalah dari pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Ini terlihat dari hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), yang menyebut elektabilitas Jokowi-Ma’ruf di Banten berada 4% di bawah Prabowo-Sandiaga.

Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Banten Jokowi-Ma'ruf Amin, Asep Rahmatullah, mengatakan Jokowi-Ma’ruf Amin hanya unggul di Kabupaten Lebak dari total 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Sementara 7 Kabupaten/Kota lainnya kalah tipis.
 
Rendahnya suara Jokowi-Ma’ruf Amin di 7 Kabupaten/Kota di Banten, menurut Asep, karena mayoritas masyarakat di sana masih mudah terpengaruh isu hoaks. Misalnya: isu Jokowi anti islam, PKI dan senang mengkriminalisasi ulama.

Karena itu, kata Asep timnya bakal bekerja keras untuk meningkatkan perolehan suara bagi Jokowi-Ma'ruf di Banten. Asep menargetkan Jokowi-Ma’ruf Amin bisa memperoleh suara 60% sampai 65% di Banten.

“Kita akan terus kerja menyampaikan prestasi Jokowi karena selama ini hoaks mendominasi di Banten,” kata Asep.

Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Leo Agustino, merinci faktor penyebab rendahnya suara pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin di Provinsi Banten.

Pertama, mesin partai politik yang mengusung pasangan nomor urut 01 itu belum bergerak sejak tahapan kampanye dimulai.  

“Mesin partainya saya kira agak lamban. Soalnya, dalam pemilihan serentak ini caleg yang maju lebih banyak menyodorkan dirinya sendiri kepada masyarakat daripada capres yang ia dukung,” kata Leo.

Kondisi ini terjadi lantaran partai politik masih disibukkan dengan urusan persyaratan presidential threshold sebesar 20%. Jika tidak memenuhi syarat tersebut bagi partai politik, maka dapat dipastikan tidak bisa ikut lagi dalam kontestasi pada 2024.

“Supaya mereka bisa ikut pemilu, partai condongnya lebih memilih untuk menonjolkan calon-calon yang mereka usung agar lebih banyak dipilih masyarakat. Karena kalau tidak begitu, mereka berpotensi absen di 2024,” ujar Leo.

Door to door 

Kedua, isu Jokowi PKI. Menurut Leo, kekalahan Jokowi di Pemilu 2014 ternyata masih membekas dalam ingatan warga Banten.

Apalagi, kata Leo, isu-isu negatif seperti PKI, antek asing, masih menjadi persoalan serius yang menyerang kubu petahana sampai sekarang. 

“Ini jadi persoalan berat untuk tim kampanye (Jokowi-Ma’ruf) di Banten,” tuturnya.

Meskipun kini elektabilitas Jokowi di Banten sudah mulai mengalami perbaikan, kata Leo, namun hal itu dinilai belum cukup. Tim Kampanye Daerah (TKD) di Banten harus bekerja secara ekstra untuk melawan isu-isu negatif tersebut, mengingat pemilihan presiden hanya menyisakan waktu kurang dari 90 hari.

“TKD-nya sekarang harus kerja ekstra. Apakah mereka bisa mengelola suara dengan baik atau tidak, karena waktunya sudah mepet. Sekarang bukan hanya soft selling yang harus dilakukan TKD dan relawan, tapi juga sudah harus hard selling, kampanye door to door kepada masyarakat,” ucap Leo. 

Kemudian yang terakhir, suara di Banten dianggap sudah aman bagi kubu Prabowo-Sandiaga Uno lantaran merupakan basis daerah pemenangannya.

Pada pemilihan presiden 2014, Prabowo yang saat itu berpasangan dengan Hatta Rajasa mengantongi 57,1% suara. Sementara Jokowi-Jusuf Kalla 42,9% suara.

Karena itu, kata Leo, paslon nomor urut 02 lebih memfokuskan kemenangannya di wilayah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan sejumlah daerah lain di luar Pulau Jawa. Ini menandakan kubu Prabowo ingin menyerang jantung suara Jokowi di kota kelahirannya.

Karena itu, pusat kegiatan kampanye mereka dipindah ke Jawa Tengah. Mereka menganggap daerah seperti Jakarta, Jawa Barat dan Banten sudah pasti menang. 

“Oleh karena itu, mereka harus menang di daerah lainnya,” tuturnya.

Peran Ma'ruf Amin Tak Maksimal

Ketiga, meski KH Ma'ruf Amin sebagai putera Banten sudah bergerak ke daerah, menurut Leo, masih belum maksimal karena pesantren-pesantren yang dikunjunginya hanya yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Sedangkan Banten merupakan bukan daerah yang menjadi basis NU.

“Di Banten ini banyak irisan-irisan bukan hanya dengan NU, Persis ada di sini. Muhammadiyah ada di sini. Lalu Islam garis keras dan Islam Syiah belum banyak diraih juga,” kata Leo.

Keempat, peran Ma’ruf Amin untuk kampanye besar-besaran mensosialisasikan Jokowi bukan dari keluarga PKI dan anti Islam belum maksimal dilakukan. Termasuk oleh para relawan dan tim kampanye daerah di Banten.

“Nah yang begini-begini belum dilakukan oleh Pak Kiai dengan relawannya. Bahkan oleh TKD, sehingga isu terkait anti Islam, keluarga PKI masih menjadi cerita cukup hangat bagi warga di Banten,” ujar Leo.

Namun begitu, menurut Leo, kondisi ini masih bisa berubah sebelum pemilihan presiden berlangsung. Adalah tim kampanye di daerah yang menjadi penentu apabila calon yang diusungnya ingin menang di Pemilu 2019.

“Masih ada waktu kurang dari 3 bulan lagi, tinggal tim kampanyenya saja digenjot. Sebab bisa jadi, ini nanti akan berbalik menjelang pemilihan. Tinggal tim kampanye 01 sama 02 bisa cermat memperhitungkan segala kemungkinan,” ujar Leo.

Berita Lainnya
×
tekid