Konflik antara milisi Hezbollah dan Israel kian memanas. Kedua kubu potensial terlibat dalam perang terbuka setelah sebuah serangan roket menewaskan 12 anak di Majdal Shams, Sabtu (27/7) lalu. Kota kecil di Dataran Tinggi Golan itu berada di bawah penguasaaan Israel.
Tak seperti biasanya, Hezbollah membantah bertanggung jawab dalam serangan tersebut. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hakul yakin organisasi paramiliter yang berbasis di Lebanon itu pelakunya. Ia menjanjikan aksi balasan.
"Negara Israel tidak bisa dan tidak akan mengesampingkan hal ini. Kami merespons serangan ini dan respons itu akan berat," kata Netanyahu seperti dikutip dari Associated Press (AP).
Sejak perang antara Israel dan Hamas pecah pada Oktober 2023, Hezbollah telah ikut serta sebagai sekutu Hamas. Secara berkala, milisi Hezbollah meluncurkan roket ke wilayah Israel. Kontak senjata antara pasukan Israel dan Hezbollah pecah di kawasan perbatasan Israel-Lebanon hampir setiap hari.
Kepada media massa di Lebanon, para petinggi Hezbollah berulang kali menegaskan bahwa mereka tak akan menghentikan serangan ke Israel hingga kesepakatan gencatan senjata tercapai di Gaza.
Kenapa Hezbollah beraliansi dengan Hamas?
Hezbollah didirikan dengan bantuan Garda Revolusi Iran pada 1982. Tujuannya untuk mengusir pasukan Israel yang menginvasi Lebanon pada tahun yang sama. Selama belasan tahun, kelompok paramiliter itu berperang dengan Israel hingga akhirnya pasukan Israel memutuskan mundur dari Lebanon selatan pada 2000.
Berbaiat ke Iran dan beraliansi dengan Suriah, Hezbollah dianggap sebagai satu-satunya organisasi paramiliter di Timur Tengah yang mampu menyaingi kekuatan militer Israel. Hezbollah juga menolak keberadaan Israel di Palestina.
Meskipun sukses mengusir Israel dari Lebanon, konflik antara Hezbollah dan Israel tak surut. Terakhir, Hezbollah dan Israel terlibat perang terbuka pada 2006. Dalam perang tersebut, Israel meratakan sebagian besar wilayah Beirut yang dikuasai Hezbollah dan memaksa sekitar satu juta warga Lebanon mengungsi.
Perang itu juga berdampak parah bagi Israel. Ketika itu, tercatat ada setidaknya 2.000 rumah yang hancur akibat roket-roket Hezbollah. Sedikitnya 300 ribu warga Israel mengungsi dari zona perang. Perang berakhir setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi gencatan senjata.
Apa yang terjadi seandainya Hezbollah-Israel kembali terlibat perang terbuka?
Sejumlah analis menganggap perang antara Israel dan Hezbollah akan jauh lebih brutal ketimbang perang sebelumnya. Saat ini, Hezbollah dianggap punya persenjataan yang jauh lebih mumpuni ketimbang pada 2006.
Itu setidaknya terlihat dari serangan-serangan Hezbollah ke Israel sejak perang di Jalur Gaza meletus. Kelompok milisi pimpinan Hassan Nasrallah itu sukses menembak jatuh pesawat-pesawat drone milik Israel, meluncurkan drone tempur mereka untuk menyerang Israel, hingga menembakkan roket-roket yang bisa dikendalikan dari jarak jauh.
Hezbollah diyakini punya ratusan drone tempur, sekitar 150 ribu roket dan misil, dan rudal balistik yang mampu menjangkau Tel Aviv, ibu kota Israel. Hezbollah juga diestimasi punya 100 ribu pasukan yang siap diterjunkan ke medan tempur.
Dalam sebuah wawancara pada Desember 2023, Netanyahu mengancam Beirut akan bernasib seperti Gaza jika Hezbollah menginisiasi perang terbuka dengan Israel. Di lain kubu, Sheikh Naim Qassem, "tangan kanan" Nasrallah, mengaku siap menghadiahi Israel dengan "kehancuran" jika Israel menyentuh Beirut.
Bisakah eskalasi konflik dihindari?
Penurunan tensi antara Israel dan Hezbollah sangat terkait dengan apa yang terjadi di Gaza. Jika disepakati, gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan serta-merta menurunkan intensitas konflik di Lebanon selatan yang berbatasan langsung dengan Israel.
Pakar intelijen Harrison Mann mengatakan Amerika Serikat (AS) bakal menekan Israel agar tak memperluas konflik di Gaza. Di lain sisi, ia mengklaim pemerintahan Netanyahu juga paham perang dengan Hezbollah akan sangat menakutkan.
"Militer Israel paham tidak akan mampu melancarkan serangan preemtif ke gudang-gudang senjata Hezbollah sebagaimana roket-roket, misil, dan arterleri milik Hezbollah disembunyikan di bawah tanah di area pegunungan Lebanon," jelas Mann seperti dikutip dari Guardian.