close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Greenland. Foto: Pixabay
icon caption
Greenland. Foto: Pixabay
Peristiwa
Jumat, 04 Juli 2025 11:00

Nasib Greenland, dari pemukiman Viking hingga geopolitik modern

Pemerintah Denmark mengembangkan kebijakan untuk mengisolasi Greenland dari dunia luar.
swipe

Greenland menjadi pusat perhatian internasional saat Presiden AS Donald Trump bermanuver untuk menguasai wilayah Arktik yang kaya mineral yang oleh kebanyakan orang hanya dikenal sebagai pulau es besar di puncak dunia.

Namun, Greenland, yang diberi nama oleh petualang Viking Erik the Red untuk menarik para pemukim, memiliki sejarah hunian manusia yang sudah ada sejak lebih dari 4.000 tahun lalu.

Wilayah Denmark yang memiliki pemerintahan sendiri ini telah menjadi rumah bagi penduduk asli yang menyeberangi Arktik dari wilayah yang sekarang menjadi Kanada, pemukim Norse, misionaris Lutheran, dan personel militer AS yang menggunakannya sebagai pangkalan untuk melindungi Amerika Serikat dari Nazi Jerman dan Uni Soviet.

Kini, iklim yang menghangat dan persaingan baru untuk sumber daya Arktik menjanjikan ledakan ekonomi bagi pulau terbesar di dunia, yang merupakan rumah bagi sekitar 56.000 orang, yang sebagian besar berasal dari latar belakang Inuit.

Berikut ini adalah beberapa tonggak sejarah Greenland.

Manusia pertama tiba di Greenland utara dari wilayah yang sekarang disebut Kanada setelah selat sempit yang memisahkan pulau itu dari Amerika Utara membeku. Ini merupakan gelombang pertama dari enam gelombang imigrasi yang membawa suku Inuit ke Greenland.

Menurut kisah-kisah Islandia abad pertengahan, penjelajah bangsa Nordik Erik si Merah tiba di Greenland dengan armada kapal Viking. Bangsa Nordik mendirikan dua pemukiman yang memiliki populasi puncak 2.500-5.000 jiwa tetapi menghilang sekitar tahun 1450 karena alasan yang tidak diketahui.

Bangsa Thule, gelombang terakhir migrasi suku Inuit ke Greenland, tiba dari wilayah yang sekarang disebut Alaska. Suku ini menyebar ke seluruh Greenland dan merupakan nenek moyang penduduk asli, yang mencakup sekitar 90% populasi negara tersebut.

Misionaris Lutheran Hans Egede tiba di Greenland untuk mencari pemukiman bangsa Nordik yang hilang. Karena tidak menemukan orang yang selamat, ia membangun pemukiman baru di Kangeq, dekat Nuuk, ibu kota Greenland, dan mulai berupaya untuk mengubah penduduk asli menjadi Kristen. Ini menandai dimulainya kolonisasi modern Denmark di Greenland.

Dengan pembubaran Kerajaan Denmark dan Norwegia, Greenland secara resmi menjadi koloni Denmark. Pemerintah Denmark mengembangkan kebijakan untuk mengisolasi Greenland dari dunia luar. Perdagangan dikendalikan oleh monopoli milik negara.

Invittuut di Greenland barat daya adalah satu-satunya sumber kriolit komersial di dunia, mineral yang digunakan dalam produksi aluminium. Tambang tersebut menghasilkan 3,7 juta ton kriolit selama sejarahnya, dengan sebagian besar dikirim ke AS. Produksi mencapai puncaknya selama Perang Dunia II di tengah meningkatnya permintaan aluminium untuk membangun pesawat militer. Tambang tersebut ditutup setelah habis, dan produsen beralih ke kriolit sintetis.

Pemerintah AS mengakui hak Denmark atas seluruh Greenland. Pengakuan ini merupakan bagian dari perjanjian antara kedua negara yang dengannya Amerika Serikat mengakuisisi Kepulauan Virgin Denmark seharga US$25 juta dalam bentuk emas.

AS menduduki Greenland karena khawatir Nazi Jerman dapat menggunakan pulau itu sebagai pangkalan untuk menyerang Amerika Utara. Pendudukan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian dengan pemerintah Denmark di pengasingan, yang mengakui kedaulatan Denmark atas Greenland.

Pemerintah Presiden AS Harry Truman menawarkan untuk membeli Greenland sebagai bagian dari upaya untuk mengamankan pangkalan militer di pulau itu karena "sangat pentingnya Greenland bagi pertahanan Amerika Serikat." Denmark menolak penjualan Greenland tetapi menandatangani perjanjian pangkalan jangka panjang.

Greenland tidak lagi menjadi koloni Denmark dan menjadi wilayah Denmark karena amandemen konstitusional. Namun, kewenangan pengambilan keputusan yang sebenarnya tetap berada di tangan Kementerian Greenland di Kopenhagen.

Tuntutan agar penduduk Greenland memiliki lebih banyak kendali atas urusan mereka sendiri memuncak dalam Undang-Undang Pemerintahan Dalam Negeri, yang membentuk parlemen Greenland dan memberi otoritas lokal kendali atas berbagai masalah seperti pendidikan, kesehatan, dan perikanan. Undang-undang tersebut disetujui oleh parlemen Denmark dan diratifikasi oleh 70% pemilih lokal.

Greenland menjadi negara yang berpemerintahan sendiri di dalam Kerajaan Denmark. Undang-Undang Pemerintahan Sendiri, yang disetujui oleh lebih dari 75% pemilih Greenland dan diratifikasi oleh parlemen Denmark, mengakui hak Greenland untuk merdeka ketika diminta oleh pemilih lokal. Denmark mempertahankan kendali atas pertahanan dan urusan luar negeri.

Trump memicu pertengkaran diplomatik dengan Denmark setelah mengajukan tawaran pertamanya untuk membeli Greenland. Perdana Menteri Denmark Mette Fredericksen menolak gagasan tersebut, dengan mengatakan, "Greenland tidak untuk dijual. Greenland bukan milik Denmark. Greenland milik Greenland. Saya sangat berharap ini tidak dimaksudkan dengan serius." Trump segera membatalkan rencana perjalanan ke Kopenhagen.

Dalam pidatonya di sidang gabungan Kongres AS, Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat membutuhkan Greenland untuk alasan keamanan nasional. "Saya pikir kita akan mendapatkannya," katanya. "Dengan cara apa pun, kita akan mendapatkannya." (dailysabah)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan