close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pelari ultra Stephanie Case. Foto:  Rich Gill/Gilly Photography
icon caption
Pelari ultra Stephanie Case. Foto: Rich Gill/Gilly Photography
Peristiwa
Kamis, 19 Juni 2025 21:20

Kisah pelari ultra yang menyusui di tengah lomba dan tetap juara

Bagi Case, kebahagiaan itu adalah lari sejauh 100 km.
swipe

Banyak perempuan yang merasa dunia berhenti saat mereka menjadi ibu. Rutinitas berubah, waktu tidur jadi barang langka, dan tubuh pun butuh waktu untuk pulih. Tapi bagi Stephanie Case, menjadi ibu justru menjadi alasan untuk kembali berlari—secara harfiah—dan memeluk kembali bagian dari dirinya yang sempat hilang.

Enam bulan setelah melahirkan putrinya, Pepper, dan masih aktif menyusui, Case mengikuti Ultra-Trail Snowdonia sejauh 100 kilometer di Taman Nasional Eryri, Wales Utara. Tujuannya sederhana: menyelesaikan lomba sambil tetap bisa menyusui anaknya. Ia bahkan mendapat izin khusus dari panitia untuk berhenti di pos tambahan demi memberikan ASI langsung.

Yang mengejutkan, di akhir lomba yang berat itu, ia justru diumumkan sebagai juara kategori perempuan, meski selama lomba ia berhenti tiga kali untuk menyusui—yang semuanya masuk ke dalam total waktu tempuhnya.

“Saya benar-benar tidak menyangka. Kemenangan sama sekali tidak ada dalam pikiran saya,” kata Case, seperti dikutip CNN. Ia sempat absen dari dunia lari selama tiga tahun karena berjuang memiliki anak, termasuk mengalami beberapa kali keguguran.

Di tengah kelelahan sebagai ibu baru, Case mengaku bahwa lari adalah cara untuk mengingat siapa dirinya sebelum segalanya berubah. “Menjadi ibu adalah transformasi besar secara fisik dan emosional. Tapi lari membuat saya merasa seperti diri saya sendiri lagi.”

Keikutsertaannya dalam lomba ini pun menjadi simbol kuat bahwa kehidupan seorang perempuan tidak harus selesai ketika ia menjadi ibu. Foto-fotonya saat berlari sambil membawa perlengkapan menyusui pun viral, memicu diskusi publik tentang ruang bagi perempuan dalam olahraga dan peran keibuan.

Namun, tidak semua tanggapan positif. Case mengaku menerima komentar seksis yang mempertanyakan pilihannya untuk "meninggalkan bayi di rumah" atau "tidak menunggu sampai anaknya lebih besar." Ada juga kekhawatiran dari sesama ibu yang merasa standar keberhasilan jadi terlalu tinggi. Bahwa menjadi ibu kini seolah harus diiringi dengan karier yang sukses, tubuh yang cepat pulih, dan prestasi luar biasa.

“Itulah bagian dari masyarakat patriarki kita. Seolah kita diajarkan untuk bersaing satu sama lain sebagai ibu, bukan saling mendukung,” kata Case. “Padahal tiap ibu berhak punya versi kebahagiaannya sendiri.”

Bagi Case, kebahagiaan itu adalah lari sejauh 100 km. Bagi ibu lain, mungkin cukup dengan lari 5 km, membaca buku, atau sekadar punya waktu untuk dirinya sendiri. “Yang penting, ini tentang pilihan. Kita berhak memilih apa yang membuat kita utuh, dan dunia seharusnya mendukung, bukan menghakimi.”

Laga berikutnya bagi Case adalah Hardrock 100 di Colorado pada Juli mendatang, lomba sejauh 160 km dengan medan menanjak dan menurun yang ekstrem. Namun kemenangan terbesarnya mungkin bukan pada garis finis, melainkan pada keberaniannya menunjukkan bahwa menjadi ibu tidak harus menghapus identitas lain yang dimiliki.(CNN)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan