Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menunjukkan dampak positif, bukan hanya dalam aspek pemenuhan gizi anak-anak sekolah, tapi juga membangun ekonomi lokal yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam kunjungannya ke peternakan sapi perah Nusa Dairy Indonesia di Jatinangor, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Dedek Prayudi, menegaskan program MBG merupakan salah satu contoh nyata dari implementasi ekonomi sirkuler di tingkat akar rumput.
“Di sini misalnya ada peternakan sapi, ada pekerjanya, sapi-sapi juga diberikan pakan dan lain-lain. Inilah wujud ekonomi sirkuler yang menggerakkan roda ekonomi, membuka lapangan pekerjaan, yang menghidupkan para penjual pakan, peternak, dan koperasi. Jadi, koperasi di sini juga hidup,” ujar Dedek, yang akrab disapa Uki, Jumat (18/4).
Uki menjelaskan, program MBG tidak hanya memberikan manfaat konsumtif, tetapi juga produktif, dengan menggerakkan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan koperasi sebagai pusat distribusi bahan baku. Dengan total alokasi anggaran sebesar Rp71 triliun, sekitar 85% dana program MBG digunakan untuk membeli bahan baku lokal—sebagian besar di antaranya diproduksi oleh UMKM di sekitar Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Model ekonomi sirkuler yang dihadirkan melalui program ini menciptakan sebuah ekosistem ekonomi lokal yang saling terhubung. Dari peternak yang memproduksi susu, pengusaha pakan ternak, pekerja kandang, hingga koperasi yang berperan sebagai offtaker, semua bagian dari rantai pasok ini saling mendukung dan menghidupi satu sama lain.
“Selama ini, di banyak daerah kita menemukan ternak dan lahan yang menganggur karena tidak ada offtaker, tidak ada pembeli. Program MBG hadir sebagai solusi, memberdayakan masyarakat untuk mengumpulkan hasil usahanya melalui koperasi. Koperasi bertindak sebagai offtaker pertama yang langsung menjual ke SPPG, tanpa tengkulak, tanpa perantara yang merugikan petani atau peternak,” lanjut Uki.
Dengan memangkas jalur distribusi dan menjadikan koperasi sebagai pusat kegiatan ekonomi, nilai tambah tetap berada di tangan masyarakat. Hal ini turut memperkuat posisi koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat yang mampu bersaing dan berperan strategis dalam pembangunan nasional.
Peternakan Nusa Dairy sendiri telah merasakan langsung manfaat dari program ini. Kenaikan harga beli susu dari Rp7.000 menjadi Rp10.000 per liter sejak bergulirnya program MBG menjadi bukti bahwa keberpihakan kepada produsen lokal bisa memberikan dampak ekonomi yang signifikan.
Langkah konkret ini sekaligus memperkuat arah pembangunan nasional yang mendorong transformasi ekonomi menuju kemandirian dan keadilan sosial. Program MBG tak hanya menyehatkan generasi muda, tetapi juga menjadi fondasi penguatan ekonomi rakyat—dengan koperasi dan UMKM sebagai motor penggeraknya.