close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi siswa belajar di sekolah. Foto Unsplash.
icon caption
Ilustrasi siswa belajar di sekolah. Foto Unsplash.
Peristiwa
Senin, 28 April 2025 14:22

Pandangan DPR sebagai solusi atasi budaya menyontek

Pentingnya penguatan pendidikan karakter secara menyeluruh bagi seluruh pelajar di Indonesia.
swipe

Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Hetifah Sjaifudian, menekankan pentingnya penguatan pendidikan karakter secara menyeluruh bagi seluruh pelajar di Indonesia. Hal ini disampaikannya menyusul temuan Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 yang menunjukkan masih tingginya angka praktik menyontek di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi.

“Diperlukan upaya bersama untuk memperkuat pendidikan karakter, tidak hanya lewat kurikulum formal, tetapi juga melalui keteladanan, iklim sekolah yang sehat, serta sistem evaluasi yang lebih beragam dan tidak semata-mata berbasis nilai ujian,” ujar Hetifah dalam keterangannya di Jakarta, Senin (28/4).

Menurut Hetifah, tingginya praktik ketidakjujuran ini menunjukkan sistem pendidikan nasional masih terlalu fokus pada capaian akademik. Ia menilai, nilai-nilai fundamental seperti kejujuran dan tanggung jawab belum sepenuhnya mengakar dalam jiwa siswa dan mahasiswa.

“Kita perlu menjadikan fenomena ini sebagai momentum untuk mengevaluasi sistem pendidikan kita. Pendidikan bukan hanya soal kecerdasan intelektual, tetapi juga pembentukan integritas, etika, dan karakter peserta didik,” tegasnya.

Lebih jauh, Hetifah mendorong para guru, dosen, dan tenaga pendidik untuk menanamkan nilai integritas dalam proses pembelajaran sehari-hari. Ia mengingatkan keberhasilan pendidikan di masa depan bergantung pada kemampuan membangun generasi yang tak hanya cerdas, melainkan juga jujur dan bertanggung jawab.

“Keluarga dan masyarakat pun harus turut ambil bagian. Penanaman nilai kejujuran harus dimulai sejak dini di lingkungan rumah. Orang tua tidak hanya menuntut prestasi akademik, tetapi juga harus mendukung proses belajar yang sehat dan bermakna,” katanya.

Data SPI Pendidikan 2024 yang diluncurkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memang memperlihatkan realitas yang memprihatinkan: praktik menyontek masih terjadi di 78% sekolah dan 98% kampus di Indonesia. Sementara itu, angka plagiarisme mencapai 43% di perguruan tinggi dan 65 di sekolah.

Meski demikian, Hetifah optimistis melalui kolaborasi semua pihak—sekolah, keluarga, pemerintah, dan masyarakat luas—Indonesia dapat membangun generasi masa depan yang berintegritas tinggi.

“Pendidikan karakter adalah fondasi bangsa. Jika kita bersama-sama berkomitmen memperkuatnya, saya yakin kita bisa mencetak generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga bermartabat,” tuturnya.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan