“Piala Dunia Antarklub FIFA akan menentukan siapa klub terbaik di dunia.”
Itulah klaim Presiden FIFA Gianni Infantino menjelang gelaran edisi terbaru turnamen ini di Amerika Serikat bulan depan, yang kini diperluas dari tujuh menjadi 32 tim. Tapi apakah lebih besar berarti lebih baik?
Banyak penggemar mempertanyakan absennya klub-klub besar seperti Liverpool, Barcelona, dan Napoli. Kriteria kelolosan yang menilai performa empat tahun terakhir justru menimbulkan pertanyaan soal kredibilitas, terutama dibanding Liga Champions UEFA.
Keputusan kontroversial FIFA memasukkan Inter Miami, bukan juara MLS Los Angeles Galaxy, semakin memperuncing kritik. Inter Miami, yang dipimpin Lionel Messi, lolos berkat posisi teratas di klasemen reguler, aturan yang diumumkan FIFA secara tiba-tiba. Messi dan timnya akan membuka turnamen melawan Al Ahly di Miami, tapi panitia sudah harus menurunkan harga tiket.
Infantino juga sempat mendorong Cristiano Ronaldo agar bergabung lewat aturan rekrutmen pemain khusus 1–10 Juni. Namun, Ronaldo memilih membela Portugal di UEFA Nations League. FIFA dianggap melampaui batas dengan mencampuri bursa transfer.
Absennya nama besar lain seperti Lamine Yamal dari Barcelona membuat turnamen ini kehilangan daya tarik digital yang besar. Barcelona sendiri kecewa karena kehilangan potensi pendapatan, meski hak siar senilai $1 miliar dengan DAZN memberi keuntungan besar bagi peserta, terutama juara yang bisa meraup $125 juta.
Namun, di sisi pemain dan pelatih, responsnya cenderung dingin. Pelatih Liverpool Arne Slot menyebut turnamen ini tak sehat bagi kebugaran pemain, apalagi hanya mendapat jeda seminggu sebelum dan sesudah turnamen.
Ketiadaan Napoli juga mengecewakan. Klub yang kembali bersinar usai era Maradona itu tak lolos meski prestasi Serie A-nya dipuji global. Eropa mendominasi daftar peserta dengan 12 klub, termasuk Real Madrid, Bayern Munich, Chelsea, dan Manchester City. Paris Saint-Germain (PSG) bahkan dinilai sebagai klub terbaik dunia usai menaklukkan Inter Milan di final Liga Champions.
Namun PSG tetap harus membuktikan diri di grup berat yang dihuni Botafogo, Atletico Madrid, dan Seattle Sounders. Jika gagal, ini bisa jadi bukti bahwa turnamen lebih kompetitif dari dugaan awal.
Mampukah FIFA Meyakinkan Dunia?
FIFA bukan hanya menghadapi kritik, tapi juga tantangan apatisme publik. Penjualan tiket lambat, dan belum ada jaminan DAZN akan mendapat jumlah penonton yang sepadan dengan investasinya. Turnamen ini juga jadi tes minat masyarakat Amerika pada sepak bola menjelang Piala Dunia 2026.
Di balik visi globalnya, Piala Dunia Antarklub juga mencerminkan hubungan yang tegang antara FIFA dan UEFA. Liga Champions masih dianggap sebagai turnamen antarklub terbaik, dengan kualitas, pengakuan, dan siaran global yang tak tertandingi.
Ketegangan terlihat saat delegasi UEFA walk-out dari Kongres FIFA karena Infantino terlambat datang setelah kunjungan kenegaraan ke Timur Tengah bersama Presiden AS. FIFA sangat ingin CWC sukses, bahkan Infantino mencantumkan namanya di trofi.
Untuk itu, FIFA berharap turnamen ini menarik perhatian publik dengan jadwal padat empat laga per hari dan minimnya kompetisi dari liga lain. Namun, dengan format dan kriteria kualifikasi yang masih perlu disempurnakan, perubahan kemungkinan besar akan terjadi sebelum edisi 2029.
Apa pun hasilnya bulan depan, jelas bahwa FIFA akan terus membuat aturannya sendiri. Kini giliran para pemain yang menunjukkan apakah turnamen ini memang layak disebut panggung klub terbaik dunia.(Aljazeera)