Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah mulai menunjukkan hasil positif. Masyarakat di berbagai daerah, terutama anak-anak dan remaja, merasakan langsung manfaatnya. Salah satu indikator utamanya adalah peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada peserta program, yang mencerminkan perbaikan status gizi.
Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat peningkatan rata-rata IMT menurut umur di Kota Bogor setelah 15 minggu pelaksanaan program. Perbaikan serupa juga tercatat di Aceh, khususnya pada siswa sekolah dasar penerima manfaat.
“Hasil pemantauan kami menunjukkan adanya perbaikan status gizi. Ini menunjukkan bahwa program MBG tepat sasaran dan berdampak nyata,” ujar Ikeu Tanziha, Dewan Pakar Bidang Gizi BGN, dalam kunjungannya ke SDS Barunawati II, Slipi, Jakarta Barat, Senin (14/7).
IMT adalah indikator penting untuk menilai apakah seseorang tergolong kurus, normal, kelebihan berat badan, atau obesitas. Dengan meningkatnya IMT ke arah normal, artinya kualitas asupan gizi anak-anak semakin membaik.
Program MBG merupakan langkah strategis pemerintah dalam mengatasi berbagai tantangan gizi, khususnya stunting, anemia, dan kekurangan gizi mikro. Melalui penyediaan makanan bergizi langsung di sekolah dan komunitas, program ini menyasar anak-anak, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Ikeu menekankan bahwa masalah gizi di Indonesia tergolong kompleks, dikenal sebagai Triple Burden of Malnutrition, yaitu gizi kurang, gizi lebih, dan kekurangan zat gizi mikro yang bisa terjadi bersamaan dalam satu wilayah.
Meski begitu, tren perbaikan gizi mulai tampak signifikan. Data BGN menunjukkan penurunan prevalensi stunting dari 21,5% pada 2023 menjadi 14,8% di 2024. Wasting atau gizi buruk akut juga turun dari 8,5% menjadi 7,4% dalam periode yang sama.
“Ini kemajuan penting, tapi belum selesai. Intervensi harus dilakukan sejak awal kehidupan, dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun, yang kita sebut sebagai 1.000 hari pertama kehidupan,” jelas Ikeu.