Tanggapi saran JK, Anies beberkan 3 kriteria ideal pasangan pilihannya
Anies menegaskan bahwa memilih sosok cawapres dilakukan setelah melalui proses yang matang.

Anies Baswedan membeberkan tiga kriteria pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) ideal untuk dapat maju sebagai pemimpin Indonesia.
Hal ini disampaikan Anies sebagai respons atas saran dari mantan wakil presiden Jusuf Kalla (JK) untuk dia dalam memilih sosok cawapres di Pilpres 2024.
Kriteria pertama, kata Anies, yakni soal elektabilitas. Menurutnya, sosok pasangannya harus bisa menarik simpati masyarakat.
"Pasangan yang bisa mendapatkan dukungan, jadi satu adalah faktor bagaimana bisa berkontribusi pada kemenangan," kata Anies usai acara Pelatihan Relawan Advokasi PPKS di Kantor DPTP PKS, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (30/10).
Kemudian, menurut Anies, kriteria pasangan ideal yakni terletak di faktor stabilitas. Anies ingin pasangan yang dapat menjaga stabilitas dukungan dan koalisi dari partai politik.
"Saat kita menjabat nanti, kita ingin pasangan yang bisa menjaga koalisi dan dukungan partai politik menjadi stabil," ujarnya.
Anies menilai, stabilitas ini dibutuhkan agar dalam bekerja dan menjalankan tugas kepemimpinan nanti tidak terganggu dengan permasalahan yang tidak diinginkan. Hal ini terkait dengan kriteria ketiga, yakni pemerintahan yang efektif.
"Ketiga, bisa menjalankan pemerintahan yang efektif. Jadi pertama soal pemenangan, kedua stabilitas, ketiga visi misi," ucap Anies.
Di samping itu, Anies menegaskan bahwa memilih cawapres dilakukan setelah melalui proses yang matang. Dalam hal ini, pihaknya tidak terburu-buru dalam menetapkan sosok cawapres dan akan ditentukan dengan pertimbangan yang matang.
"Tidak ada keterburu-buruan, alon-alon waton kelakon. Waton itu dalam bahasa Jawa artinya sesuai dengan tatanan, penuh kematangan, penuh seksama. Jadi waton itu bukan asal, tapi berarti berproses matang," tutur dia.
Sebelumnya, JK sempat menyarankan agar Anies memilih calon wakil presiden dengan tidak mengutamakan pada popularitas dan elektabilitas. Menurutnya, yang dinilai dari sosok wakil adalah pengalamannya dalam membantu presiden.
Kendati demikian, JK mengakui tolok ukur terhadap popularitas masih kerap dipakai. Namun, JK menilai dan meyakini masyarakat tetap merujuk pada riwayat kinerja calon pemimpinnya di samping melihat faktor popularitas.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Darurat sampah saset: Produk murah dengan konsekuensi mahal
Minggu, 29 Jan 2023 08:28 WIB
Urgensi UU PPRT di tengah sengsara pekerja rumah tangga
Sabtu, 28 Jan 2023 15:40 WIB