Deretan kontroversi Caleg dari PDI Perjuangan
Partai petahana PDI Perjuangan menuai kontroversi lantaran membuat kejutan-kejutan dalam pendaftaran calon anggota legislatif (Caleg) Pemilu 2019.
PDI Perjuangan yang memperoleh 109 kursi pada Pemilu Legislatif 2014 itu kini mendaftarkan 575 calon. Terdiri dari 360 laki-laki dan 215 perempuan dengan keterwakilan 37,39%.
Partai yang diketuai oleh Megawati Soekarno Putri itu meraih nomor urut 3 pada Pemilu 2019. Partai berlambang banteng itu mengantarkan Joko Widodo sebagai presiden ke-7 Indonesia.
Pada Pemilu legislatif 2019, sejumlah kejutan diberikan oleh PDI Perjuangan. Terutama terkait nama-nama bakal calon anggota legislatif (Bacaleg) 2019.
1. Pendiri PKS
Pada daftar Bacaleg yang diajukan PDI Perjuangan, terdapat nama Yusuf Supendi. Dia merupakan pendiri Partai Keadilan pada 2004.
Kemudian, pada 2014 dia loncat ke Partai Hanura dan menjadi Caleg di daerah pemilihan Jawa Barat V. Hanya saja, pria kelahiran 15 Mei 1958 tersebut gagal melenggang ke Senayan.
Saat ini, Yusuf kembali bermanuver dengan berlabuh melalui kapal Partai PDI Perjuangan. Dia kembali mendaftarkan diri sebagai Bacaleg di Dapil Jabar V atau tepatnya di Kabupaten Bogor yang berpenduduk lebih dari 5 juta jiwa itu.
"Kemudian yang menjadi alasan kenapa saya memilih Bogor, karena asal usul saya dari Bogor. Hanya lama di Jakarta," kata Yusuf saat di KPU RI, Selasa (17/7).
Dia beralasan, sebelum melabuhkan pilihannya ke partai yang dinakhodai Megawati Soekarno Putri tersebut, ia telah terlebih dahulu melakukan konfirmasi agar diagendakan bertemu dengan Wiranto melalui ajudannya. Namun, belum ada jawaban.
Kendati demikian, dia mengaku telah mengirimkan permohonan izin melalui pesan singkat bahwa dirinya akan maju kembali ke DPR RI pada tahun 2019. Isinya, dia menuturkan akan maju sebagai Bacaleg tidak dari Partai Hanura, tetapi hingga kini belum juga ada jawaban.
"Tetapi saya juga sudah membuat pernyataan di atas materai bersama PDI Perjuangan, saya akan berupaya sowan ke pak Wiranto," dalam keterangannya.
Selain itu, dia juga menjelaskan perihal pilihannya terhadap PDI Perjuangan, dia mengklaim lebih dari 70% pendukung partai berlambang moncong putih itu merupakan umat Islam dan santri. "77% santri, saya kan santri. jadi bila bertemu santri lagi cocok," terangnya.
Yusuf juga meyakini dirinya bisa melenggang ke Senayan pada 2019 mendatang. Sebab, jika berkaca pada 2004 silam, dirinya berhasil mendapatkan suara 85.000.
Sementara itu, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan partainya saat ini ingin menyusun Caleg dimulai dengan desain terlebih dahulu. Sehingga, partainya tidak melihat terhadap figur secara personal lantaran lebih menonjolkan kekuatan gotong royong.
"Berdasarkan pengalaman dua Pemilu yang lalu itu, suara partai masih jauh lebih besar dari pada suara perorangan," jelasnya.
Dia juga menyebut, hingga kini rakyat masih cenderung memilih lambang partai. Sehingga, desain partai lebih dikedepankan dibandingkan dengan pendekatan personal.
Terkait dengan Yusuf Supendi, Hasto melanjutkan berdasarkan konfirmasi dari Yusuf yang telah melakukan penelitian dan melabuhkan hatinya ke PDI Perjuangan. Bahkan, Yusuf telah berkonsultasi dengan ibunya.
Hingga akhirnya, politisi berumur 60 tahun tersebut menyatakan bergabung dengan PDI Perjuangan.
"Tentu saja kami membuka pintu itu, karena PDI Perjuangan adalah rumah kebangsaan Indonesia Raya dan dalam dialog saya bertemu secara langsung, bahwa beliau juga baru mengetahui bagaimana perjuangan Bung Karno dan Islam," ungkap Hasto.
Hasto menegaskan, dari situlah pihaknya melihat bahwa PDI Perjuangan memerlukan jembatan untuk mengkomunikasikan seluruh dialektika pemikiran Bung Karno dalam berbangsa dan bernegara.
2. Pengacara Habib Rizieq
Kejutan lainnya diberikan oleh PDI Perjuangan dengan mengumumkan nama penasihat hukum Habib Rizieq Shihab yaitu Kapitra Ampera. Hasto membenarkan bahwa Kapitra dicalonkan oleh PDI Perjuangan untuk daerah pemilihan Sumatra Barat.
Hanya saja, kata dia, belum pasti nantinya Kapitra akan maju melalui PDI Perjuangan. Hingga kini, PDI Perjuangan masih melakukan pendekatan dengan Kapitra.
Hasto beralasan, nama Kapitra didaftarkan lantaran merupakan permintaan setelah berdialog dengan masyarakat di Sumatra Barat. Masyarakat di sana sangat ingin adanya jembatan penghubung dengan PDI Perjuangan sehingga Kapitra dicalonkan oleh PDI Perjuangan.
Selain itu ada tokoh-tokoh internal yang juga turut mengusulkan nama Kapitra agar dimasukkan sebagai Caleg dari PDI Perjuangan seperti Puan Maharani, Pramono Anung dan Utut Adianto.
"Ketika data beliau masuk ke data base PDI Perjuangan, ada tiga referensi yang mengusulkan nama beliau, baik dari internal kemudian dari tokoh masyarakat yang juga mengusulkan," katanya.
Apalagi, PDI Perjuangan melihat Kapitra memiliki rekam jejak yang baik. Namun, keputusan tersebut tentu saja diserahkan kembali oleh partainya kepada Kapitra.
"Kami melihat beliau masih melakukan berbagai dialog-dialog sebelum akhirnya mengambil keputusan final," katanya di DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Rabu, (18/7).
Akan tetapi, Hasto mengaku belum pernah bertemu secara langsung dengan Kapitra.
"Jadi betul yang beliau sampaikan (Kapitra), ini masih dalam proses review terhadap seluruh tokoh-tokoh yang diajukan dan kemudian dilakukan pendekatan, ada juga pendekatan proaktif yang dilakukan oleh PDIP," jelasnya.


