sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Elite politik diminta lebih dewasa dalam berdialektika

Pernyataan tersebut disampaikan Emrus Sihombing merespons Ketua Umum Demokrat, AHY, dan Ketua Majelis Tinggi Demokrat, SBY.

Fatah Hidayat Sidiq
Fatah Hidayat Sidiq Rabu, 21 Sep 2022 20:18 WIB
Elite politik diminta lebih dewasa dalam berdialektika

Pakar komunikasi politik, Emrus Sihombing, mengajak para elite politik lebih matang dan dewasa dalam berdialektika. Sebab, pernyataan mereka bisa memengaruhi sikap masyarakat.

"Pasti berpengaruh ke bawah, tinggal kuat atau tidak kuat. Ini jadi tidak produktif di mata masyrakat. Bagi masyarakat yang tidak kritis, bisa saja 'menelan' apa yang elite politik katakan. Saya berharap, elite politik berdialektika dengan kematangan dan keedewassaan supaya masyarakat mendapat penceharan," tuturnya saat dihubungi, Rabu (21/9).

Pernyataan tersebut disampaikannya merespons Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), beberapa waktu lalu.

Dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat, AHY mengatakan, kebanyakan proyek infrastruktur yang ada sekarang dibangun di era pemerintahan ayahnya saat menjabat Presiden ke-6 RI (2004-2014) lantaran progres pengerjaannya telah mencapai 80%. Karenanya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tinggal meresmikan.

Sementara itu, dalam forum yang sama, SBY menyebut, Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 telah dikondisikan untuk diikuti dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres).

Emrus berpendapat, pernyataan AHY berupaya menggiring opini publik, seakan-akan SBY lebih hebat dibandingkan Jokowi. Baginya, setiap pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

"Menurut saya, pola komunikasi politik AHY tidak dewasa. Ini framing hanya untuk menguntungkan SBY dan dirinya. Seharusnya, AHY menyatakan, ini pembangunan di era SBY, kemudian dilanjutkan Jokowi. Kemudian, dia juga mengakui mana proyek pembangunan era Jokowi," tuturnya.

Terpisah, peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, mengatakan, pernyataan SBY tentang pengondisian Pilpres 2024 perlu diverifikasi lebih lanjut oleh Partai Demokrat. Misalnya, mengonfirmasi kepada partai politik (parpol) lainnya.

Sponsored

"Bisa saja Demokrat konfirmasi ke Partai NasDem. Kenapa? Beberapa bulan belakangan ini, Demokrat dan NasDem terlibat dalam proses komunikasi intensif bagi penjajakan koalisi sehingga komunikasi politik di antara kedua partai tersebut tentu saja sangat baik saat ini," ujar Bawono.

Selain itu, menurut Bawono, NasDem merupakan salah satu parpol pro Jokowi. "Mungkin saja memiliki informasi mengenai hal itu sehingga dapat menjawab kecemasan SBY dan Partai Demokrat," tandasnya.

Berita Lainnya
×
tekid