Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sering heran dengan dinamika yang terjadi di media sosial (medsos) saat pemilihan umum (pemilu). Pangkalnya, konten hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian melimpah ruah.
"Saya ini kalau baca medsos itu kadang-kadang geleng-geleng, 'Kok, nggih koyok ngeten sami-sami sederek, sami-sami sedulur'. Nggih, mboten? Apalagi, atas nama agama. Ini tidak boleh terjadi," katanya.
Jokowi menerangkan, perbedaan pilihan adalah lazim terjadi di dalam demokrasi. Karenanya, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini mengimbau masyarakat tidak berkelahi dan saling menjelekkan karena perbedaan tersebut.
"Kita ini satu saudara, sebangsa, dan setanah air Indonesia, ampun kesupen. Nggih, mboten? Dan setelah berkompetisi, setelah pemilu, itu bersatu kembali sebagai sebuah bangsa yang besar," ucapnya, menukil situs web Sekretariat Presiden (Setpres).
Jokowi berpendapat, masyarakat mestinya bergembira dengan adanya pemilu. Pun terbebas dari ketakutan-ketakutan dan tidak boleh ada pertengkaran-pertengkaran.
"Mestinya seperti itu: rakyat harus bersenang, rakyat harus bergembira. Namanya pesta demokrasi," ujarnya.
Eks Gubernur DKI Jakarta ini pun meminta semua pihak menjaga toleransi, keberagaman, dan persatuan dalam menyongsong Pemilu 2024. Jokowi juga mau kontestasi disiapkan dengan matang dan dijaga sebaik mungkin agar hasil dan prosesnya berjalan baik.
"Kita harus mempersiapkan dan menjaga pemilu tahun depan agar hasilnya baik dan prosesnya juga baik," pintanya.