Isu pergantian Kapolri Listyo Sigit Prabowo kembali menyeruak. Beredar rumor Listyo bakal digantikan oleh perwira Polri berinisial D dan S. Isu yang beredar itu dibenarkan oleh anggota Komisi III DPR RI Nasir Djamil.
"Katanya ada inisial D, ada inisial S. Kami enggak mengerti juga itu siapa kan," ucap Nasir dalam keterangan pers kepada wartawan di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Di media sosial, spekulasi nama pengganti Listyo jadi bola liar. Ada yang menyebut D ialah inisial dari Komjen Dedi Prasetyo yang saat ini menjabat Wakapolri. Adapun S dispekulasikan sebagai inisial dari Suyudi, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) saat ini.
Namun demikian, Nasir menegaskan hingga kini belum ada surat presiden untuk membahas pergantian Kapolri. "Kita belum dapat validasi soal ini. Tapi, sekali lagi, itu kewenangannya presiden," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.
Istana juga setali tiga uang. Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi membantah Presiden Prabowo Subianto sudah punya nama pengganti Listyo.
"Itu (isu pergantian Kapolri) tidak benar. Jadi belum ada surpres yang dikirim ke DPR mengenai pergantian Kapolri,” ujar Praseyto dalam pesan suara yang beredar di kalangan wartawan, Senin (15/9).
Desakan untuk mengganti Listyo menguat setelah gelombang aksi unjuk pecah di berbagai wilayah di Indonesia pada akhir Agustus hingga awal September lalu. Polri diterpa sentimen negatif setelah pengemudi ojol bernama Affan Kurniawan tewas dilindas kendaraan taktis Brimob di sela-sela aksi unjuk rasa.
Kala itu, media sosial dipenuhi tagar #polisipembunuh. Warganet juga ramai-ramai menyuarakan agar Listyo dicopot. Namun, Listyo selamat dari reshuffle yang diumumkan Istana, pekan lalu. Hanya Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi yang tersingkir dari lingkaran kekuasaan.
Sejumlah analis berpendapat reshuffle merupakan langkah Prabowo untuk mengonsolidasikan kekuatan politik. Salah satu yang ditarget ialah kelompok loyalis Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) atau yang lazim disebut Geng Solo.
Seperti Budi Arie, Listyo juga disebut-sebut sebagai anggota Geng Solo atau mereka yang meroket kariernya karena pernah menjadi orang kepercayaan Jokowi saat ia masih menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Ketika Jokowi jadi wali kota, Listyo menjabat sebagai Kapolresta Solo.
Posisi dilematis
Dikutip dari KBA, pengamat politik Selamat Ginting mengatakan Prabowo sedang dalam posisi dilematis. Pasalnya, pencopotan Listyo sebagai Kapolri bisa bikin hubungan dia dengan Jokowi renggang. Listyo disebut-sebut merupakan pejabat titipan Jokowi.
Namun demikian, Selamat berpendapat ada banyak keuntungan yang didapat Prabowo jika mencopot Listyo. Pertama, meredam amarah publik kepada institusi kepolisian dan mengembalikan citra pemerintah yang kadung tercoreng karena gelombang aksi unjuk rasa Agustus lalu.
"Masyarakat, terutama mahasiswa dan kelompok sipil, akan melihat ini sebagai bentuk tanggung jawab dan keseriusan pemerintah menindak kekerasan aparat dalam kerusuhan Agustus 2025. Ini bisa menjadi titik balik untuk membalikkan sentimen negatif publik," kata dia.
Kedua, konsolidasi kekuasaan. Ketiga, momentum melakukan reformasi penegak hukum, utamanya kepolisian. "Keempat, menunjukkan ketegasan kepemimpinan sekaligus menegaskan bahwa Prabowo bukan “presiden boneka atau sekadar melanjutkan warisan Jokowi," imbuh dia.
Berbeda, pengamat politik dari Indonesia Policy Institute (IPI) Karyono Wibowo menyarankan agar Presiden memperbaiki institusi Polri tanpa mencopot Listyo. "Mempertahankan Listyo Sigit sebagai Kapolri di tengah krisis sosial politik sekarang adalah langkah menjaga stabilitas," katanya. (Ant)