close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka (kiri), Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri (tengah), dan mantan wapres Try Sutrisno menghadiri upacara perayaan hari lahir Pancasila di Gedung Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (2/6). /Foto Instagram @prabowo
icon caption
Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka (kiri), Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri (tengah), dan mantan wapres Try Sutrisno menghadiri upacara perayaan hari lahir Pancasila di Gedung Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (2/6). /Foto Instagram @prabowo
Politik
Rabu, 04 Juni 2025 12:09

Makna persamuhan satu meja Mega, Gibran, dan Try Sutrisno di Gedung Pancasila

Prabowo disebut-sebut sengaja mengorkestrasi pertemuan tiga tokoh yang sedang berkonflik itu.
swipe

Peringatan hari lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Jakarta, Senin (2/6) lalu, menghadirkan momen langka. Acara kenegaraan itu dihadiri tiga sosok yang tengah berseteru, yakni Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka, Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri, dan Jenderal Purnawirawan TNI Try Sutrisno. 

Pada satu momen yang diingat publik, Presiden Prabowo Subianto selaku inspektur upacara terlihat sedang mendapat laporan dari petugas upacara. Setelah itu, ia mempersilakan Megawati berjalan berdampingan dengannya. Gibran berjalan di belakang mereka. 

Kantor kepresidenan juga merilis foto yang menunjukkan Prabowo, Megawati, Gibran, dan Try Sutrisno duduk semeja di holding room Gedung Pancasila. Sama-sama berkemeja putih, Megawati duduk di samping Try Sutrisno. Di hadapan mereka, duduk Prabowo dan Gibran yang kompak mengenakan jas dan peci. 

Ketua MPR RI yang juga politikus Gerindra Ahmad Muzani membenarkan pertemuan para tokoh itu. Menurut dia, Megawati dan Gibran juga sempat mengobrol. Namun, ia tak mengungkap apa isi pembicaraan keduanya. 

"Iya, (Gibran mengobrol dengan Megawati), bercanda-canda juga. Iya, bercanda di antara kita, yang ada di holding. Ada saya, ada Pak Prabowo," kata Muzani kepada wartawan di Gedung Pancasila. 

Gibran saat ini masih tak berpartai setelah dipecat PDI-P pada Pilpres 2024. Memilih maju mendampingi Prabowo, Gibran dianggap menyalahi instruksi Megawati. Ketika itu, PDI-P sudah mengusung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. 

Adapun Try Sutrisno merupakan salah satu pentolan Forum Purnawirawan Prajurit TNI. April lalu, forum itu mengusulkan pemakzulan Gibran. Tuntutan lain yang tak kalah kontroversial ialah menolak kelanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang digagas pada era Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), ayah Gibran.

Analis politik dari Universitas Jember, Muhammad Iqbal menduga persamuhan "satu meja" antara Prabowo, Megawati, Try Sutrisno dan Gibran dikehendaki Prabowo. Persamuhan itu, kata Iqbal, sarat makna politis. 

Pada satu sisi, Prabowo bisa dianggap sedang unjuk gigi kepada Gibran dan kekuatan politik yang berada di belakangnya. Pesan yang ingin disampaikan ialah bahwa Prabowo berada satu kubu dengan Try Sutrisno dan Megawati.

"Kedua tokoh ini (Try Sutrisno dan Megawati) terbukti serius dalam mempersoalkan posisi Gibran sebagai Wapres," kata Iqbal kepada Alinea.id, Selasa (3/6).

Namun, pertemuan itu juga bisa dimaknai sebaliknya. Prabowo, lanjut Iqbal, bisa dikesankan sedang memperlihatkan kepada publik bahwa pemerintahannya berjalan mulus. Tidak ada kerikil yang menghalangi jalannya pemerintahan. 

"Daya pengaruh Prabowo, dalam hal ini, terbukti cukup ampuh. Dia berhasil mempertemukan ketiga tokoh sentral dalam arus politik paling kontroversial ini," kata Iqbal. 

Dengan pertemuan itu, menurut Iqbal, Prabowo juga seolah membantah spekulasi ada dua matahari di pemerintahannya. Ada kesan Istana membiarkan polemik ijazah palsu Jokowi dan pemakzulan Gibran terus bergulir. 

"Sementara agenda politik asta cita Prabowo terus berjalan, baik itu yang benderang atau terselubung, tanpa fokus perlawanan publik yang berarti," kata Iqbal. 

Saat ini, Jokowi sedang tersandung kasus dugaan ijazah palsu. Di Surakarta, sidang gugatan terkait itu sedang digelar. Belakangan, keaslian ijazah Gibran juga dipersoalkan publik.  

Analis politik dari peneliti dari Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro sepakat pertemuan Prabowo, Megawati, Try Sutrisno, dan Gibran bermakna politis. 

Prabowo, kata Bawono, ingin mengirim sinyal kepada publik bahwa pemerintahannya tidak berada di bawah kendali siapa pun. "Termasuk Joko Widodo," jelas Bawono kepada Alinea.id. 

Dia menduga Prabowo sedang berupaya mengonsolidasikan kekuatan agar tidak bergantung dari satu poros tertentu. Itu penting dilakukan Prabowo agar punya banyak opsi pada peta politik Pemilu 2029. 

"Peningkatan intensitas pertemuan dan juga komunikasi politik antara kedua tokoh bangsa ini juga memiliki potensi bagi kerja sama lebih lanjut di masa depan, termasuk koalisi strategis menghadapi Pemilu 2029," kata Bawono. 

 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan