sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Misi muskil membentuk klub presiden ala Prabowo

Megawati punya konflik personal dengan SBY dan Jokowi. Mungkinkah mereka kerja di satu ruangan yang sama?

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Sabtu, 04 Mei 2024 18:09 WIB
Misi muskil membentuk klub presiden ala Prabowo

Rencana presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk 'presidential club' diyakini bakal sulit direalisasikan. Klub yang diisi presiden-presiden Indonesia yang masih hidup itu tak mungkin bisa menampung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Joko Widodo (Jokowi), dan Megawati Soekarnoputri secara bersamaan. 

Analis politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Idil Akbar menilai rencana presidential club hanya terkesan positif dari sisi normatif. Ia berpendapat klub itu muskil terwujud lantaran para mantan presiden yang masih hidup bukan negarawan sepenuhnya. Namun, elite-elite politik. 

"Mereka punya pemikiran yang berbeda, punya logika yang berbeda dan kepentingan yang berbeda. Maka dari situ, sulit untuk dipertemukan. Walaupun mereka secara fisik enggak ketemu, secara pemikiran juga tidak bertemu. SBY dengan Demokratnya, Megawati dengan PDI-Pnya dan nanti bila jadi Jokowi dengan Golkarnya," ucap Idil kepada Alinea.id, Jumat (5/5).

Setelah melepas jabatan ketua umum ke putranya, Agus Harimurti Yudhoyono, SBY saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Megawati sudah puluhan tahun memegang jabatan sebagai Ketum PDI-P, sedangkan Jokowi saat ini dilaporkan sedang disiapkan menjadi kader Golkar. 

Hubungan antara Jokowi dan SBY bisa dikata baik-baik saja. Namun, hubungan Megawati dan SBY serta Megawati dan Jokowi terbilang buruk. Megawati hingga kini belum bisa memaafkan SBY setelah "dikhianati" jelang Pilpres 2004. Mega juga dianggap tak mungkin memaafkan Jokowi yang membelot mendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.

Sebagai presiden yang bakal berkuasa, Idil menerka Prabowo paling hanya bisa meminta saran dan masukan kepada ketiga mantan presiden pada waktu yang berbeda. Ketiganya tak mungkin dipertemukan dalam satu waktu dan ruang yang sama. 

"Hubungan Prabowo dengan ketiga presiden sebelumnya relatif baik. Tetapi, ketika masuk ke ranah politik, kemudian difasilitasi dengan presidential club, akhirnya yang harus dilakukan oleh Pak Prabowo adalah menjembatani ketiga orang ini," ucap Idil.

Jika terealisasi, Idil berharap Prabowo bisa berlaku independen. Prabowo tak boleh mengistimewakan Jokowi berlebihan meskipun Jokowi sosok yang dianggap paling berperan menjadikan Prabowo sebagai presiden terpilih. Jika terlalu "manut" kepada Jokowi, bakal muncul kesan presiden lain sebagai kameo dalam presidential club.

Sponsored

"Bagaimana kemudian konsep berpolitiknya itu justru bisa memecahkan persoalan masalah bangsa. Karena bagaimanapun kalau kita bicara dalam tataran mereka sebagai orang politik atau politisi, tentu saja punya kepentingan politik," ucap Idil.

Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Djati menilai Prabowo berniat membentuk presidential club serupa dengan tradisi politik di Amerika Serikat. Namun, ia tak yakin wacana pembentukan presidential club ala Prabowo bakal mampu diwujudkan. 

"Dalam konteks Indonesia, perkumpulan semacam presidential club baru bisa terwujud bila para mantan presiden tidak lagi partisan dan secara murni menjadi negarawan sehingga mereka tidak terikat lagi konflik politik personal," ucap Wasisto kepada Alinea.id, Jumat (3/5).

Wasisto menilai Prabowo akan sulit menyambung tali silaturahmi antara Jokowi, SBY dan Megawati. Selain punya riwayat hubungan personal yang buruk, terkecuali Jokowi, SBY dan Megawati masih jadi elite-elite politik di parpolnya masing-masing. 

"Dalam kasus Indonesia, tentu ini menjadi ide yang menarik namun mempertemukan mereka yang masih ada baju partai. Tentu menjadi tantangan tersendiri. Itu tergantung kembali bagaimana nanti Pak Prabowo bisa menjembatani komunikasi mantan presiden itu," ucap Wasisto.
 

Berita Lainnya
×
tekid