sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Siapakah king maker sesungguhnya antara SBY dan Prabowo?

"Di mata saya, superstar dalam pemilihan presiden ya Capres. Bukan yang lain," kata SBY saat bertemu dengan Zulkifli Hasan.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Kamis, 26 Jul 2018 00:25 WIB
Siapakah king maker sesungguhnya antara SBY dan Prabowo?

"Di mata saya, superstar dalam pemilihan presiden ya Capres. Bukan yang lain," kata SBY saat bertemu dengan Zulkifli Hasan.

Setelah sehari sebelumnya Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima kedatangan Prabowo Subianto, kini Presiden ke-6 RI itu kembali kedatangan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.

Kedatangan para ketua umum partai politik ke kediaman SBY dipastikan untuk membahas rancangan koalisi menuju Pemilihan Umum Presiden 2019. Koalisi hingga tawar menawar posisi menjadi pembahasan berbalut diskusi kondisi terkini negeri.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan tiba di kediaman SBY, kawasan Megakuningan Timur VII, Jakarta Selatan, pada Rabu (25/7) malam. Pria yang akrab disapa Zulhas itu tiba pukul 19.30 WIB mengenakan batik lengan panjang berwarna biru, warna yang melambangkan partainya.

Dia disambut langsung oleh SBY yang mengenakan batik berwarna cokelat. Kemudian, pertemuan keduanya berlangsung lebih kurang 2 jam. Persis serupa dengan pertemuan sebelumnya bersama Prabowo Subianto.

Usai berdiskusi, keduanya kemudian menggelar konferensi pers. SBY memimpin penjelasan kepada para awak media yang telah menanti di halaman.

Ketua Umum Partai Demokrat pemilik 61 kursi DPR itu mengatakan pertemuan dengan Zulkifli Hasan membahas sejumlah persoalan, termasuk rencana koalisi dalam Pilpres 2019. Model kepemimpinan yang akan dihadirkan untuk masyarakat ke depan, juga telah disepakati bersama Zulkifli.

"Kami sepakat pula, mulai hari ini hingga tanggal 10 Agustus mendatang, untuk meningkatkan intensitas pertemuan kami. Dan jangan lupa, kalau kami diizinkan oleh Allah untuk membangun koalisi, maka yang paling penting adalah merumuskan visi, misi, dan solusi kebijakan yang akan ditawarkan oleh pasangan Capres dan Cawapres yang kami usung agar dapat dinilai oleh rakyat," kata dia.

Sponsored

SBY optimistis program yang akan diusung oleh Capres-Cawapres pilihan Demokrat akan dilirik oleh masyarakat. Demokrat dan mitra koalisi akan bekerja intensif hingga tenggat waktu masa pendaftaran Capres-Cawapres pada 10 Agustus mendatang.

Dia menegaskan, keduanya tidak membicarakan terkait pembagian kekuasaan, bagi-bagi kursi kabinet, hingga nama Cawapres. Sebab, dia menilai dalam etika dan tata krama politik, yang berinisiatif membicarakan Cawapres itu seharusnya Capres. 

Berbekal pengalaman dua kali sebagai Capres, SBY meyakini Capres yang diusung oleh partai koalisi memiliki independensi untuk memilih Cawapres. Tentunya, akan dikomunikasikan dengan pimpinan partai politik mitra koalisi.

"Karena di mata saya, superstar dalam pemilihan presiden, ya Capres. Bukan yang lain," tuturnya.

Ayah dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu mengisyarakatkan jika terjadi koalisi dengan PAN, dia telah menjalin hubungan yang baik dengan partai berlambang matahari terbit tersebut. Bahkan, saat menjabat sebagai presiden, Demokrat dan PAN berada dalam koalisi pemerintahan.

 

Bermain di dua kaki

Saat bersamaan, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan membenarkan pernyataan SBY. Pertemuan keduanya tidak membicarakan Capres-Cawapres yang bakal diusung pada Pilpres 2019.

Dia belum bisa memastikan arah politiknya pada Pilpres 2019, mendukung Jokowi atau Prabowo. Dia mengakui masih melakukan penjajakan kepada masing-masing kubu.

PAN dan Demokrat sepakat untuk menghentikan politisasi yang terjadi di  politik Tanah Air. Terutama politisasi SARA, kebencian, dan ingin menghadirkan politik kebangsaan.

"Ini proses, belum dikatakan hasil yang mutlak. Pada saatnya nanti akan dapat jawaban yang jelas. Tunggu saja seperti bola, ada injury time," kata Ketua MPR tersebut. 

Memang, diakui oleh SBY, belum ada kesepakatan berkoalisi antara Demokrat dan PAN. Namun, SBY merasa chemisty antara Demokrat dan PAN sudah sangat baik. 

Sebagai informasi, SBY merupakan besan dari mantan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. Pada 2014, Hatta Rajasa mendampingi Prabowo Subianto sebagai Cawapres pada Pilpres 2019. 

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin berpandangan, sesungguhnya Zulkifli Hasan sedang bermain di zona aman politik, sehingga terkesan bermain dua kaki.

"PAN sebenarnya lagi main di zona aman biar bisa jadi ISIS (Ikut Sana Ikut Sini) atau SUSU (Sini Untung Sana Untung)," paparnya.

Menurutnya, sikap yang diperlihatkan Ketua Umum PAN itu tak terlepas dari adanya pertarungan kekuatan di internal partai yang kini sedang bergeliat seiring pencalonan presiden.

"Jadi begini, sebenarnya Zulkifili itu kecenderungannya ingin ke Jokowi, tapi ada faktor Amien Rais yang ingin ke Prabowo. Jadi, dua kekuatan di internal PAN itu sedang bertarung, makanya dia jadi ISIS atau SUSU," pungkasnya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Antara Foto)

Siapakah king maker?

Komunikasi politik pada kubu penantang Joko Widodo semakin hangat. Prabowo Subianto yang diusung Partai Gerindra sebagai calon presiden terus melakukan safari politik.

Jika ditilik dalam pekan-pekan terakhir menjelang pendaftaran Capres-Cawapres, tampaknya ingar bingar mulai memanas. Kunjungan Prabowo ke kediaman SBY, yang kemudian dilanjutkan oleh Zulkifli Hasan mulai menunjukkan siapa king maker.

King maker adalah istilah untuk orang atau kelompok yang memiliki pengaruh besar pada suksesi politik tanpa dirinya mencalonkan diri. King maker dapat menggunakan strategi politik, logistik, hingga kekuatan militer dan agama untuk memengaruhi suksesi.

Sejumlah pihak menilai Prabowo sebaiknya menjadi king maker yang bertarung di balik layar. Jika dilihat dari komunikasi yang terbangun, maka SBY lebih tampak sebagai king maker dengan Prabowo sebagai play maker pada Pilpres 2019.

"Kalau cocok, berjodoh, berkoalisi, maka pak Prabowo lah sebagai capres yang menyampaikan kepada kami siapa cawapres yang dipilih," kata SBY dalam konferensi pers bersama Zulkifli.

SBY mengatakan saat dirinya menjadi Capres 2004 silam, ia memiliki kebebasan memilih Jusuf Kalla sebagai Cawapres pendampingnya, tanpa ada pihak yang mendikte, mengharuskan atau menekan. Begitu juga saat Pilpres 2009, SBY menyatakan sepenuhnya memiliki kebebasan memilih Boediono sebagai pendampingnya.

"Kalau pak Prabowo menjadi Capres yang diusung, tentu beliau akan memutuskan cawapres dengan pertimbangan yang masak yang memungkinkan perjuangannya berhasil," kata SBY.

 
Berita Lainnya
×
tekid