Identitas kuliner ganda Nusantara dan Tionghoa

Akulturasi budaya kuliner Tionghoa dan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad silam.

Seorang pedagang memperlihatkan kue khas Tionghoa di Pasar Pecinan Glodok, Jakarta Barat, Kamis (8/2/2024). Alinea.id/Fery Darmawan

Malam itu, Pasar Pecinan Glodok, Jakarta Barat ramai pengunjung. Mereka sibuk mencari pernak-pernik dan makanan khas Tionghoa untuk perayaan tahun baru Imlek.

Salah seorang pedagang, Tietiek, 37 tahun, sudah berjualan aneka makanan khas Tionghoa sejak lama. Turun-temurun dari kakeknya. Tak hanya saat menjelang perayaan tahun baru Imlek, Tietiek mengaku berjualan setiap hari di Pasar Pecinan Glodok. Makanan khas Tionghoa yang dijual Tietiek, misalnya dodol cina dan kue ku atau kue tok.

“Semuanya dari (bahan) gula merah kok. (Rasanya) manis,” ujar Tietiek kepada Alinea.id, Kamis (8/2).

“Biasanya (yang) beli (dalam bentuk) boks. Satu boks Rp48.000. Kalau kue ku harga satunya Rp4.000.”

Sedikit yang diketahui Tietiek soal muasal makanan khas Tionghoa itu. Ia dapat kisah dari kakeknya, kue-kue yang dijual ada hubungan antara kuliner asal Tiongkok dan Indonesia.