KAMI dan redupnya oposisi di parlemen

Oposisi di parlemen dinilai larut dalam irama kekuasaan.

Deklator KAMI Din Syamsuddin saat memberikan keterangan mengenai rencana deklarasi KAMI, Sabtu (15/8)/Foto Zoom.

Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) resmi dideklasikan di Tugu Proklamasi, Pegangsaan Timur, Jakarta, Selasa (18/8). Din Syamsudin, salah satu inisiator KAMI, menyebut setidaknya ada 150 tokoh yang ikut bergabung dalam deklarasi tersebut.

Menanggapi hal itu, pengamat Politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin melihat munculnya KAMI lantaran redup dan mandulnya oposisi di parlemen.

"Bukan hanya karena oposisi yang minoritas. Tetapi terkadang oposisi juga mengikuti irama kekuasaan. Seperti penambahan jabatan pimpinan MPR dan revisi UU KPK. Oposisi diam saja," ujar Ujang dihubungi Alinea.id, hari ini.

Bahkan, sambung dia, oposisi ikut larut dalam 'permainan' pemerintah. "Oleh karena itu, wajar jika muncul kekuatan dari civil society yang peduli aka nasib bagsanya," katanya.

Munurut Ujang, hadirnya KAMI bisa menjadi harapan bagi tumbuhnya kekuatan rakyat untuk menjaga demokrasi. "Saat ini kan tak ada check and balance. Munculnya KAMI bukan hanya suplemen bagi demokrasi, tetapi juga sebagai bentuk kekecewaan sebagian rakyat atas masalah-masalah bangsa yang makin hari makin tak jelas arahnya," pungkasnya.