sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Apindo soroti tiga tantangan ekonomi pada 2019

Salah satu tantangan ekonomi itu adalah kompetisi politik pada pemilihan umum tahun depan

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Selasa, 27 Nov 2018 16:45 WIB
Apindo soroti tiga tantangan ekonomi pada 2019

Asosiasi Pengusaha Indonesia menyoroti tiga tantangan ekonomi eksternal dan internal yang akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019, terutama transformasi kebijakan pemerintah setelah Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden.

Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani, mengatakan salah satu tantangan ekonomi itu adalah kompetisi politik pada pemilihan umum tahun depan yang akan menimbulkan dinamika bagi pertumbuhan ekonomi.

Kalangan dunia usaha juga tentunya menunggu arah dan kebijakan ekonomi dari para eksekutif pemerintahan yang terpilih setelah Pemilihan Umum 2019.

"Yang kita tunggu, transformasi di 2019 seperti apa, arah kebijakan pemerintahan dan kemungkinan yang memegang pimpinan Kementerian/Lembaga akan berganti," ujar dia dalam diskusi bertema "Pertaruhan Bisnis Pada Tahun Politik".

Selain tantangan dari eksternal, Apindo juga menyoroti tantangan dari semakin tingginya tekanan ekonomi eksternal yang disebabkan eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Ketegangan dua negara raksasa ekonomi yang bermula dari perang tarif impor itu pada awal 2018 ini akan menambah ketidakpastian ekonomi global pada 2019.

Tantangan ekonomi global juga akan dipicu dari fluktuasi harga minyak dunia, yang akan mempengaruhi parameter fundamental ekonomi makro Indonesia, termasuk postur anggaran fiskal. "Hal itu akan menjadi pertimbangan arah bisnis," kata dia.

Derasnya tantangan ekonomi global itu juga telah diafirmasi oleh dunia internasional seperti Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,9% menjadi 3,7% pada 2019.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 akan mencapai 5,3 persen, seperti yang menjadi asumsi makro untuk APBN 2019.

Sponsored

Sementara Bank Indonesia (BI) mengungkapkan dengan kondisi perekonomian global yang belum kondusif, bauran kebijakan BI yang telah ditempuh pada 2018 akan semakin diperkuat pada 2019. 

"Stance kebijakan moneter ahead the curve dan preemtif akan kami pertahankan pada 2019. Kebijakan suku bunga akan diarahkan kepada inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah yang stabil," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara Pertemuan Tahunan BI di Jakarta, Selasa (27/11).

Menurut Perry, pada tahun depan iklim suku bunga global masih naik. The Federal Reserve/The Fed, bank sentral AS, diperkirakan tiga kali menaikkan suku bunga acuan. Langkah ini akan diikuti oleh normalisasi kebijakan moneter di Uni Eropa dan negara-negara maju lainnya.

"Selain itu pada Desember 2018 nanti diperkirakan The Fed juga masih menaikkan suku bunga acuan sekali lagi," tambah Perry.

Dengan demikian, Perry menyebut arah kebijakan moneter 2019 masih akan fokus pada menjaga stabilitas. BI juga akan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun bukan melalui kebjakan moneter, tetapi lewat kebijakan makroprudensial.

"Pada 2019, kebijakan makroprudensial yang akomodatif akan terus kami lanjutkan. Kami juga akan mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pengembangan UMKM dan sektor prioritas termasuk ekspor dan pariwisata," pungkasnya.

Sumber : Antara

Berita Lainnya
×
tekid