Beberapa BUMN yang akan dibubarkan Erick Thohir
Kementerian BUMN telah membayar pesangon karyawan perusahaan yang diberhentikan.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana membubarkan beberapa BUMN karena dinilai sudah tidak dapat beroperasi lagi. Menurut Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, badan usaha pertama yang akan dibubarkan adalah PT Industri Gelas atau Iglas.
Arya menuturkan, Kementerian BUMN telah melakukan pembayaran terhadap karyawan perusahaan yang diberhentikan.
"Karyawan sudah dibayar oleh BUMN pesangon-pesangonnya. Nanti, pembubarannya bisa mengadopsi beberapa mekanisme, bisa PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) atau UU PKS," ujar Arya dalam keterangannya, Rabu (6/10).
BUMN Kedua yang akan dibubarkan adalah PT Kertas Kraft Aceh. Perusahaan produsen kertas ini sudah lama tidak beroperasi.
"Ini karena bahan bakunya mengalami moratorium, makanya sudah lama tidak bisa beroperasi. Karena moratorium, dia enggak punya bahan baku dan harganya mahal untuk buat kertas. Itulah yang buat Aceh susah produksi kertas, bahan bakunya enggak ada. Jadi sama, pembubarannya bisa lewat PKPU kalau mereka punya utang," jelas Arya.
Kemudian, PT Merpati Nusantara Airlines menjadi BUMN ketiga yang dibubarkan. Arya menerangkan, Merpati dibubarkan karena investor yang ingin berinvestasi di perusahaan penerbangan ini tiba-tiba batal. Ditambah lagi, saat ini Merpati tidak memiliki izin operasional penerbangan lagi. Juga tidak memiliki aset yang begitu besar.
“Kemudian untuk PT PANN memang ini perusahaan dulu kan sebenarnya perusahaan pembiayaan kapal, pesawat terbang. Sekarang mereka sudah tidak di core business-nya. Ini juga mereka mengarah ke kepailitan. Ada mereka punya aset, hotel, aneh juga ya karena dulu bisnisnya bukan itu. Ini nanti juga akan dikaitkan dan dicari tahu secara cepat," kata Arya.
Setelah PT PANN, BUMN keempat yang akan dibubarkan adalah PT Istaka Karya (Persero). Alasan pembubaran BUMN ini karena utang yang sudah lama menggunung. Jika utangnya terus dibiarkan, maka akan semakin membesar.
Terakhir ada perusahaan tekstil, yakni Industri Sandang Nusantara.
"Kemudian Industri Sandang Nusantara, industri tekstil juga lagi tidak bagus, kami pantau. Sudah tidak lagi menarik. Mereka punya bisnis, tapi tidak ada hubungan sama sekali dengan tekstil. Ada penyewaan tanah, tapi kan aneh, karena tidak ada hubungannya. Jadi kami akan bubarkan, entah itu dimasukkan ke kepailitan dan yang lainnya," ujar Arya.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
El Nino dan ancaman 'badai' karhutla 2023
Jumat, 31 Mar 2023 15:03 WIB
Menimbang sistem pemilu proporsional terbuka, tertutup, atau campuran
Kamis, 30 Mar 2023 06:19 WIB