sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

BI: Investor beralih ke pasar obligasi dan emas

Kondisi ekonomi global yang tak pasti mendorong investor untuk masuk ke pasar obligasi dan komoditas seperti emas.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Kamis, 19 Sep 2019 17:07 WIB
BI: Investor beralih ke pasar obligasi dan emas

Ketidakpastian ekonomi dunia disebut mendorong pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman seperti obligasi Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, selain obligasi, para investor  mengamankan dananya ke komoditas yang minim risiko seperti emas.

"Meskipun aliran modal ke negara berkembang tetap terjadi," ujar Perry di Jakarta, Kamis (19/9).

Perry melanjutkan, dinamika ekonomi global tersebut perlu menjadi perhatian karena dapat mempengaruhi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.

Sebagai negara emerging market, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia turut terpengaruh kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan tersebut. 

Ekspor diperkirakan belum membaik seiring permintaan global dan harga komoditas yang menurun, meskipun beberapa produk ekspor manufaktur seperti kendaraan bermotor tetap tumbuh baik. 

"Kondisi ini berdampak pada belum kuatnya pertumbuhan investasi, khususnya investasi nonbangunan, sementara pertumbuhan investasi bangunan cukup baik didorong oleh pembangunan proyek strategis nasional," ujarnya.

Dia pun menjelaskan, perang tarif yang dilakukan oleh kedua negara dengan kekuatan ekonomi super tersebut telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan yang didorong oleh penurunan ekspor dan permintaan domestik.

"Perekonomian dunia yang melambat telah mendorong harga minyak dan komoditas global kembali menurun, yang kemudian mengakibatkan pada rendahnya tekanan inflasi," katanya.

Sponsored

Oleh karena itu, lanjutnya, inflasi Indonesia per Agustus 2019 mengalami kenaikan menjadi 3,49% (yoy). Lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 3,32% (yoy).

"Sedangkan untuk Inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada Agustus 2019 tercatat 0,12% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,31% (mtm)," ujar Perry.

Dia menuturkan, kenaikan inflasi inti pada beberapa bulan terakhir lebih banyak dipengaruhi kenaikan harga emas global serta dampak lanjutan inflasi volatile food yang sempat meningkat.

Namun demikian Perry tetap optimis inflasi pada akhir 2019 akan berada dibawah titik tengah kisaran sasaran 3,5% dan terjaga dalam kisaran 3,0% pada 2020.

"Inflasi yang terkendali didukung oleh inflasi inti yang tetap terjaga didukung ekspektasi inflasi yang baik seiring dengan konsistensi kebijakan Bank Indonesia menjaga stabilitas harga, permintaan agregat yang terkelola baik, dan pengaruh harga global yang minimal," tuturnya.

Berita Lainnya
×
tekid