sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

CORE prediksi pertumbuhan ekonomi 2019 di bawah 2018

Sejumlah faktor akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini

Annisa Saumi
Annisa Saumi Selasa, 30 Jul 2019 19:24 WIB
CORE prediksi pertumbuhan ekonomi 2019 di bawah 2018

Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini mencapai 5,1%, atau lebih rendah dari tahun lalu 5,17%.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi memang masih terbuka lebar. Akan tetapi, perbaikan ekonomi tersebut sangat ditentukan oleh beberapa faktor.

“Seperti siapa menteri terpilih di tim ekonomi, dan keseriusan presiden dan tim ekonominya menjalankan agenda ekonomi,” kata Faisal di Jakarta, Selasa (30/7).

Selain faktor dari dalam negeri, pelambatan ekonomi dunia selama semester I-2019 juga turut memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. International Monetary Fund (IMF), kata Faisal, mengoreksi tajam laju pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,94% menjadi 3,3%. 

"Dampak dari demand global dan perang dagang di tahun ini cukup besar menekan pertumbuhan ekonomi. Melemahnya permintaan dunia ini menekan harga komoditas seperti harga batu bara dan minyak sawit yang merupakan andalan ekspor Indonesia," kata Faisal.

Faisal menjelaskan, harga rata-rata minyak sawit pada bulan Juni 2019 hanya US$552,19 per metrik ton, atau kurang dari separuh harga rata-rata Januari 2018 sebesar US$1265 per metrik ton. Sementara itu, harga rata-rata batu bara pada Juni 2019 sebesar US$72,49 per metrik ton, jauh di bawah harga rata-rata Juli 2018 sebesar US$119,57 per metrik ton. 

Dengan kondisi seperti itu, Faisal melanjutkan, selama triwulan I-2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia bergantung pada stabilitas konsumsi rumah tangga dan dorongan belanja pemerintah. Pasalnya, pelambatan ekonomi dunia banyak menekan investasi dan ekspor. 

Konsumsi Rumah Tangga sendiri menyumbang kontribusi sebesar 54,9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sektor makanan dan minuman menjadi penyumbang terbesar terhadap konsumsi rumah tangga sebesar 36,82% tahun ini. 

Sponsored

Sedangkan pertumbuhan penanaman modal (PMTB) pada kuartal I-2019 melemah secara year on year menjadi 5,03%. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, sektor ini mampu tumbuh mencapai 7,94%.

Sementara itu, pertumbuhan penanaman modal asing (PMA) masih mengalami kontraksi sebesar 0,9% pada kuartal I-2019. Faisal mengatakan tertahannya laju pertumbuhan investasi tak hanya dipenagruhi oleh faktor pemilu 2019 dan pelambatan ekonomi dunia, tetapi juga karena lemahnya iklim usaha sektor industri manufaktur dalam negeri.

"Indonesia sebenarnya masih berpeluang menarik investasi manufaktur dari tren relokasi industri dari China yang diakibatkan perang dagang," tutur Faisal. 

Saat ini, kata Faisal, peluang tersebut masih lebih banyak dimanfaatkan Vietnam. Meski demikian, semakin maraknya investasi manufaktur yang masuk ke Vietnam, semakin hari menunjukkan gejala kejenuhan akibat dari efisiensi transportasi logistik maupun persaingan mendapatkan tenaga kerja terampil. Akibatnya, sebagian pelaku industri yang selama ini masih berbasis di China mulai menggeser opsi pilihan ke negara Asia Tenggara lainnya.

Defisit perdagangan

CORE memperkirakan defisit perdagangan sampai akhir tahun 2019 akan lebih rendah dibanding defisit di semester kedua 2018 yang mencapai US$7,5 miliar.

Hal ini disebabkan implementasi kebijakan-kebijakan pemerintah yang meningkatkan kontrol terhadap barang impor sejak akhir tahun lalu. 

"Salah satunya adalah kembali ditingkatkannya impor terhadap besi dan baja melalui revisi terhadap kebijakan post border di akhir tahun 2018," kata Faisal. 

Walaupun begitu, Faisal mengatakan perbaikan kinerja perdagangan ini tidak disumbangkan oleh peningkatan ekspor. CORE memperkirakan ekspor pada semester II-2019 ini akan mengalami penurunan karena harga komoditas semakin tertekan, khususnya sawit dan batu bara. 

Selain itu, Indonesia juga belum mampu memanfaatkan peluang untuk meningkatkan penetrasi ekspor ke China maupun Amerika Serikat yang tengah terlibat perang dagang. Sepanjang paruh pertama 2019, CORE melihat ekspor Indonesia ke AS maupun China masih mengalami penurunan. Tercatat pada April 2019, Indonesia hanya memiliki 0,3% share ekspor ke AS.

Sebaliknya, Vietnam justru menikmati peningkatan ekspor secara signifikan. CORE mencatat share ekspor Vietnam ke AS pada April 2019 meningkat 57,1% menjadi 1,1% dibandingkan pada April 2018 yang hanya sebesar 0,7%.
 

Berita Lainnya
×
tekid