Pertumbuhan ekonomi akhir tahun masih 5%, konsumsi jadi penolong
Ekonomi global memang sedang payah, lantas apakah ekonomi kita juga ikut payah?
Ekspor Keok
Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov menilai, pada sisa akhir tahun ini, kinerja ekonomi memang cukup berat.
Hal ini imbas dari pertumbuhan ekonomi sepanjang semester satu yang berat.
Abra beralasan, pada sisa kuartal akhir ini, situasi politik dalam negeri penuh riak-riak yang mengganggu stabilitas politik dalam negeri. Belum lagi, penyusunan kabinet kerja Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang diprediksi bakal gaduh.
Atas kondisi tersebut, Abra memprediksi investasi yang selama ini menjadi penopang ekonomi dalam negeri akan tertahan. Selain itu ekspor dalam negeri yang diprediksi melambat.
Konsumsi memang masih menjadi penyelamat pertumbuhan ekonomi dalam negeri, tapi jika ditelisik pada kondisi saat ini, mampukah konsumsi akan terus penopang ekonomi?
Seperti diketahui, tahun depan Pemerintah akan menaikkan iuran BPJS Kesehatan dan tarif listrik. Keputusan tersebut tentu akan memengaruhi daya beli masyarakat, khususnya konsumsi rumah tangga.
Dengan kondisi investor menahan diri, konsumsi melambat dan kinerja ekspor yang lesu, maka pemerintah harus segera mencari cara untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Hitungan Abra, ekonomi sampai akhir tahun hanya tumbuh 4,9%. Indikatornya, penjualan semen yang menurun, padahal semen salah satu indikator infrastruktur dan konstruksi.
"Otomotif turun. Jadi indikator sektor riil itu menjadi indikator nasional," tukas Abra.
Riset : Fultri Sri Ratu Handayani