sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Harga beras melambung saat produksi nasional aman, mengapa?

Total produk padi 2022 diproyeksikan meningkat 2,31% atau 1,25 juta ton lebih banyak daripada tahun lalu.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Jumat, 18 Nov 2022 18:54 WIB
Harga beras melambung saat produksi nasional aman, mengapa?

Kementerian Pertanian memastikan produksi beras nasional dalam kondisi aman. Apalagi, akan ada peluang penambahan stok mengingat produksi periode Oktober-Desember 2022 potensinya mencapai 5-6 juta ton beras.

"Periode Oktober-Desember 2022 ini diprediksi akan ada gabah kering giling (GKG) mencapai 10,24 juta ton. Kalau jadi beras, kira-kira 5 hingga 6 juta ton," kata Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Moh. Ismail Wahab, dalam telekonferensi pers "Kondisi Stok Beras Nasional 2022", Jumat (18/11).

Prediksi tersebut, sambungnya, membuat potensi kenaikan produksi padi lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu karena naik 15,06% atau setara 1,34 juta ton GKG. Dalihnya, total produksi padi 2022 diproyeksikan meningkat 2,31% (1,25 juta ton) daripada 2021 sehingga secara kumulatif mencapai 55,67 juta ton.

Meskipun demikian, Ismail mengakui harga beras saat ini sedang naik. Ini disebabkan naiknya harga komponen-komponen penyusun harga beras.

"Kalau tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan harga pupuk, setiap tahun harga gabah di musim saat ini (Oktober-Desember) akan selalu tinggi daripada musim tanam sebelumnya," tuturnya.

"Sekarang makin tinggi [harga beras] karena petani pakai pupuk nonsubsidi yang harganya jauh lebih mahal, harga BBM naik, hingga harga upah juga naik sekitar Rp20.000 sampai Rp25.000 ribu per hari," sambungnya.

Kenaikan harga beras juga dipicu sentimen negatif terhadap stok beras di Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) yang dianggap menipis. "Petani merasa ini bahaya," ucap Ismail.

"Mereka berpikir bahwa pemerintah tidak punya alat untuk memberikan sentimen positif dalam menekan harga karena stok tidak banyak," imbuh dia.

Sponsored

Berdasarkan data Kementan, stok beras per akhir Juni 2022 mencapai 9,71 juta ton. Sebanyak 67,94% di antaranya berada di rumah tangga (RT), Bulog 11,40%, pedagang 10,67%, penggilingan 7,15%, serta horeka (hotel, restoran, dan katering) dan industri 2,84%.

Ismail berdalih, stok beras di Bulog lebih rendah dibandingkan RT karena pemerintah pada tahun ini banyak menyalurkan bantuan pangan nontunai (BPNT) kepada masyarakat tanpa melalui badan usaha milik negara (BUMN) tersebut. "Sehingga, distribusinya banyak di RT konsumen, kemudian RT produsen."

Berita Lainnya
×
tekid