sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Riset DBS: Harga rata-rata komoditas pada 2021 akan lebih tinggi dari 2020

Bank DBS mengatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan harga komoditas saat ini.

Davis Efraim Timotius
Davis Efraim Timotius Jumat, 03 Sep 2021 10:58 WIB
Riset DBS: Harga rata-rata komoditas pada 2021 akan lebih tinggi dari 2020

Tren harga komoditas dunia sejak semester kedua tahun 2020, telah menunjukkan pemulihan, di tengah berakhirnya karantina wilayah (lockdown) fase awal oleh sejumlah negara akibat pandemi Covid-19. Untuk itu, Bank DBS memperkirakan, kenaikan harga dan inflasi komoditas akan terus berlanjut di 2021 dan mempengaruhi industri hulu maupun hilir.

DBS Group Research dalam laporannya Regional Industry Focus bertajuk Commodity Inflation Analysis mengatakan, bahwa harga rata-rata komoditas pada 2021 akan lebih tinggi dibandingkan 2020.

"Meskipun ada moderasi harga komoditas pada paruh kedua 2021 setelah kenaikan akhir-akhir ini, harga rata-rata komoditas pada 2021 akan lebih tinggi dibandingkan 2020," tulis DBS Group Research dalam laporannya dikutip Jumat (3/9)

Bank DBS mengatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan harga komoditas saat ini, seperti meningkatnya permintaan yang dipicu oleh pemulihan awal ekonomi China, rencana belanja infrastruktur Amerika Serikat (AS), kebijakan moneter ekspansif dan stimulus fiskal oleh pemerintah di seluruh dunia yang mendorong terjadinya ekspektasi inflasi dan pelemahan dolar, dan pembatasan mobilitas selama pandemi Covid-19 serta cuaca ekstrem di wilayah tertentu.

Bank DBS menilai, kenaikan harga komoditas akan menguntungkan produsen komoditas hulu. Sementara di sektor hilir prospek margin mungkin tidak seburuk yang diperkirakan, karena dengan meningkatnya permintaan yang lebih tinggi pada produk akhir, sebagian dari biaya produksi bahan baku ini dapat dibebankan kepada pelanggan.

"Industri hilir kami percaya sektor penerbangan, konstruksi, semen, kilang akan sulit meneruskan kenaikan biaya. Sementara sektor otomotif, perangkat keras teknologi, galangan kapal, konsumsi makanan minuman (food & beverage) akan lebih mengelola margin di tengah meningkatnya permintaan konsumen akhir," kata laporan tersebut.

Outlook komoditas

Bank DBS memberikan pandangan mengenai beberapa komoditas yang akan mengalami pergerakan signifikan di 2021 ini, serta sejumlah faktor pendorong dan industri-industri yang terdampak.

Sponsored

1. Baja

Harga patokan HRC (Hot Rolled Coil) dunia dan Tiongkok (tidak termasuk PPN) masing-masing naik 59% dan 35% menjadi US$1.069/ton dan US$785/ton pada awal tahun hingga 19 Mei 2021. Harga baja akan terus didukung oleh kenaikan permintaan baja global sebesar 6,2% pada tahun ini yang terdorong oleh Rancangan Undang-undang (RUU) infrastruktur AS dan pemulihan ekonomi.

Di sisi lain, kebijakan pemerintah China dapat menyebabkan persaingan pasokan di pasar menjadi lebih ketat.

"Kami perkirakan harga baja akan melemah di semester kedua 2021 di mana bijih besi harganya akan turun karena peningkatan pasokan dari pertambangan. Rata-rata harga patokan HRC dunia dan harga HRC domestik China masih diproyeksikan naik 47% dan 37%  secara tahunan (year on year) pada 2021," tulis analis DBS Group Research, Lee Eun Young dalam laporannya.

Baja dan aluminium merupakan komponen utama pembuatan kendaraan. Selain baja, pabrikan (Original Equipment Manufacturer/OEM) kendaraan akhir-akhir ini banyak menggunakan aluminium dalam produksi kendaraan guna mengurangi berat kendaraan sekaligus menurunkan emisi CO2. Bahan baku baja diperkirakan menyumbang sekitar 75% terhadap total biaya produksi kendaraan. Oleh sebab itu, Bank DBS percaya OEM mobil mungkin tidak dapat meneruskan kenaikan biaya produksi secara penuh kepada konsumen.

2. Tembaga

Harga tembaga meningkat 28% menjadi US$10.115/ton per 19 Mei 2021 atau meningkat lebih dari dua kali lipat dari titik terendahnya di level US$4.618/ton pada 23 Maret 2020. Pasar tembaga diperkirakan tetap defisit 248.000 ton dan 206.000 ton pada 2021 dan 2022. Angka ini menyusut dari defisit 2020 sebesar 420.000 ton.

Bank DBS memperkirakan harga tembaga akan melemah di semester kedua tahun ini, akibat peningkatan produksi untuk proyek-proyek baru dengan banyak kapasitas peleburan di China dan memperlambat spekulasi investasi karena tingkat bunga yang lebih tinggi.

Dengan begitu, harga tembaga rata-rata diperkirakan naik 26,2% secara tahunan (year on year) di level US$7.800/ton pada 2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

3. Minyak

Pemulihan tajam permintaan minyak global pascapembatasan mobilitas yang dikombinasikan dengan pemangkasan produksi OPEC, menyebabkan ketatnya pasar di awal tahun. Persediaan minyak global pun menyusut hingga di bawah tingkat rata-rata.

Bank DBS memperkirakan harga rata-rata minyak mentah Brent akan tetap meningkat di rentang US$ 65-70/bbl hingga 2022, seiring pemulihan permintaan menuju ke level sebelum pandemi Covid-19.

4. CPO

Harga minyak sawit mentah (CPO) Malaysia naik 250% dari titik terendah pada saat pandemi Maret 2020 dan saat ini menyentuh level tertinggi di level RM4.500 per metrik ton (MT). Harga tinggi ini kemungkinan bisa bertahan sementara waktu dengan pasokan dan permintaan yang ketat. Harga minyak kedelai dan minyak nabati lainnya juga membuat harga CPO menguat. Meskipun terjadi reli, harga CPO masih US$300 per ton di bawah minyak kedelai.

"Asumsi kami harga CPO 2021 berada di US$617 per MT," ujar analis DBS Group Research.

Berita Lainnya
×
tekid