sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hilirisasi industri menjadi isu utama di KTT G20

Untuk investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT), Bahlil melaporkan pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa “deal business”.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Kamis, 10 Nov 2022 16:46 WIB
Hilirisasi industri menjadi isu utama di KTT G20

Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 15-16 November 2022 mendatang, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan Pemerintah Indonesia akan fokus mengarahkan transformasi ekonomi dalam negeri dengan hilirisasi.

Pada pertemuan internasional ini, ada empat poin yang disepakati oleh seluruh negara G20, yaitu hilirisasi industri dan penciptaan nilai tambah, kolaborasi antara pengusaha daerah dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), pemerataan investasi di negara maju dan berkembang, serta Bali Compendium.

“Empat poin ini sudah disepakati dalam pertemuan tingkat menteri dan akan dibicarakan di tingkat level kepala negara,” kata Bahlil dalam presentasinya di Konferensi Pers Investasi Terus Tumbuh Topang Pertumbuhan Ekonomi, Kamis (10/11).

Bahlil menyebutkan, terkait industri hilir, tidak hanya berlaku untuk komoditas nikel tetapi juga hilirisasi di sektor pangan dan energi. Pasalnya, adanya perang antara Rusia-Ukraina telah menyebabkan krisis pangan dan energi. Hilirisasi nikel, menurut Bahlil, adalah contoh berhasilnya Indonesia menambah pundi-pundi pendapatan karena memberikan nilai tambah pada komoditas nikel.

“Nikel ini sebagai contoh pelajaran bagi kita. Berkat adanya hilirisasi, nilai ekspornya bertambah dari tahun 2017 hanya US$3,3 miliar naik jadi US$20,9 miliar di tahun 2021. Dan kami taksir untuk tahun 2022 mencapai US$27 miliar sampai US$30 miliar,” terang Bahlil.

Lebih lanjut, ia menambahkan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pemerintah saat ini telah menyiapkan masterplan untuk hilirisasi sektor pangan dan energi, khususnya gas. Hilirisasi sektor pangan, menurutnya, jadi salah satu instrumen penting, karena mampu menciptakan lapangan kerja dan kawasan pertumbuhan ekonomi baru.

“Sektor pangan ini tidak membutuhkan banyak investasi, tetapi melibatkan banyak lapangan kerja, terutama di daerah-daerah dan tidak terpusat di ibu kota saja seperti di Jakarta,” ungkapnya.

Kemudian untuk investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT), Bahlil melaporkan pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa “deal business”, salah satunya dengan Siemens Energy.

Sponsored

“Hari ini kami juga akan menyaksikan penandatanganan kolaborasi Siemens dengan perusahaan dalam negeri yang akan membangun manufaktur di Indoensia dengan produk yang dihasilkan dan ditujukan untuk ekspor. Hal ini yang akan terus kita lakukan,” tandas Bahlil.

Berita Lainnya
×
tekid