sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Indef ungkap 3 'hantu' ekonomi nasional pada 2022

Varian Omicron yang menyebar sangat cepat telah menghambat tren pemulihan ekonomi global di 2021.

Anisatul Umah
Anisatul Umah Selasa, 08 Feb 2022 17:21 WIB
Indef ungkap 3 'hantu' ekonomi nasional pada 2022

Tantangan ekonomi global masih banyak menghantui perekonomian di 2022. Mulai dari varian baru Omicron, harga minyak, hingga tapering. Untuk harga minyak, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) bahkan memproyeksikan bisa menyentuh US$100 per barel.

Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto menjelaskan, tantangan pertama dari perekonomian global adalah varian baru Omicron. Varian Omicron yang menyebar sangat cepat telah menghambat tren pemulihan ekonomi global di 2021.

Sementara di 2022 ini Omicron bisa menjadi ancaman bagi pemulihan ekonomi nasional dengan meningkatnya kasus positif. Di Indonesia sendiri, menurutnya, kemungkinan dalam tiga bulan ini akan ada lonjakan, sehingga di triwulan I akan cukup sulit capai pertumbuhan ekonomi di atas 5%.

"Ada lonjakan kasus triwulan I, probability capai di atas 5% akan agak sulit, mau tumbuh 5,2% (year on year di 2022) rerata di atas 5%, minimal 5,2%," ungkap Eko dalam diskusi 'Kebijakan Tak Fokus, Pemulihan Pupus: Tanggapan terhadap Kinerja Ekonomi 2021' Selasa (8/2).

Tantangan kedua, menurutnya, adalah lonjakan harga minyak. Tensi geopolitik global antara Rusia dan Ukraina sedang meningkat. Di mana mereka melibatkan negara-negara dengan perekonomian dominan di dunia.

Menurutnya, dengan kondisi geopolitik seperti ini implikasinya tidak akan mudah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi.

"Geopolitik Rusia dan Ukraina yang ini mungkin gak mudah juga diselesaikan, kalau ini terus-terusan naik dan dugaan kami bisa tembus US$100 per barel," jelasnya.

Tantangan selanjutnya adalah harga komoditas yang meninggi dan inflasi yang mengintai. Eko menjelaskan pemulihan ekonomi global mendorong peningkatan permintaan komoditas. Di sisi lain supply tidak secara cepat mengimbangi demand.

Sponsored

Dampaknya harga komoditas mengalami peningkatan dan pada akhirnya akan mendorong inflasi yang bersumber dari barang bergejolak dan impor.

Terakhir tantangan yang dihadapi adalah tapering, sinyal dari AS menurutnya sudah semakin kuat. Seiring dengan inflasi AS yang berada di atas target The Fed, maka bank sentral AS akan mengurangi pembelian surat utang pemerintah.

"The Fed akan kurangi pembelian SBN pemerintah AS, nanti akan ada kenaikan Fed Funds Rates, implikasinya di kita, dugaan saya akan ada gejolak, meski momentumnya enggak lama. Saya sepakat dengan pemerintah, kita relatif siap dengan cadangan devisa tinggi," paparnya.

Berita Lainnya
×
tekid