sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Konflik Rusia-Ukraina diprediksi berdampak pada tarif listrik

Tarif listrik diprediksi naik akibat konflik Rusia-Ukraina.

Ayu mumpuni
Ayu mumpuni Minggu, 06 Mar 2022 21:58 WIB
Konflik Rusia-Ukraina diprediksi berdampak pada tarif listrik

DPR memprediksi akan adanya kenaikan tarif listrik akibat invasi Rusia terhadap Ukraina. Pasalnya, konflik kedua negara tersebut sudah membuat kenaikan Indonesian Crude Price (ICP).

Diketahui, pembangkit listrik Indonesia sendiri masih menggunakan BBM. Oleh karenanya, kenaikan US$1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp295 miliar. 

“Sejatinya kenaikan minyak dunia juga akan mengerek harga minyak mentah ICP. Saat ini minyak mentah dunia telah melewati batas US$100 per barrel. Padahal dalam APBN harga ICP hanya dipatok US$63 per barel. Artinya, ada selisih US$37 per barrel,” kata Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan dalam keterangan resminya, Minggu (6/3). 

Politikus Partai Gerindra itu melanjutkan, kenaikan ICP akan berdampak pada sisi pendapatan dan belanja negara.

Dari sisi pendapatan negara, kenaikan ICP akan meningkatkan pendapatan negara yang berbasis komoditas migas, yaitu pajak penghasilan (PPh) migas dan pendapatan negara bukan pajak SDA migas. Sementara dari sisi belanja negara, kenaikan ICP akan meningkatkan subsidi energi, dana bagi hasil (DBH), anggaran pendidikan, dan anggaran kesehatan. 

Dalam dokumen Nota Keuangan dan APBN 2022 dijelaskan, kenaikan US$1 per barel bisa menambah pemasukan negara neto sebesar Rp400 miliar. Dengan adanya selisih harga US$37 per barel, maka akan menambah pemasukan negara sebesar Rp14,8 triliun. 

Dia berpendapat, kenaikan minyak dunia dunia sejatinya bisa dimanfaatkan oleh Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk menaikkan lifting minyak bumi. Dengan demikian, Indonesia mendapatkan keuntungan lebih banyak.
 
“Sayangnya, pada realisasi lifting minyak bumi sepanjang 2021 hanya tercapai 660 barel oil per day (BPOD), angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan sebesar 705 BOPD,” tuturnya.

Menurutnya, tidak optimalnya lifting minyak pada 2021 menimbulkan pesimisme akan terpenuhinya target tahun ini sebesar 603 BPOD. Oleh karenanya, dia berharap pemerintah mampu memanfaatkan kenaikan ICP untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. 

Sponsored

Ditambahkan dia, keuntungan dari kenaikan perlu didistribusikan untuk menambah subsidi energi dan sekaligus menahan kenaikan harga BBM di dalam negeri. Pria yang akrab disapa Hergun itu mengingatkan, perang Rusia-Ukraina juga akan berdampakpada potensi menurunnya kinerja ekspor dan impor yang bisa menganggu target pertumbuhan ekonomi pada 2022. 

“Pada 2022, pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 5,2%. Target yang cukup tinggi tersebut berpijak pada baseline 2021 yang mampu tumbuh sebesar 3,69%. Capaian 2021 antara lain didukung oleh kinerja ekspor yang tumbuh 24,04% dan impor tumbuh 23,31%,” ucap Hergun.

Berita Lainnya
×
tekid