sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kehancuran FTX: Lagi dan lagi kredibilitas perdagangan kripto diragukan

Kehancuran bursa pertukaran kripto terbesar kedua, FTX menjadi momen bagi exchanger mengedepankan transparansi.

Qonita Azzahra
Qonita Azzahra Jumat, 25 Nov 2022 07:58 WIB
Kehancuran FTX: Lagi dan lagi kredibilitas perdagangan kripto diragukan

Musim dingin pada aset koin kripto belum juga berakhir. Bermula dari krisis aset kripto asal Korea Selatan Terra LUNA serta stablecoin-nya TerraUSD. Diikuti kemudian dengan jatuhnya perusahaan nilai lindung kripto Three Arrows Capital (3AC), hingga perusahaan pinjaman kripto Celcius Network. Belum juga membaik, harga aset kripto kembali dibuat babak belur oleh kasus di pasar aset investasi anyar itu; kebangrutan perusahaan pertukaran mata uang kripto FTX.

Hal ini terlihat dari kapitalisasi pasar yang mencerminkan nilai aset dan keadaan pasar kripto, di mana pada Rabu (23/11) pukul 11.55 WIB, sebesar US$821,21 miliar. Padahal pada 1 November kapitalisasi pasar seluruh aset kripto masih senilai US$1,01 triliun.

Tidak hanya itu, harga mayoritas koin dengan kapitalisasi pasar terbesar juga masih terjerembab di zona merah sejak sepekan terakhir, meski sudah perlahan membaik pada perdagangan kemarin. Harga Bitcoin (BTC) misalnya, merosot 2,40% sejak perdagangan Kamis (17/11). Namun koin dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia ini mengalami perbaikan harga hingga 4,44% menjadi US$16.534,42.

Kemudian harga Ethereum (ETH) yang memiliki kapitalisasi pasar senilai US$146,99 miliar menguat 6,37% menjadi US$1.165,18, namun harga ini lebih rendah 6,79% dari tujuh hari sebelumnya. Sementara itu, harga token FTT dari FTX berada di level US$1,35, terus melanjutkan penurunannya sejak FTX mengumumkan kebangkrutan pada Jumat (11/11) waktu sempat.

Pengajuan kebangkrutan sesuai Bab 11 Undang-undang Kepailitan Amerika Serikat (United States Bankruptcy Code) diajukan Grup FTX setelah bursa kripto pesaingnya Binance mengurungkan niatnya untuk mengakuisisi FTX.

“West Realm Shires (FTX US), Alameda Research Ltd. dan sekitar 130 perusahaan afiliasi lainnya telah memulai proses kebangkrutan sesuai Bab 11 Undang-undang Kepailitan AS di Delaware untuk meninjau dan memonetisasi aset untuk kepentingan semua pemangku kepentingan global,” kata manajemen FTX melalui akun Twitter perusahaan, Sabtu (12/11).

Mengutip Coinvestasi.com, masalah FTX sebenarnya sudah dimulai sejak pertengahan 2022, saat pendiri FTX Sam Bankman-Fried (SBF) turun tangan untuk menyelamatkan perusahaan kripto lainnya di tengah kondisi bear market alias pasar saham sedang turun dan reli kenaikan suku bunga acuan. Dengan kesepakatan yang melibatkan perusahaan modal ventura di industri kripto yang juga didukung SBF Alameda Research menyebabkan serangkaian kerugian pada Mei dan Juni.

Pendiri FTX Sam Bankman-Fried (SBF). Dokumentasi FTX.

Sponsored

Perlu diketahui, pada 4 Juni 2022 FTX menandatangani kesepakatan sponsor senilai US$135 juta yang kemudian dilaporkan untuk hak penamaan home court Miami Heat. Selanjutnya, pada 1 Juli 2022 FTX US menandatangani kesepakatan pembelian BlokFi yang kala itu tengah bermasalah. Untuk membeli platform resmi peminjaman mata uang kripto ini, FTX menggelontorkan dana sebesar US$240 juta.

Masih di bulan yang sama, CEO FTX itu juga menawarkan bailout senilai US$500 juta kepada perusahaan peminjaman cryptocurrency Voyager Digital yang tengah berada di ambang kebangrutan. Namun, usut punya usut, dana yang digunakan untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami krisis tersebut merupakan dana simpanan pelanggan FTX yang diberikan kepada Alameda Research sebagai salah satu bentuk investasi.

Lebih rinci, Forbes, dalam artikelnya yang diterbitkan pada Senin (14/11) lalu mengungkapkan bahwa inti permasalahan dari keruntuhan FTX dan Alameda Research ini adalah aksi jual besar-besaran token yang dibuat FTX; FTT. Hal ini dilakukan FTX karena perusahaan yang didirikan pada 2019 ini mencoba menyaingi Binance.

Sebelumnya, situs berita kripto CoinDesk juga telah melaporkan kebocoran neraca Alameda Research. Dalam laporan ini, CoinDesk mempertanyakan sejumlah besar token di neraca perusahaan investasi tersebut.

Hal ini lantas menjadi masalah, karena seharusnya dua perusahaan itu -FTX dan Alameda Research- memisahkan laporan keuangan mereka. Apalagi dua perusahaan itu memiliki badan hukum yang berbeda pula. Jika tidak, hal ini tentu akan menimbulkan implikasi aset dan token FTT tidak akan cukup likuid untuk melindungi neraca Alameda.

Di saat yang sama, FTT dalam neraca Alameda pada praktiknya juga digunakan sebagai jaminan pinjaman perusahaan. Namun hal ini disangkal eksekutif perusahaan, mereka mengatakan bahwa berita yang beredar tidak lengkap serta FTT pada neraca dimaksudkan sebagai lindung nilai yang mengimbangi pertukaran yang ada.

Krisis terlihat semakin nyata, manakala CEO Binance Changpeng ‘CZ’ Zhao menjual miliaran aset FTT miliknya. Pada akhirnya langkah Zhao ini membuat para pelanggan lain khawatir sehingga menarik asetnya secara besar-besaran.

Di tengah kisruh ini, CEO Alameda Caroline Ellison menuliskan di akun twitternya untuk membeli kembali FTT dengan harga pasar yang berlaku saat itu. Dia juga men-tweet bahwa Alameda Research memiliki aset US$10 miliar yang tidak dilaporkan dalam neraca yang bocor. 

“Neraca menunjukkan beberapa posisi beli terbesar kami, kami jelas memiliki lindung nilai yang tidak terdaftar,” katanya, Minggu (6/10).

Selain itu, perempuan 28 tahun ini juga menjelaskan bahwa Alameda telah mengembalikan sebagian besar pinjaman, menyusul pengetatan ruang kredit yang sudah terjadi sepanjang tahun ini. Di sisi lain, karena harga FTT yang terus tergerus pada 7 November malam, Alameda mulai menjual Solana (SOL) untuk menjaga harga FTT di atas US$22.

Selang beberapa hari, menyusul gagalnya akuisisi FTX oleh Binance, regulator sekuritas Bahama lantas membekukan aset anak perusahaan FTX bernama FTX Digital Markets. Di saat yang sama Departemen Keuangan dan Inovasi California juga mengumumkan bahwa mereka akan memulai penyidikan kepada FTX karena rentetan kasus itu.

Ilustrasi Pixabay.com.

Pada hari yang sama saat regulator mulai menyelidiki kasus FTX, yakni pada 10 November 2022, SBF juga mengumumkan bahwa Alameda Research akan menghentikan perdagangan sebagai upaya untuk menyelamatkan FTX. Di saat yang sama, SBF masih berusaha untuk mencari cara meningkatkan likuiditas. FTX diambang kebangkrutan, bursa ini butuh sekitar US$9,4 miliar untuk menyelamatkan perusahaan.

Krisis FTX pun tidak berhenti hanya pernyataan kebangkrutannya pada 11 November saja, namun beberapa hari setelah itu bursa kripto ini juga melaporkan adanya peretasan dan mencatat transaksi tidak sah hingga US$500 juta. Dari hasil pelacakan, peretas menginvestasikan aset tersebut ke dalam kripto Ether.

Data historis token FTX

Saat ini Rp20.874,42
1 Tahun yang lalu Rp793.285
2 tahun yang lalu Rp66.381,84
3 tahun yang lalu Rp22.255,54

Sumber: Coin Market Cap

Belum usai

Sementara itu, dengan adanya kasus FTX ini membuat banyak pihak meyakini bahwa musim dingin belum segera usai. Perusahaan dompet digital Bitcoin Coinbase bahkan memperkirakan, aset kripto masih akan anjlok hingga akhir tahun depan.

“Peristiwa malang seputar FTX tidak diragukan lagi telah merusak kepercayaan investor terhadap aset digital. Remediasi akan memakan waktu dan kemungkinan besar ini dapat memperpanjang musim dingin kripto beberapa bulan lagi. Mungkin hingga akhir tahun 2023,” tulis laporan tersebut, dikutip Alinea.id, Kamis (24/11).

Hal ini pun diamini oleh Chief Marketing Officer Pintu Timothius Martin. Dia bilang, dampak yang ditimbulkan dari kasus FTX terhadap kepercayaan investor kripto terlalu besar.
Belum reda, pasar kripto yang sepekan lalu mulai reli, kembali dijatuhkan oleh kasus susulan yang datang dari Genesis Global Trading atau Genesis Global Capital. Di mana entitas pemberi pinjaman cryptocurrency ini baru-baru ini telah menangguhkan penarikan dan pinjamannya bagi para investor kripto untuk sementara waktu.

“Rentetan kasus ini berimbas pada sikap investor yang menarik dana dari berbagai bursa kripto. Sehingga berdampak negatif pada situasi pasar kripto. Paling tidak sampai beberapa bulan ke depan,” jelas Timothius, saat dihubungi Alinea.id, Rabu (23/11).

Perlu diketahui, sebelumnya Genesis mengungkapkan perusahaan memiliki dana terkunci sekitar US$175 juta di akun perdagangan FTX, yang berasal dari dana derivatif perusahaan. Meski begitu, Genesis optimis modal operasional dan dana bersih yang saat ini masih tersangkut di FTX tersebut tidak akan mempengaruhi kelangsungan bisnis perusahaan.

“Kondisi di pasar kripto saat ini mungkin akan memberikan efek jenuh kepada investor dan memberikan sentimen negatif dengan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap aset kripto,” imbuh Timothius.

Tidak hanya itu, karena rentetan kasus tersebut, investor juga masih dihantui dengan aksi likuidasi besar-besaran dari bursa-bursa kripto dunia.

Sementara itu, di Indonesia, kebangkrutan FTX lantas membuat Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) memutuskan menghentikan perdagangan FTT di tanah air. Kata Plt. Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Didid Noordiatmoko, langkah ini diambil untuk melindungi kepentingan nasabah aset kripto di Indonesia.

Ilustrasi aset kripto. Pixabay.com.

“Kami merekomendasikan agar perusahaan pedagang fisik aset kripto untuk tidak memfasilitasi perdagangan FTX Token. Diharapkan perusahaan pedagang fisik aset kripto juga melakukan penyelesaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan,” ujar dia, dalam keterangannya kepada Alinea.id, Senin (20/11).

Tidak hanya itu, Bappebti pun akan terus melakukan pengawasan secara intens terhadap para pedagang aset kripto yang memfasilitasi perdagangan Token FTX. Di saat yang sama, pengawas komoditas perdagangan ini juga berkomitmen untuk meninjau ulang daftar aset kripto yang diperdagangkan oleh pedagang aset kripto untuk menghindari kejadian tak diinginkan seperti yang tengah menimpa FTX.

Dus, diharapkan pedagang fisik aset kripto yang tidak lagi memperdagangkan salah satu jenis aset kripto yang terdaftar di Bappebti akan terlebih dulu menyampaikan pemberitahuan secara tertulis. “Permohonan disertai jumlah nasabah dan jumlah aset kripto yang dimiliki sejak tanggal penghentian, serta total nilai aset kripto dalam rupiah,” imbuh Didid.

Sementara bagi nasabah, Didid mengharapkan agar tidak ada penarikan dana serta aset secara besar-besaran. Sehingga pasar kripto nasional tetap terjaga kondusif. Di saat yang sama, untuk melindungi investor FTX, Bappebti pun meminta kepada para pedagang fisik aset kripto untuk terus memperhatikan, memantau dan menganalisis perkembangan token ini.

Meskipun pada praktiknya di Indonesia pangsa pasar FTX tidak begitu besar, hanya 0,038% dari total nilai transaksi aset kripto sejak Januari hingga Oktober 2022, yang senilai Rp279,8 triliun. Adapun menurut catatan Bappebti, pada periode tersebut nilai transaksi token FTT mencapai Rp106,5 miliar dengan volume sebanyak 193.435.

“Untuk meningkatkan kepercayaan investor, Bappebti juga sudah menerbitkan Peraturan Bappebti (PerBa) Nomor 13 Tahun 2022 tentang perubahan atas Peraturan Bappebti Nomor 8 Tahun 2021,” kata Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti Tirta Karma Senjaya, saat dihubungi Alinea.id, Kamis (24/11).

Regulasi ini mengatur tentang pedoman penyelenggaraan perdagangan pasar fisik aset kripto di bursa berjangka.

Saatnya transparan

Terlepas dari pailit yang tengah melilit FTX, CEO Indodax Oscar Darmawan menilai, pasar kripto masih akan tetap menarik dan layak dikoleksi, terutama bagi investor yang memiliki profil risiko agresif. Apalagi, selain FTX masih banyak aset kripto lainnya yang masih bergerak positif, bahkan mencatatkan kenaikan hingga 100% dalam sehari.

Tidak hanya itu, bagi investor yang ingin melakukan pengumpulan portofolio aset, masih bisa mengoleksi koin-koin kripto dengan market cap besar, seperti BTC maupun ETH. Karena meskipun mengalami penurunan, harga koin dengan big cap masih sangat menarik.

Harga beberapa mata uang kripto berdasarkan kapitalisasi pasar

Nama

Harga

1h %

24h %

7d %

Kapitalisasi Pasar

Volume (24h)

Bitcoin (BTC)

Rp259.919.191,64

-0,09

4,44

-2,40

 

Rp4.994.340.769.415.566

Rp525.614.618.557.124

Ethereum (ETH)

Rp18.285.055,22

-0,16

 

6,37

-6,79

Rp2.237.612.900.859.824

Rp188.431.842.298.234

Tether (USDT)

Rp15.675,92

-0,17

-0,80

-1,45

 

Rp1.026.908.459.046.138

Rp748.657.279.143.435

BNB (BNB)

Rp4.630.456,10

-0,23

15,30

6,40

Rp740.744.975.982.204

 

Rp24.105.082.456.212

 

USD Coin (USDC)

Rp15.694,37

-0,16

-0,81

-1,41

 

Rp690.980.882.321.123

Rp64.804.392.314.742

Binance USD (BUSD)

Rp15.693,72

-0,21

-0,85

-1,41

Rp357.097.761.139.570

Rp135.492.041.018.223

XRP (XRP)

Rp5.909,83

-0,04

3,60

-2,41

Rp297.257.209.322.980

Rp19.852.414.036.558

Dogecoin (DOGE)

Rp1.283,71

-0,22

9,92

-7,94

Rp170.310.137.568.683

Rp9.530.318.704.667

Cardano (ADA)

Rp4.946,36

-0,06

4,06

-7,21

Rp170.260.859.452.309

Rp5.393.042.679.085

Polygon (MATIC)

Rp13.545,62

 

0,01

5,04

-7,64

Rp118.311.702.319.497

Rp10.391.056.693.601

Polkadot (DOT)

Rp84.754,88

 

-0,11

6,64

-8,82

Rp96.553.508.202.922

Rp3.963.165.601.338

Dai (DAI)

Rp 15.697,67

-0,14

-0,80

-1,44

Rp91.427.199.104.973

Rp5.113.025.308.792

Litecoin (LTC)

Rp1.240.938,62

 

0,99

27,27

35,02

Rp88.943.367.877.460

Rp34.808.759.826.033

Shiba Inu (SHIB)

Rp0,1416

 

0,19

8,22

-4,61

Rp77.733.166.146.580

Rp2.955.583.662.589

Solana (SOL)

Rp205.923,83

0,33

15,43

-8,71

Rp74.705.694.931.384

Rp10.902.352.834.072

TRON (TRX)

Rp802,00

-0,25

2,82

-0,43

Rp73.916.288.112.495

Rp8.821.718.358.439

Uniswap (UNI)

Rp85.738,66

-0,40

7,68

-11,36

Rp65.350.807.811.891

Rp2.194.927.324.107

UNIS SED LEO (LEO)

Rp65.304,71

0,18

7,74

7,82

Rp62.297.698.856.377

Rp39.915.063.572

Wraped Bitcoin (WBTC)

Rp258.813.880,68

-0,14

4,55

-2,52

Rp60.184.040.144.769

Rp2.439.253.855.566

Avalache (AVAX)

Rp199.811,59

-0,01

9,24

-5,20

Rp60.071.759.784.149

Rp3.143.987.896.757

Data diambil pada Rabu, 23 November 2022 pukul 17.45 WIB

Sumber: Coin Market Cap

“Saat ini pasar memang masih bearish, tapi menurut saya ini hanya siklus dan akan membaik secara bertahap, mungkin di tahun 2023 atau 2024 sudah akan baik,” lanjut Oscar.

Namun demikian, kejatuhan FTX kali ini tidak bisa dianggap remeh. Karena bagaimanapun bangkrutnya bursa kripto terbesar kedua di dunia ini telah memberikan dampak besar dan mengular bagi pasar kripto dunia.

Sebaliknya, belajar dari kasus ini, Oscar menilai ada pelajaran yang dapat diambil oleh para pelaku industri kripto, yakni untuk lebih transparan dalam menjalankan perusahaan. “Ini agar exchanger (perusahaan pertukaran aset kripto) dapat dipercaya oleh investor kripto,” tegasnya.

Tidak hanya itu, dia juga menyarankan agar ada audit total kepada perusahaan perdagangan aset kripto nasional yang sudah terdaftar di Bappebti. Di mana audit tersebut dilakukan khusus oleh auditor yang paham betul cara blockchain berjalan.

Di saat yang sama, menurutnya industri juga perlu menyamakan inventory kripto dan rupiah yang ada pada order book, serta saldo nasabah. Dengan demikian, audit yang dijalankan bukan hanya sekadar proof of reserve sebagai upaya untuk memberikan transparansi publik terhadap cadangan mata uang kripto. Namun juga proof of liability yang meliputi jumlah total deposit member yang tercatat di dalam exchange.

“Dengan transparansi ini diharapkan bisa meningkatkan kenyamanan nasabah ketika bertransaksi di exchanger,” lanjut Oscar.

Sementara itu, menyusul kasus FTX, Indodax pun telah menghentikan perdagangan koin FTT pada platform. Tidak hanya Indodax, penghentian transaksi koin FTX pun dilakukan pula oleh Pintu. Chief Marketing Officer Pintu Timothius Martin bilang, langkah ini dilakukan tak lain untuk melindungi nasabah Pintu.

Dari sisi platform, menurutnya kasus bursa kripto dunia tersebut praktis telah membuat para exchanger tanah air untuk lebih berhati-hati dan semakin transparan dalam menjalankan bisnis. Bagaimana tidak, saat masalah likuiditas terjadi, bukan hanya nasabah saja yang harus menanggung risiko, namun dalam kondisi terburuk perusahaan juga harus dilikuidasi jika tidak dapat mengatasi kebangkrutan yang biasanya mengikuti masalah likuiditas ini.

“Kami akan selalu melakukan peninjauan secara berkala untuk memastikan bahwa aset kripto yang telah terdaftar memenuhi standar tinggi yang telah kami terapkan,” kata Timothius kepada Alinea.id, Rabu (23/11).

Ilustrasi Pixabay.com.

Transparansi, kata COO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda pada kesempatan lain, sangat perlu dilakukan oleh para exchanger. Bagaimana tidak, kasus FTX yang dimulai dari kesalahan dalam pengelolaan dana nasabah telah mencoreng citra industri kripto yang masih terjerembab sejak awal tahun ini.

Karena itu, untuk mengembalikan kepercayaan investor, Tokocrypto pun tengah fokus melakukan audit all assets (seluruh aset) untuk proof of reserve. “Prosesnya masih berjalan. Kalau sudah lengkap, akan kami bagikan kepada publik,” kata Teguh, kepada Alinea.id, Kamis (24/11).

Ihwal penghentian perdagangan token FTT, Tokocrypto menyatakan bahwa semua pesanan perdagangan koin FTX ini telah dihapus secara otomatis, setelah perdagangan berhenti di setiap pasangan perdagangan masing-masing, FTT/BNB, FTT/BTC, dan FTT/USDT pada tanggal 15 November 2022 pukul 11:30 WIB. Kemudian, pasangan FTT/BUSD pada 30 November 2022 pukul 23.59 WIB.

Menyusul penghentian tersebut, Tokocrypto akan tetap menyimpan FTT milik nasabah, namun tidak dapat diperdagangkan di platform Tokocrypto setelah 30 November 2022 23:59 WIB. “Oleh karena itu, disarankan untuk segera melakukan pemindahan aset kripto tersebut ke wallet pribadi nasabah,” tutup Teguh.

 

Berita Lainnya
×
tekid