Kemenperin akan bangun pusat desain semikonduktor di Bandung
Indonesia pernah memiliki pabrik semikonduktor pada 1986. Bahkan, sempat mengekspor cip semikonduktor senilai Rp135 juta kala itu.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong percepatan pembangunan ekosistem industri semikonduktor dalam negeri. Ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan pasar domestik yang melonjak.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier, mengatakan, langkah strategis tersebut akan menopang peningkatan produktivitas dan daya saing sejumlah sektor industri manufaktur, yang membutuhkan semikonduktor sebagai komponen utama.
"Pembangunan ekosistem industri semikonduktor ini sejalan dengan target Making Indonesia 4.0. Oleh karena itu, kami kerahkan kemampuan bangsa dari ahli elektronik hingga mikroelektronik," kata Taufiek dalam keterangannya, dikutip Jumat (9/12).
Diungkapkan Taufiek, Indonesia pernah memiliki pabrik semikonduktor pada 1986. Bahkan, sempat mengekspor cip semikonduktor dengan nilai Rp135 juta pada masa itu.
Taufiek meyakini upaya membangun kembali industri semikonduktor di era kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) jadi peluang besar. "Butuh peta jalan 10-20 tahun ke depan tentang industri semikonduktor yang bisa mengisi kebutuhan dalam negeri."
Dalam mewujudkan upaya tersebut, ungkap Taufiek, Kemenperin kini menyiapkan pusat desain semikonduktor di Bandung, Jawa Barat (Jabar). Pengembangannya melibatkan seluruh universitas dan akademisi, yang akan masuk dalam skema ekosistem tersebut.
Plt. Dirjen Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Ignatius Warsito, menambahkan, industri semikonduktor menghasilkan komponen vital dari teknologi di tengah tren besar beberapa tahun terakhir. Di antaranya, kerja jarak jauh (remote working), kecerdasan buatan, juga kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
"Semikonduktor diproduksi sebagai komponen peralatan listrik/elektronik, seperti dioda, integrated circuit (IC), dan transistor," ucap Warsito.
Adapun silikon menjadi material building block bagi industri semikonduktor. Silikon dihasilkan dari pengolahan bahan baku silika (SiO2), antara lain, pasir silika, kuarsit, dan batu kuarsa dengan beragam proses. "Belum ada industri pengolahan silika hingga wafer silikon (1-5) di Indonesia," ungkap dia.
Untuk itu, imbuh Warsito, Kemenperin terus berupaya menguasai industri strategis ini dari hulu hingga hilir, termasuk pengembangan industri semikonduktor. Kebijakan ini perlu diikuti kebijakan strategis yang menunjang iklim usaha yang kondusif.
"Investasi industri hulu intermediate, seperti MG-Si dengan kapasitas 32.000 metrik ton per tahun butuh US$300 juta, untuk industri polysilicon dengan kapasitas 6.500 metrik ton per tahun membutuhkan dana US$ 373 juta, sedangkan industri ingot monocry monocrystalline dan wafer silicon butuh investasi US$85 juta," tandas Warsito.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Fenomena ‘remaja jompo’: Saat sakit tak hanya dialami lansia
Rabu, 27 Sep 2023 12:51 WIB
Ketika relawan capres saling beralih dukungan
Selasa, 26 Sep 2023 06:36 WIB