sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kerja sama dengan Cile, RI bidik ekspor naik 65%

Pemerintah Indonesia menargetkan peningkatan ekspor hingga 65% senilai US$104 juta melalui perdagangan dengan Cile.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Selasa, 06 Agst 2019 06:16 WIB
Kerja sama dengan Cile, RI bidik ekspor naik 65%

Pemerintah Indonesia menargetkan peningkatan ekspor hingga 65% senilai US$104 juta melalui perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif dengan Cile (IC-CEPA).

Total ekspor produk Indonesia ke Cile pada 2018 hanya sebesar US$158,9 juta, naik 0,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai US$158,5 juta. 

Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini mengatakan, perundingan yang berlaku efektif pada 10 Agustus 2019 tersebut akan dirasakan manfaatnya dalam kurun waktu lima tahun sejak penandatanganan IC-CEPA pada 14 Desember 2017.

"Kita butuh perjanjian dagang ini agar ekspor kita lebih bersemangat. Kuncinya bagaimana dapat promosi dengan efektif agar bisa mendapat share dengan efektif," katanya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (5/8).

Ia juga memaparkan, dengan perjanjian tersebut total perdagangan antara Indonesia dengan Cile juga akan meningkat hingga 32%. Peningkatan dari US$278,5 juta pada 2017, menjadi US$369,2 juta di tahun kelima pada 2022.

"Cile merupakan negara yang potensial bagi peningkatan dan diversifikasi perdagangan Indonesia. Prediksi setelah lima tahun pasca IC-CEPA, total perdagangan Indonesia-Cile meningkat 32%,” ucapnya.

Untuk tahun 2018 saja, sambungnya, total perdagangan Indonesia-Cile sebesar US$274,1 juta. 

“Untuk periode Januari-Mei 2019 ini, total perdagangan kedua negara tumbuh sebesar US$123,8 juta,” tuturnya.

Sponsored

Dengan perjanjian IC-CEPA tersebut masing-masing negara berkomitmen untuk menghapus tarif bea masuknya. Cile akan menghapus tarif bea masuk terhadap 89,6% atau sebanyak 7.669 pos tarif produk dari 8.559 pos tarif yang ada. 

Sebanyak 6.704 di antaranya akan langsung mendapatkan tarif bea masuk 0% pada 10 Agustus 2019, sementara 965 pos tarif akan dihapus secara bertahap hingga 6 tahun ke depan. Sementara, Indonesia akan menghapus tarif terhadap 9.308 pos tarif produk Cile.

Produk Indonesia yang mendapat tarif 0% di pasar Cile yaitu produk pertanian, seperti rempah-rempah, sarang burung walet, kopra, sayur, dan buah tropis. Kemudian, produk perikanan seperti belut, lele, tiram, gurita, dan mentimun laut. Selanjutnya, produk manufaktur seperti bola, otomotif, produk kertas, furnitur, produk makanan minuman, baterai, dan tas kulit.

Sementara produk Cile yang mendapat 0% tarif di pasar Indonesia yaitu produk pertanian dan perikanan seperti aprikot, anggur, sotong, dan kerang. Kemudian produk pertambangan seperti tembaga, minyak bumi, dan gas batu bara, serta produk industri seperti kayu gergaji, bahan kimia, dan kendaraan bermotor.

Adapun produk ekspor utama dan potensial Indonesia ke Cile yang memperoleh tarif preferensi yaitu alas kaki, kendaraan dan komponennya, mesin dan peralatannya, pakaian rajutan dan aksesorisnya, elektronik dan komponennya.

Selanjutnya, pakaian bukan rajutan, sabun bahan pencuci, minyak biji-bijian, bahan tekstil, kertas, kopi, teh, rempah, aluminium, bunga buatan, ikan dan makanan laut, dan aneka kimia.

Ia juga mengatakan, pemerintah telah memetakan produk ekspor ke Cile yang potensial untuk meningkatkan nilai ekspor seperti minyak kelapa sawit dan turunanya.

"Kita punya keunggulan produksi dari kelapa sawit yang berlimpah dan Cile produk kelapa sawit belum masuk banyak. Kita bisa manfaatkan itu,” ujarnya.

Amerika Latin

Selain itu, dia mengatakan dengan dimulainya perjanjian dagang dengan Cile, sebagai strategi Indonesia untuk menjangkau negara-negara lainnya di kawasan Amerika Latin yang belum memiliki kerja sama dagang dengan Indonesia, seperti Bolivia, Peru, dan Argentina. 

“Kita kan belum punya perjanjian (dagang) dengan negara-negara itu. Kita manfaatkan Cile karena mereka ada perjanjian dagang dengan yang lain. Itu sebuah planning dan contoh perdagangan bebas. Dulu mungkin tidak menjadi prioritas tapi sekarang bisa dilaksanakan,” katanya.

Untuk itu pemerintah tengah melakukan kajian-kajian untuk mengidentifikasi produk-produk apa saja yang dapat memanfaatkan Cile sebagai hub untuk kawasan Amerika Latin.

“Kita sedang mengkaji produk-produk yang dapat memanfaatkan Cile sebagai hub untuk diekspor ke negara-negara di kawasan Amerika Latin," tambah Made.

Selain itu, jenis-jenis produk dalam perdagangan Indonesia dan Cile bersifat komplementer, yang membawa keuntungan tidak hanya bagi eksportir, tetapi juga pelaku usaha dan konsumen domestik Indonesia.

“Produsen di Indonesia dapat memanfaatkan perjanjian dagang ini dengan ketersediaan bahan baku yang beragam dan berbiaya rendah,” tuturnya.

Berita Lainnya
×
tekid