sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Konflik Ukraina-Rusia bisa buat subsidi energi Indonesia tekor

Kondisi geopolitik yang melibatkan Rusia bisa berdampak pada sektor energi di dunia. 

Anisatul Umah
Anisatul Umah Rabu, 23 Feb 2022 18:42 WIB
Konflik Ukraina-Rusia bisa buat subsidi energi Indonesia tekor

Potensi perang akibat konflik antara NATO-Ukraina dan Rusia memang tidak serta merta berdampak ke Indonesia. Namun, jika ditelisik lebih jauh, konflik ini bisa berdampak pada sektor energi secara global, dan lebih khusus lagi bisa berdampak bagi Indonesia.

Di dalam konflik ini, Rusia merupakan salah satu negara produsen energi terbesar. Sehingga, kondisi geopolitik yang melibatkan Rusia bisa berdampak pada sektor energi di dunia. 

Konflik ini berpotensi menjadi faktor kekhawatiran dan spekulasi pasar di sektor energi. Konflik dan ketidakpastian antar negara yang salah satunya adalah produsen energi terbesar membuat harga komoditas energi menjadi naik, seperti minyak dan gas.

Kebutuhan minyak Indonesia rata-rata ada di posisi sekitar 1,6 juta barel per hari (bph). Jika produksi minyak Indonesia diasumsikan sekitar 700 ribu bph, artinya kebutuhan minyak Indonesia masih dominan dari impor.

Jika harga minyak mentah tinggi, maka akan berdampak pada harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Seperti diketahui demi menjaga daya beli masyarakat pemerintah mengucurkan anggaran subsidi energi.

Apabila keekonomian dari BBM yang dijual naik, sementara pemerintah menjual dengan harga yang sama, artinya ongkos subsidinya turut naik. 

PT Pertamina (Persero) memang telah menaikkan harga beberapa jenis BBM nonsubsidi, di antaranya Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite pada 12 Februari 2022. Pertamax Turbo (RON 98), terdapat penyesuaian harga menjadi Rp13.500 atau naik ketimbang sebelumnya yang sebesar Rp12.000 per liter.

Kemudian, Pertamina Dex (CN 53) naik menjadi Rp13.200 dari sebelumnya Rp11.050 per liter, dan Dexlite (CN 51) menjadi Rp12.150 per liter untuk wilayah DKI Jakarta atau daerah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) 5%. Harga Dexlite tersebut naik dari sebelumnya yang hanya Rp9.500 per liter.

Sponsored

Untuk jenis BBM lain yang tidak mengalami kenaikan dan menjadi BBM penugasan, artinya selisih yang ditanggung pemerintah semakin tinggi.

Tidak hanya untuk pada BBM, kenaikan harga minyak juga berdampak pada harga listrik. Sebagian pembangkit di Indonesia khususnya di daerah terpencil masih banyak yang menggunakan diesel.

Kenaikan harga minyak berdampak pada naiknya Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik. Jika ongkos produksinya naik, sementara listrik yang dijual ke masyarakat tetap, pemerintah juga harus mengeluarkan ongkos lebih untuk subsidi.

Selain harga minyak mentah, gas alam juga mengalami peningkatan harga. Sebagai bahan baku dalam pembuatan pupuk, kenaikan harga gas mendorong peningkatan harga pupuk yang menyebabkan kenaikan harga bahan pokok. Dari kenaikan-kenaikan berbagi komoditas ini, secara umum akan berdampak pada tingkat inflasi di dalam negeri.

Di dalam asumsi makro (Indonesia Crude Price/ICP) dipatok US$ 63 per barel. Besaran subsidi yang disiapkan oleh pemerintah tentu tidak lepas dari proyeksi ICP. Saat ini ICP pada Januari 2022 saja sudah mencapai US$ 85,89 per barel.

Kembali lagi ke konflik antara NATO-Ukraina, Eropa memiliki ketergantungan pasokan energi dari Rusia. Alhasil, jika terjadi konflik negara-negara Eropa yang menjadi anggota NATO bisa menjadi risiko ekonomi bagi negara mereka.

Dari kondisi ini kita bisa melihat bahwa tren kenaikan harga komoditas energi tidak hanya soal faktor suplai dan demand saja. Namun, juga faktor geopolitik bisa berdampak pada harga energi.

Berita Lainnya
×
tekid