sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Masih dibayangi Corona, bagaimana peluang investasi akhir tahun?

Dunia masih dibayang-bayangi ketidakpastian akibat Coronavirus yang menginfeksi sejak tahun lalu. Bagaimana peluang investasi kuartal IV?

 Kania Nurhaliza
Kania Nurhaliza Sabtu, 09 Okt 2021 20:35 WIB
Masih dibayangi Corona, bagaimana peluang investasi akhir tahun?

Dunia masih dibayang-bayangi ketidakpastian akibat Coronavirus yang menginfeksi sejak tahun lalu. Perekonomian juga diprediksi belum sepenuhnya pulih.

Lalu, bagaimana peluang investasi di kuartal IV-2021?

Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Freddy Tedja menuturkan investasi menjelang tutup tahun ini akan dipengaruhi oleh sederet kondisi global dan dalam negeri. Dari luar negeri, pasar akan dipengaruhi oleh Fed tapering atau pengurangan stimulus dari bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang diprediksi akan berlangsung di kuartal IV ini.

Dia meramal, kenaikan suku bunga acuan AS alias Fed Rate akan maju lebih cepat dan terjadi di tahun 2022, menjadi 0,50%.

"Perubahan juga terjadi pada target inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Inflasi tahun ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya, yang disebabkan oleh disrupsi rantai pasokan global yang lebih persisten dari perkiraan," ujar Freddy dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu (9/10). 

The Fed merevisi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 5,9% di 2021 sebagai dampak dari peningkatan kasus Covid-19 varian Delta di Amerika Serikat (AS) pada kuartal III-2021. Meski demikian, pada tahun 2022 aktivitas ekonomi diperkirakan akan lebih baik seiring dengan membaiknya kondisi pandemi, yang ditunjukkan oleh proyeksi produk domestik bruto (PDB) AS di 2022 yang meningkat menjadi 3,8% dari semula 3,3%.

Di kawasan Asia, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mengalami normalisasi di semester II-2021, seiring meredanya efek low base awal pandemi di tahun 2020. Sektor eksternal, yaitu ekspor, masih menjadi penopang, didukung oleh pemulihan global, terutama untuk permintaan barang elektronik seperti chip komputer.

"Setelah di paruh pertama sempat melonjak tinggi sejalan dengan naiknya pertumbuhan ekonomi, valuasi pasar saham Asia saat ini telah kembali turun berada di kisaran rata-rata lima tahun. Ini level yang atraktif bagi investor," ujar dia.

Sponsored

Apalagi, lanjutnya, bank sentral di kawasan ASEAN diperkirakan belum akan melakukan pengetatan kebijakan lantaran inflasi yang masih rendah dan terkendali. Dus, membawa sentimen positif bagi pasar saham.

Obligasi dan saham masih gurih

Sementara itu, penurunan angka kasus positif Covid-19 di dalam negeri serta vaksinasi yang semakin masif membuat pelonggaran aktivitas masyarakat dapat dilakukan. Kondisi itu dinilai berpotensi mendorong pemulihan ekonomi.

"Stabilitas makro ekonomi, terutama eksternal, yang terus diperkuat dapat memberikan dukungan yang baik untuk mengantisipasi Fed tapering dan menghadapi dinamika global yang walaupun berada dalam masa pemulihan, tapi belum sepenuhnya stabil," tutur Freddy.

Cadangan devisa yang meningkat, inflasi yang terkendali, dan pertumbuhan neraca perdagangan yang masih baik, diprediksi dapat menjaga volatilitas rupiah jelang Fed tapering. Adapun beberapa indikator utama, yakni indeks keyakinan konsumen, penjualan ritel, penjualan properti, dan sektor manufaktur diyakini meningkat dalam beberapa bulan mendatang, menyusul pelonggaran aktivitas di kuartal IV-2021.

Di tengah kondisi tersebut, pasar obligasi diperkirakan akan lebih kuat dalam menghadapi perubahan sentimen global. Pasar obligasi Indonesia, dengan selisih imbal hasil terhadap obligasi AS, US Treasury yang masih lebar,mencatat kinerja yang lebih baik dalam menghadapi rencana Fed tapering.

Catatan Freddy, sepanjang tahun berjalan sampai akhir September, indeks pasar obligasi Indonesia menguat 3,9%.

"Inflasi yang terkendali, pengelolaan fiskal yang baik, dan tingginya likuiditas domestik membantu penguatan pasar obligasi Indonesia yang diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun," ujarnya.

Untuk pasar saham, keyakinan para pelaku pasar terhadap pemulihan aktivitas domestik mulai terlihat pada pergerakan pasar saham domestik. Hal itu terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tercatat menguat 5,1% sepanjang tahun berjalan hingga akhir kuartal III-2021.

Pemulihan sentimen yang ditopang oleh katalis positif, seperti meningkatnya vaksinasi, kenaikan harga komoditas, stabilitas rupiah, dan perbaikan earnings perusahaan, diperkirakan dapat mendorong pergerakan pasar saham Indonesia ke depannya.

"Dengan demikian, investor dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk atau menambah porsi kepemilikannya di reksa dana pendapatan tetap maupun reksa dana saham," tuturnya. 

Berita Lainnya
×
tekid