sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mendung saham e-commerce jelang hadirnya aplikasi TikTok Shop

Penutupan TikTok Shop sejak 4 Oktober tidak berdampak pada kenaikan saham-saham e-commerce pesaingnya.

Qonita Azzahra
Qonita Azzahra Minggu, 22 Okt 2023 06:05 WIB
Mendung saham e-commerce jelang hadirnya aplikasi TikTok Shop

Heboh penutupan social commerce Tiktok Shop baru saja usai pasca terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31 Tahun 2023. Kebijakan yang mengatur tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) itu menjawab aspirasi para Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berjualan offline. 

Namun, beberapa waktu belakangan santer terdengar kabar terkait rencana dibukanya kembali TikTok Shop. Dari kabar yang beredar, Tiktok Shop bakal kembali dibuka pada 10 November 2023. Tentunya dengan format baru, karena melalui Permendag 31/2023 pemerintah praktis melarang beroperasinya social commerce di Indonesia. Kali ini platform media sosial yang juga digunakan sebagai media promosi barang dan jasa itu terlepas dari media sosial TikTok dan menjadi aplikasi e-commerce tersendiri.

“Saya sudah menduga, pasti manajemen Tiktok Shop akan berpikir buat ngurus izin Tiktok Shop sebagai e-commerce, karena social commerce dilarang. Tinggal kita tunggu pengumumannya saja,” ujar Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura, saat dihubungi Alinea.id, Jumat (20/10).

Ilustrasi Pixabay.com.
Menurutnya, peralihan dari social commerce menjadi e-commerce bukan hal yang sulit untuk Tiktok. Apalagi, jumlah pengguna Tiktok di Indonesia menurut lembaga riset Statista, sudah mencapai 113 juta per April 2023. Jumlah ini menjadi kedua terbanyak di dunia, setelah Amerika Serikat.

Sejalan dengan itu, nilai transaksi Tiktok Shop di tanah air sebenarnya cukup perkasa, bahkan mampu melampaui e-commerce yang sudah lebih dulu hadir, seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan Blibli. Menurut laporan E-Commerce in Southeast Asia 2023 yang dirilis Momentum Works, sepanjang 2022 nilai penjualan barang alias GMV (Gross Merchandise Value) Tiktok Shop mencapai 5% dari total GMV e-commerce di Indonesia, yang senilai US$51,9 miliar.

Nilai ini sesuai dengan catatan Tiktok, yang mana menurut CEO Tiktok Shou Zi Chew, GMV Tiktok Shop di Indonesia mencapai US$2,5 miliar. Angka itu menyumbang mayoritas total GMV Tiktok Shop di Asia Tenggara yang sebesar US$4,4 miliar.

 

“Kalau melihat seberapa besar Tiktok Shop di Indonesia, jelas Tiktok enggak akan tinggal diam. Mungkin saja nanti akan muncul aplikasi lain, mungkin namanya Tiktok Shop juga, jadi terpisah dari sosial medianya. Bisa jadi ini akan diintegrasikan dengan Tiktok,” imbuh Tesar.

Sponsored

Meski kabar dibukanya kembali Tiktok Shop sudah viral, namun sampai diturunkannya berita ini, Alinea.id belum mendapat konfirmasi dari pihak Tiktok Indonesia terkait kapan tepatnya Tiktok Shop akan hadir kembali sebagai e-commerce. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim di sisi lain, memastikan bahwa hingga saat ini pihaknya belum menerima permohonan izin dari Tiktok untuk membuka layanan perdagangannya sebagai e-commerce.

“Sampai saat ini di Kemendag belum ada (pengajuan izin e-commerce Tiktok Shop). Memang kalau Tiktok Shop seperti kata Pak Menteri (Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan) sampaikan, kalau Tiktok Shop mau ada transaksi, maka harus beralih ke e-commerce,” jelas Isy, saat ditemui di pembukaan Trade Expo Indonesia (TEI), di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (18/10).

Terlepas dari itu, kabar bakal dibukanya kembali Tiktok Shop nampaknya harus diwaspadai oleh platform-platform e-commerce. Pasalnya, pamor Tiktok Shop di kalangan niaga elektronik tidak bisa dianggap remeh.
Apalagi, di masa depan platform perdagangan elektronik yang akan ramai dipakai berbelanja atau sekadar dikunjungi konsumen adalah platform berbasis media sosial. “Karena di situ semua gather (berkumpul). Jadi kalau nanti Tiktok Shop buka lagi dan di-link-kan dengan Tiktok, jelas TikTok Shop akan menang lagi,” jelas Tesar.

Prospek saham

Tesar bukan satu-satunya pihak yang meramalkan mendungnya kinerja platform-platform e-commerce yang sudah ada saat ini. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana pun mengungkapkan hal serupa. Bahkan, menurutnya, meski TikTok Shop resmi hengkang dari Indonesia, kinerja saham emiten-emiten e-commerce seperti PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Global Digital Niaga alias Blibli (BELI) tidak serta-merta menggairahkan.

Mengutip investing.com, ketika Tiktok Shop ditutup pada 4 Oktober 2023, saham BUKA ditutup di harga Rp206 per lembar, turun dari harga penutupan di hari sebelumnya, yang Rp210 per lembar. Sementara dalam dua pekan terakhir, harga tertinggi saham BUKA berada di level Rp214 per lembar, yakni di penutupan perdagangan tanggal 12 Oktober 2023. Sayangnya, pada 13 Oktober harga saham anjlok di Rp206 per lembar. Pun demikian pada penutupan perdagangan Jumat (20/10) di harga yang sama. 

Tanggal

Terakhir

 

 

Pembukaan

 

 

Tertinggi

 

 

Terendah

 

 

Volume

 

 

Perubahan%

 

 

 

BUKA

BELI

GOTO

BUKA

BELI

GOTO

BUKA

BELI

GOTO

BUKA

BELI

GOTO

BUKA

BELI

GOTO

BUKA

BELI

GOTO

19 OKTOBER 2023

212

454,00

65,00

210

452,00

63,00

214

454,00

66,00

208

452,00

62,00

22,74M

1,37M

2,24B

0,95%

0,44%

3,17%

18 Oktober 2023

210

452,00

63,00

208

454,00

65,00

212

454,00

66,00

204

452,00

62,00

59,71M

470,10K

3,29B

1,94%

0,00%

-3,08%

17 Oktober 2023

206

452,00

65,00

204

452,00

67,00

212

454,00

69,00

204

452,00

61,00

70,90M

471,20K

5,59B

0,98%

0,00%

-1,52%

16 Oktober 2023

204

452,00

66,00

206

452,00

66,00

208

454,00

70,00

200

452,00

54,00

166,35M

729,30K

19,49B

-0,97%

0,00%

-1,49%

13 Oktober 2023

206

452,00

67,00

214

452,00

73,00

216

454,00

75,00

206

452,00

66,00

64,55M

1,06M

8,92B

-3,74%

0,00%

-8,22%

12 Oktober 2023

214

452,00

73,00

214

454,00

79,00

218

454,00

80,00

212

452,00

71,00

56,03M

648,60K

7,21B

0,94%

0,00%

-7,59%

11 Oktober 2023

212

452,00

79,00

212

452,00

82,00

218

454,00

83,00

212

452,00

79,00

33,91M

346,30K

4,91B

0,00%

0,00%

-3,66%

10 Oktober 2023

212

452,00

82,00

214

452,00

84,00

216

454,00

84,00

210

452,00

82,00

43,62M

1,38M

1,26B

0,00%

0,00%

-1,20%

9 Oktober 2023

212

452,00

83,00

212

452,00

83,00

216

454,00

84,00

208

452,00

82,00

75,78M

503,50K

1,25B

0,00%

0,00%

-1,19%

6 Oktober 2023

212

452,00

84,00

208

452,00

85,00

214

454,00

85,00

206

452,00

83,00

53,47M

158,30K

1,96B

1,92%

0,00%

0,00%

5 Oktober 2023

208

452,00

84,00

208

456,00

83,00

214

456,00

86,00

206

452,00

83,00

138,83M

838,60K

2,43B

0,97%

0,00%

2,44%

4 Oktober 2023

206

452,00

82,00

212

452,00

83,00

212

456,00

84,00

197

452,00

82,00

218,63M

281,10K

3,14B

-1,90%

0,00%

-1,20%

3 Oktober 2023

210

452,00

83,00

210

452,00

85,00

212

454,00

86,00

208

452,00

83,00

132,48M

762,80K

2,49B

0,00%

0,00%

-2,35%

2 Oktober 2023

210

452,00

85,00

218

452,00

85,00

220

456,00

87,00

210

452,00

85,00

50,52M

1,85M

986,52M

-3,67%

0,00%

0,00%

29 September 2023

218

452,00

85,00

208

454,00

85,00

218

456,00

87,00

206

452,00

84,00

103,93M

216,60K

2,87B

4,81%

0,00%

-1,16%

28 September 2023

208

452,00

86,00

208

452,00

87,00

212

454,00

88,00

206

452,00

85,00

145,97M

932,80K

2,66B

0,00%

0,00%

-1,15%

27 September 2023

208

452,00

87,00

218

452,00

91,00

226

458,00

92,00

206

452,00

87,00

326,79M

857,10K

5,15B

-2,80%

0,00%

0,00%

26 September 2023

214

452,00

87,00

228

434,00

88,00

228

454,00

89,00

214

434,00

87,00

225,06M

2,76M

1,63B

-6,14%

0,00%

0,00%

25 September 2023

228

452,00

87,00

224

452,00

88,00

230

454,00

90,00

222

452,00

87,00

85,89M

140,90K

1,06B

1,79%

0,00%

-1,14%

22 September 2023

224

452,00

88,00

230

452,00

90,00

230

454,00

91,00

222

452,00

87,00

89,18M

11,54M

1,53B

-1,75%

0,00%

-2,22%

21 September 2023

228

452,00

90,00

230

452,00

90,00

236

456,00

93,00

228

452,00

90,00

208,64M

2,06M

1,69B

0,00%

0,00%

0,00%

20 September 2023

228

452,00

90,00

228

454,00

91,00

232

454,00

92,00

228

452,00

90,00

137,88M

1,04M

606,34M

0,00%

0,00%

-2,17%

Pada saat yang sama, saham GOTO ditutup di level Rp82 per lembar di tanggal 4 Oktober 2023. Setelahnya, harga emiten induk Tokopedia ini terus mengalami penurunan hingga penutupan perdagangan di 18 Oktober 2023, yakni Rp63 per lembar, dan kembali longsor di harga Rp60 per lembar pada Jumat (20/10).

Di banding dua emiten sebelumnya, nasib saham BELI jauh lebih baik karena tetap stabil di angka Rp450-an per lembar. Dengan harga pada penutupan di tanggal 4 Oktober sebesar Rp452 per lembar. Pada penutupan pasar di Jumat (20/10), saham BELI juga ditutup di harga Rp452 per lembar.

“Secara keseluruhan GOTO, BUKA dan BELI belum ada tanda-tanda yang menunjukkan penguatan dari ketiga emiten tersebut,” beber Herditya, kepada Alinea.id, Kamis (19/10).

Dengan indikator MACD (Moving Average Convergence Divergence) –indikator yang digunakan untuk melihat tren arah harga saham yang berlangsung– dan Stochastic –indikator yang berfungsi menunjukkan sinyal jual dan beli saham– masih mengarah ke area negatifnya. Oleh karena itu, Herditya memberikan rekomendasi wait and see terhadap saham BUKA dan GOTO.

Ilustrasi live streaming. Dokumentasi istimewa.

“Untuk BELI masih ada di dalam fase downtrend dan mendekati support di Rp193 per saham. Untuk resistance di level Rp193 per lembar. Sedangkan GOTO saya belum lihat ada tanda-tanda penguatan pada indikator MACD dan Stochastic. Menurut saya GOTO akan resistance di harga Rp87 per saham,” kata dia.

Di sisi lain, Herditya merekomendasikan hold untuk saham BELI. Sebab, dia melihat gerak harga saham emiten anak usaha Grup Djarum ini sedang berada dalam fase sideways dengan volume kecil.

Sementara itu, dalam riset JPMorgan yang dipublikasikan pada 14 Oktober lalu, para analis di sekuritas global ini menilai, tutupnya Tiktok Shop menyusul diterbitkannya Permendag No. 31/2023 akan berdampak positif bagi emiten-emiten e-dagang, utamanya Tokopedia dan Shopee. Meskipun dalam jangka waktu dekat, untuk menggaet konsumen beserta merchant-merchant Tiktok Shop beberapa platform e-dagang, khususnya Shopee mengobral insentif.

“Kami yakin persaingan akan menjadi rasional dalam jangka menengah dan meningkatkan jalur menuju profitabilitas bagi industri e-commerce ini," tulis JPMorgan, dikutip Jumat (20/10).

Namun, jika Tiktok Shop kembali lagi ke industri niaga elektronik sebagai e-commerce, JP Morgan membutuhkan waktu lebih lama untuk menganalisis kondisi industri ke depannya. Sebab, untuk beralih menjadi sebuah platform e-commerce, Tiktok membutuhkan waktu beberapa bulan demi menciptakan sebuah aplikasi anyar beserta pengajuan izin perdagangan elektroniknya.

“Kecuali jika TikTok melakukan merger dan akuisisi waktu yang dibutuhkan untuk menjadi sebuah e-commerce akan lebih singkat,” imbuh JPMorgan.

Kendati begitu, jika aplikasi e-commerce terpisah dan tidak diperbolehkan memiliki hubungan langsung dengan aplikasi sosial media Tiktok, JPMorgan menilai traffic platform e-commerce Tiktok tidak akan lebih unggul dari pemain lama di industri lokapasar.

"Kami yakin pasar khawatir soal ini, apakah bisa tercapai (target EBITDA positif), mengingat semakin ketatnya persaingan e-commerce di kuartal-III 2023 dari Tiktok Shop saat masih ada, serta semakin ketatnya kompetisi dari Shopee. Menurut kami, hasil yang baik di kuartal-II 2023 dapat menjadi katalis jangka pendek untuk mendorong harga saham," jelas JPMorgan.
 
 

Berita Lainnya
×
tekid