sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Mereka yang mengais berkah selama Lebaran

Lebaran jadi kesempatan mencari uang bagi sebagian pedagang makanan yang tetap buka di Jakarta.

Ayu mumpuni
Ayu mumpuni Senin, 18 Jun 2018 08:37 WIB
Mereka yang mengais berkah selama Lebaran

Opor, ketupat, rendang, semur dan berbagai macam makanan khas Lebaran tak pernah absen dalam suguhan hari raya umat Islam tersebut. Meskipun jadi santapan wajib setelah salat Id, tak sedikit masyarakat yang lebih menikmati makanan yang dibelinya dari luar.

Sri, misalnya, yang sengaja membeli beberapa jenis makanan di salah satu warteg daerah Jakarta Selatan. Diakui Sri, makanan yang dibeli tersebut akan disuguhkan kepada saudara-saudaranya yang berkunjung ke rumah di Lebaran hari ketiga dan seterusnya.

“Sudah enggak ada masakan di rumah, saudara masih ada yang datang. Ya sudah yang praktis beli aja deh,” ujarnya.

Beberapa tempat makan memang tetap buka sejak hari pertama Lebaran. Tak hanya restoran besar, sejumlah pedagang kaki lima dan penjual makanan keliling, tetap menjajakan dagangan usai salat Id kemarin.

Pengelola warteg Warmo, Jakarta Selatan Ita, mengaku tetap membuka warteg selama 24 jam, sejak hari pertama Lebaran. Pasalnya, di hari tersebut justru banyak pengunjung yang datang membeli hidangan.

“Saya tetep buka kayak biasa, malahan rame banget hari pertama,” ucapnya.

Berdasarkan pantauan Alinea, Minggu (17/6), sekitar pukul 14.00 WIB, makanan yang dijajakan Ita mayoritas sudah ludes terjual.

Selain jajanan di warteg, makanan yang cukup banyak digemari masyarakat saat libur Lebaran adalah bakso dan mie ayam. Bukan hanya restoran yang menyediakan menu itu, tetapi para pedagang bakso dan mie ayam keliling juga disambangi pembeli saat musim libur Lebaran seperti ini.

Sponsored

Parjo, salah satu pedagang, mengaku tetap berjualan di daerah Tebet, Jakarta Selatan, sejak Lebaran hari pertama. Jumlah porsi yang dijualnya saat hari pertama Lebaran pun lebih banyak dibanding hari-hari biasanya.

“Kalau hari biasa sekitar 100 mangkuk, kalau hari Lebaran itu bisa sampai 120-130 mangkuk,” katanya.

Menurutnya, sejumlah pelanggannya mengaku bosan dengan hidangan Lebaran, sehingga lebih memilih jajan di luar. Selain itu, sebagian pembeli membeli bakso sebagai pelampiasan keinginan makan pedas sejak Ramadan lalu.

Ia juga menceritakan, ada banyak pedagang bakso di sekitar Tebet pada hari pertama Lebaran, lantaran ramainya pembeli. Diakuinya, teman-teman pedagang baksonya itu sengaja menjajakan dagangan untuk sementara waktu di Tebet, kendati hari biasa tidak selalu mangkal di sekitar lokasi tersebut.

Terkait harga, sejumlah pedagang menjadikan momentum Lebaran sebagai ajang aji mumpung mendulang keuntungan. Namun, tidak dengan Parjo yang tetap menjual semangkuk bakso dengan harga normal Rp13.000.

Alasan pemilik bakso kopral itu, yakni harga daging yang ia peroleh di pasar tak mengalami kenaikan, khusus pedagang bakso. Jika harga daging sapi di pasar mencapai Rp150.000/kg, untuk pedagang bakso, harganya hanya Rp130.000/kg. Sehingga, tidak adil, imbuhnya, jika harus menaikkan harga seporsi hidangan baksonya.

Tebet sendiri memang menjadi daerah dengan deretan tempat makan yang cukup variatif. Mulai dari tempat makanan cepat saji, hingga warung-warung sederhana, seperti warteg Warmo dan warung makan tenda lainnya. Sejumlah tempat nongkrong dan kedai kopi, seperti Starbucks, Whatsupp, Upnormal juga tetap buka saat libur Lebaran.

Berita Lainnya
×
tekid