sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Jiwasraya hingga coronavirus guncang pasar modal di awal 2020

Kasus Jiwasraya dan wabah coronavirus membuat pasar modal tidak bisa menikmati 'January effect'.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Selasa, 28 Jan 2020 17:29 WIB
Jiwasraya hingga coronavirus guncang pasar modal di awal 2020

Siklus tahunan 'January effect' yang dinanti-nanti di pasar modal tidak terjadi pada 2020 ini. Dalam siklus ini, biasanya mayoritas saham mengalami kenaikan signifikan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak pembukaan perdagangan awal tahun hingga pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (28/1), telah mengalami penurunan 2,7% dari level 6.283 ke 6.110.

Vice President Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengatakan January effect tahun ini memang tidak berjalan dengan baik akibat sentimen global berupa penyebaran coronavirus di China dan sentimen domestik terkait penindakan kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero).

"Ketakutan akan coronavirus itu sangat nyata karena sudah lebih 4.000 orang terinfeksi dan 100 lebih orang telah tewas. Hal ini juga melumpuhkan perekonomian di China karena 8 kota sudah diisolasi sehingga perekonomian tidak berjalan," kata Bernadus, ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (28/1).

Bernadus melanjutkan, parahnya lagi, wabah ini terjadi saat Tahun Baru Imlek dan menyebabkan aktivitas perekonomian terhambat. Biasanya saat Tahun Baru imlek, kata Bernadus, perekonomian di China sedang kencang-kencangnya.

Bernadus pun memprediksi pertumbuhan ekonomi China bisa turun pada kuartal I-2020. Turunnya perekonomian Negara Tirai Bambu ini pun bisa berdampak ke indeks-indeks regional dan global, terutama Indonesia.

"Indonesia sebagian besar komoditas larinya ke China. Dengan adanya wabah corona ini, pasar akan melihat perusahaan Indonesia akan sulit mendapatkan permintaan seperti tahun sebelumnya dari China," ujar Bernadus.

Bernardus pun menekankan wabah corona ini merupakan sentimen yang tak berkaitan langsung dengan fundamental di emiten. Secara fundamental, kata Bernardus, perusahaan Indonesia masih cukup baik dan memiliki valuasi yang cukup murah untuk menjadi tujuan investasi.

Sponsored

Selain sentimen dari coronavirus, IHSG juga ditekan oleh turunnya Dow Jones Index (DJI) yang mengalami penurunan sangat dalam. Indeks Dow Jones pada penutupan perdagangan Senin (27/1) melemah 1,57% di level 28.535.

Turunnya DJI membuat investor regional di Asia mengalami kepanikan. Karena kepanikan inilah, kata Bernadus, investor melakukan panic selling.

Sementara itu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan coronavirus memang berdampak ke IHSG.

"Mungkin dalam jangka pendek akan ada pengaruhnya. Tiongkok juga sudah mengumumkan kalau coronavirus itu akan berdampak pada perekonomian," tutur Inarno, dalam kesempatan lain di BEI, Selasa (28/1).

Apabila coronavirus memengaruhi ekonomi China, Inarno melihat hal tersebut juga akan berpengaruh secara global. Namun, lanjut Inarno, pasar mesti ingat jika wabah tersebut bukan yang pertama kali terjadi di dunia.

"Sebelumnya ada virus flu burung, SARS, dan segala macam. Kalau kami lihat secara historis, pengaruhnya memang ada, tetapi secara jangka panjang. Kali ini, semoga tidak ada," ujarnya.

Kasus Jiwasraya

Disamping itu, kasus Asuransi Jiwasraya yang tengah ditangani oleh Kejaksaan Agung menjadi salah satu penekan IHSG selain sentimen-sentimen yang datang dari global.

Bernadus mengatakan kasus ini mengakibatkan sepinya transaksi yang terjadi di BEI. Berdasarkan data dari RTI Infokom hingga penutupan perdagangan sesi I, Selasa (28/1), transaksi yang tercatat di BEI hanya Rp2 triliun, dari yang biasanya menyentuh angka Rp8 triliun-Rp9 triliun.

"Kasus Jiwasraya sendiri ada pemblokiran 800 rekening efek dan afiliasinya yang mengakibatkan ketakutan investor untuk berinvestasi," tutur Bernadus.

Seperti diketahui, Kejaksaan Agung meminta otoritas pasar modal memblokir 800 sub-rekening efek yang terkait dengan korupsi Jiwasraya.

Adapun Inarno sendiri enggan memberikan keterangan sampai kapan pemblokiran rekening efek tersebut akan berlanjut.

"Itu kan masih dalam proses di Kejaksaan Agung. Kalau dari kami, tak masalah banyak yang diblokir karena ini bagian dari pemeriksaan di Kejagung dan kalau memang tidak terbukti terafiliasi, ya akan kami unblock," kata Inarno.

Berita Lainnya
×
tekid