sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Perusahaan rintisan yang memesona, disayang pengguna, diserbu investor

IPO startup berdampak positif bagi perusahaan, pasar modal, dan perekonomian nasional.

Qonita Azzahra
Qonita Azzahra Rabu, 10 Feb 2021 06:03 WIB
Perusahaan rintisan yang memesona, disayang pengguna, diserbu investor

Tahun 2021 digadang-gadang menjadi momentum bagi perusahaan-perusahaan rintisan atau startup untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO)

IPO merupakan salah satu opsi bagi perusahaan untuk mendapatkan pendanaan. Di luar negeri, raksasa e-commerce dunia asal China, Alibaba pernah sukses melakukan IPO. Perusahaan besutan Jack Ma itu mencatatkan sahamnya pertama kali di New York Stock Exchange (NYSE) 2014 silam. Saat itu, perusahaan mampu mengantongi dana hingga US$25 miliar atau setara dengan Rp350 triliun dari hasil IPO.

Perolehan tersebut merupakan nilai IPO terbesar di dunia, melampaui capaian dari Bank Pertanian China (Agricultural Bank of China) yang memperoleh US$22,1 miliar pada pencatatan perdana di bursa saham Hongkong.

Lima tahun berselang, perusahaan dengan kode emiten BABA itu kembali melakukan IPO di bursa saham Hongkong. Lagi-lagi, dari hasil listing itu, Alibaba dapat mengumpulkan dana segar hingga US$11,3 miliar, di tengah aksi protes anti-pemerintah yang terjadi di Hongkong saat itu.

Listing perdana di bursa Hongkong telah lama kami rencanakan. Ini membuat kami sadar apa yang telah kami lewatkan lima tahun lalu,” ujar CEO Alibaba Daniel Zhang, November 2019 lalu, dikutip Reuters.

CEO Alibaba Group Jack Ma saat hadir dalam  World Artificial Intelligence Conference (WAIC) di Shanghai, China, 2018 lalu. Foto Reuters/Aly Song.

IPO turut mendorong bisnis Alibaba hingga berkembang pesat. Bisnis perusahaan yang berdiri tahun 1999 itu menggurita. Tak hanya fokus pada jual beli, tapi juga mencakup banyak sektor. Mulai dari media, platform pembayaran, perfilman, hingga kesehatan. 

Lebih transparan

Sponsored

Beberapa perusahaan rintisan Tanah Air yang santer disebut-sebut akan melepas sahamnya di pasar modal adalah Tokopedia dan Gojek. Dua nama itu menyita perhatian publik karena menjadi unicorn pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) jika rencana tersebut terealisasi.

Valuasi keduanya yang jumbo, yakni Gojek besutan Nadiem Makarim diperkirakan bernilai lebih dari US$10 miliar dan Tokopedia yang diprakarsai William Tanuwijaya sekitar US$7 miliar, membuat IPO tersebut dinanti-nanti investor dan masyarakat.

Belum lagi jika keduanya merger, entitas gabungan itu semakin membesar. Bahkan jika dilihat dari nilai pasar, entitas baru itu nantinya akan masuk ke dalam daftar 10 besar perusahaan Indonesia dan menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara.

Daftar startup unicorn Indonesia. (Sumber: CBInsight)
Nomor Nama Perusahaan Tahun berdiri Nilai Valuasi Bidang Investor terdaftar
1.  Gojek 2016 US$10 miliar Rantai pasok, logistik dan pengiriman. Formation Group, Sequoia Capital India, Warburg Pincus.
2 Tokopedia 2016 US$7 miliar E-commerce, direct-to-consumer. SoftBank Group, Alibaba Group, Sequoia Capital India.
3. Bukalapak 2018 US$3,5 miliar E-commerce, direct-to-consumer. 500 Startups, Batavia Incubator, Emtek Group.
4.  Traveloka 2017 US$3 miliar Travel Global Founders Capital, East Ventures, Expedia Inc.
5. OVO 2019 US$2,9 miliar Fintech Grab, Tokopedia, Tokyo Century Corporation.

Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R. Sirait mengatakan selain memperlebar pendanaan, IPO juga dinilai memberi keuntungan lain bagi perusahaan rintisan.

Salah satunya, adanya perluasan akses pasar dan perbaikan budaya perusahaan atas transparansi. Setelah melantai di bursa, perusahaan akan menjadi lebih disiplin dalam mengatur sistem kerja internal mereka. 

Di sisi lain, IPO juga mendorong perusahaan lebih profesional lantaran harus mengikuti peraturan bursa efek. Hal ini pada akhirnya dapat menambah kredibilitas perusahaan dari segi Good Corporate Governance (CGC) atau tata kelola perusahaan yang baik.

Meski demikian, Sekretaris Jenderal Amvesindo Eddi Danusaputro tak menampik jika IPO juga memiliki sederet tantangan bagi perusahaan rintisan. Misalnya, soal tambahan biaya yang dikeluarkan perusahaan (cost). Utamanya dari sisi pekerjaan dan tenaga kerja yang semakin bertambah.

“Selanjutnya ada ekspektasi harga saham dari investor, kemudian perusahaan juga diharuskan untuk memenuhi target harga saham yang sudah diberikan oleh analis pasar modal. Terakhir, yang jelas harga saham akan naik dan turun,” urainya kepada Alinea.id melalui pesan singkat, Kamis (4/2).

Tantangan lain juga menanti startup pasca-IPO. Eddi mengatakan perusahaan terbuka harus mencapai target sesuai ekspektasi investor, baik itu pendapatan, keuntungan, hingga harga saham. 

Diserbu investor

Direktur PT Anugerah Investama Hans Kwee yakin investor akan menyerbu saham perusahaan rintisan. Perusahaan seperti Tokopedia memiliki popularitas tinggi di dalam negeri. Hal itu terlihat dari jumlah penggunanya yang sangat besar. 

Data Tokopedia, saat ini perusahaannya dikunjungi lebih dari 100 juta pengguna aktif setiap bulannya yang tersebar di 98% kecamatan di Indonesia. 

“Ini tentu sangat positif di pasar, karena salah satu keberhasilan perusahaan ini didukung oleh number of customer mereka,” tutur Hans kepada Alinea.id, melalui sambungan telepon, Kamis (4/2).

Saham perusahaan rintisan akan menggiurkan bagi investor ritel. Menurut Hans, jenis pemodal ini berinvestasi pada saham-saham perusahaan yang sudah dikenal dan rutin digunakan setiap hari. 

Dewasa ini, hampir semua milenial menggunakan platform digital seperti Tokopedia untuk mencari semua kebutuhan hingga ada jargon selalu ada, selalu bisa. Di sisi lain, generasi ini juga menopang angka pertumbuhan jumlah investor ritel di pasar modal dan saham. 

BEI mencatat, jumlah investor baru di sepanjang 2020 tumbuh 53,47% dari total jumlah investor pada 2019. Jumlah investor saham pada akhir 2020 mencapai 1.695.268 Single Investor Identification (SID). Kaum milenial dengan rentang usia 18-30 tahun mencapai 411.480 SID atau 70% dari total investor baru tahun 2020. 

Sementara data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga 30 Desember 2020 mencatat terdapat total 3,88 juta investor. Dari jumlah itu, sebanyak 54,8% adalah investor milenial, di bawah 30 tahun.

Hans menilai, IPO akan memberikan dampak positif, baik untuk perusahaan itu sendiri, pasar modal, maupun perekonomian nasional. Bagi perusahaan, IPO akan mendorong bisnis menjadi lebih berkembang. 

Sementara untuk pasar modal, IPO perusahaan rintisan bakal merangsang minat masyarakat untuk berinvestasi sehingga jumlah investor ritel akan bertambah. Ujung-ujungnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut terkerek. 

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan IPO unicorn seperti Tokopedia dan Gojek akan mendorong semakin banyaknya perusahaan rintisan lain untuk melantai di bursa. Pasalnya, IPO dinilai bakal meningkatkan valuasi perusahaan.

Di sisi lain, startup mengalami tekanan lantaran perusahaan modal ventura kian selektif dalam mengucurkan dananya. Startup akan melakukan IPO untuk mencari pendanaan publik. 

"Perusahaan startup membutuhkan pendanaan untuk menjalankan bisnisnya," ujar Bhima, saat berbincang dengan Alinea.id, Kamis (4/2).

Bhima memperkirakan investor akan masuk ke saham startup dan mengincar cuan dari selisih harga IPO dengan di pasar sekunder.  

BEI gelar karpet merah 

Sementara itu, untuk menarik minat perusahaan-perusahaan rintisan melakukan IPO, BEI tengah merampungkan Peraturan I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna pada Senin (11/1) lalu mengatakan revisi regulasi ini ditujukan untuk mengakomodasi berbagai karakteristik perusahaan yang ingin melantai di pasar saham. Salah satu yang ditargetkan untuk melakukan IPO adalah perusahaan rintisan sekelas unicorn

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna. Foto tangkapan layar YouTube Indonesia Stock Exchange.

Dalam video #TanyaIDX yang diunggah ke channel YouTube Indonesia Stock Exchange, Nyoman mengatakan beleid yang sedang disiapkan akan memberikan kemudahan bagi perusahaan rintisan saat melantai di bursa. Selain itu, bursa juga akan mengatur terkait perlindungan investor termasuk disclosure perusahaan.

"Dengan demikian para investor yang akan berpartisipasi sudah sadar terkait dengan risiko dan mengetahui karakteristik dari perusahaan tersebut," ujar Nyoman, dikutip Jumat (5/2). 

Menurutnya, perusahaan rintisan memiliki karakteristik yang berbeda dengan perusahaan konvensional. Prospek perusahaan konvensional akan dinilai berdasarkan laporan keuangan dan laba, sedangkan startup ditunjukkan oleh growth opportunity.

"Jadi mari bersama-sama shifting persepsi terkait bagaimana menilai perusahaan-perusahaan yang memiliki karakteristik khusus, kita harus belajar lagi melihat performance bukan dari bottom line, tapi growth opportunity," tuturnya.

Infografik menimbang dampak IPO startup. Alinea.id/Bagus Priyo.
Dalam proses merampungkan aturan tersebut, otoritas telah melakukan public hearing dan mengundang stakeholder untuk menyampaikan tanggapan pada akhir tahun lalu. Selain itu, BEI juga telah melakukan diskusi bersama para pendiri dan manajemen perusahaan rintisan. Begitu juga dengan investor, baik investor perorangan maupun modal ventura.
 

Berita Lainnya
×
tekid