Rupiah melemah terpapar sentimen dalam negeri
Kritik atas Paket Kebijakan XVI membuat kinerja mata uang Rupiah melemah.
Setelah sempat menguat sepekan, mata uang rupiah diprediksi melemah karena sejumlah sentimen negatif. Pelemahan rupiah diperkirakan melanjutkan pelemahannya pada hari ini.
Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada memprediksi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (AS) hari ini berada pada kisaran Rp14.610-Rp14.575.
"Adanya kenaikan EUR membuat pelaku pasar beralih ke Dollar," ujar Reza dalam riset hariannya pada Kamis (22/11).
Di sisi lain, sentimen perang dagang AS dan Tiongkok serta antisipasi gagalnya titik temu kesepakatan dagang antara keduanya dalam pertemuan G-20 Summit membuat laju USD masih bertahan. Sebenarnya yang dapat menolong penguatan mata uang garuda adalah sentimen dari dalam negeri.
Sayangnya, adanya sentimen negatif dari dalam negeri atas kritikan terhadap Paket Kebijakan XVI dinilai tidak akan mampu menaikan angka pertumbuhan ekonomi nasional. Plus, meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan serta penundaan proyek nasional LRT ditanggapai negatif.
"Padahal Bank Indonesia (BI) mengatakan defisit tersebut masih tergolong aman dan sehat karena impor untuk belanja modal masih lebih tinggi ketimbang impor konsumsi," kata Reza.
Sekadar mengingatkan, Rabu (21/11), rupiah di pasar spot terkoreksi sebesar 0,10% ke Rp14.603 per dollar AS ketimbang penutupan Senin lalu. Sedangkan dalam Jakarta interbank spot dollar rate (Jisdor) terkoreksi sebesar 0,22% ke level Rp 14.618 per dollar AS.
Meskipun pada akhir perdagangan kembali terkoreksi, pergerakan rupiah dianggap positif setelah kembali bangkit ke level yang lebih baik dibanding ketika pembukaan. Pergerakan Rupiah pasca libur cenderung berbalik melemah.