sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rusia-Ukraina masih panas, HBA Maret terkerek ke US$203,69/ton

Terdapat dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand.

Anisatul Umah
Anisatul Umah Senin, 07 Mar 2022 17:45 WIB
Rusia-Ukraina masih panas, HBA Maret terkerek ke US$203,69/ton

Meningkatnya eskalasi ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina membuat harga komoditas batu bara dunia melambung. Kondisi ini berdampak pada meningkatnya Harga Batubara Acuan (HBA).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) menetapkan HBA Maret 2022 sebesar US$203,69 per ton. Naik US$15,31 per ton dari Februari sebesar US$188,38 per ton.

"Konflik ketegangan geopolitik yang terjadi di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina menyebabkan ketidakpastian pada pasokan gas," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi, dalam keterangan resminya, Senin (7/3).

Agung menjelaskan Rusia merupakan salah satu produsen gas terbesar di dunia. Sehingga dengan adanya konflik ini, berdampak pada terjadinya kendala pasokan gas di Eropa.

"Negara-negara Eropa bahkan mulai beralih ke batu bara sebagai sumber energi," jelas Agung.

HBA sendiri merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.

Harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).

Terdapat dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Sponsored

Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

 

Berita Lainnya
×
tekid