sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sejuta manfaat budi daya sayur di pekarangan saat pandemi

Salah satunya, memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga.

Fatah Hidayat Sidiq
Fatah Hidayat Sidiq Kamis, 27 Agst 2020 21:41 WIB
Sejuta manfaat budi daya sayur di pekarangan saat pandemi

Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak masyarakat mengintensifkan budi daya sayuran di pekarangan rumah. Langkah ini diyakini akan memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta mengurangi risiko tertular coronavirus baru (Covid-19).

"Harapannya masyarakat semakin banyak yang memanfaatkan lahan pekarangannya untuk bertanam sayur-sayuran agar pemenuhan gizi keluarga tetap terpenuhi tanpa harus pergi ke tempat-tempat perbelanjaan," kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Tommy Nugraha, dalam keterangan tertulis, Kamis (27/8).

Keuntungan lainnya, sambung dia, memperindah lingkungan. Pun dapat mengurangi uang belanja, bahkan menjadi sumber pendapatan jika hasilnya dipasarkan. 

Dirinya menerangkan, proses budi daya sayur tidak butuh waktu lama. Beberapa jenis di antaranya bisa dipanen cepat, seperti packoy bisa dipanen 25 hari setelah tanam (HST), bayam 20 HST, kangkung 30 HST, cabai 70-75 HST, kacang panjang 40 HST, buncis 55 HST, tomat 90 HST, dan peria 40-50 HST.

Kasubdit Aneka Cabai dan Sayuran Buah, Dessi Rahmaniar, menambahkan, lahan pekarangan, baik sempit maupun luas, dapat dimanfaatkan sebagai kebun aneka sayuran.

"Jika lahan pekarangan luas, bisa bertanam di tanah secara langsung. Namun jika pekarangannya sempit, bisa dengan pot, polybag, atau teknis vertikultur," tuturnya.

Pada prinsipnya, ungkapnya, semua jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dengan menggunakan pot atau vertikultur tergangtung desain pot, rak vertikultur, dan tata letaknya di pekarangan.

Dessi lantas menceritakan pengalaman budi daya sayur di pekarangan yang dilakukannya sejak tujuh tahun silam. Dimulai dengan menanam cabai rawit menggunakan pot.

Sponsored

Sebanyak enam pot cabai yang ditanamnya mampu berproduksi selama empat tahun karena dirawat secara intensif. Saat tanamannya sudah tidak produktif, dilakukan persemaian ulang dan peremajaan dengan tanaman baru. Sehingga, kebutuhan setiap hari tetap dipenuhi.

"Dari hasil panen enam pot cabai yang saya tanam, saya tidak perlu pergi ke pasar dan keluar uang untuk beli cabai rawit setiap kali mau masak. Jika tiap rumah tangga bisa melalukan seperti yang saya lakukan, gonjang-ganjing harga cabai akibat kurangnya pasokan tidak lagi menjadi cerita klasik dari tahun ke tahun," tutupnya.

Berita Lainnya
×
tekid