sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tembus Rp15.000/US$, Apa strategi Sri Mulyani?

Nilai tukar rupiah yang menembus level psikologis Rp15.000 per dollar Amerika Serikat membuat Menkeu Sri Mulyani memutar strategi.

Sukirno
Sukirno Selasa, 02 Okt 2018 23:10 WIB
Tembus Rp15.000/US$, Apa strategi Sri Mulyani?

Nilai tukar rupiah yang menembus level psikologis Rp15.000 per dollar Amerika Serikat membuat Menkeu Sri Mulyani memutar strategi.

Menteri Keuangan meyakini sektor perbankan di Tanah Air masih cukup kuat untuk merespon dan menyesuaikan kondisi terkini terkait nilai tukar rupiah yang mencapai titik psikologis baru Rp15.000 per dollar AS.

"Kita lihat dari capital adeqequacy ratio-nya mereka, dilihat dari non performing loan mereka, dilihat dari landing rate mereka, semuanya sampai dengan bulan Oktober ini dan tampaknya menyesuaikan terhadap angka Rp15.000 terjadi secara cukup baik," kata Sri Mulyani kepada pers di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (2/10).

Pihaknya menyatakan bersama-sama dengan Bank Indonesia dan Menko Perekonomian terus melihat perkembangan rupiah.

Sri Mulyani menilai perkembangan ini tentu akan direspons oleh para pelaku ekonomi. "Di satu sisi, kita akan melihat terus indikator-indikator yang menopang perekonomian kita. Umpamanya, kalau dari sisi perbankan, apakah sektor perbankan kita cukup kuat dan terus akan bisa menyesuaikan dengan nilai Rp15.000 ini," katanya.

Ia juga melihat dari sektor riil dimana pertumbuhan ekonomi hingga kuartal III diperkirakan cukup tinggi.

"Kemarin inflasi mengalami penurunan, deflasi, dan pertumbuhan dikontribusikan dari sektor konsumsi, investasi dan pada tingkat tertentu adalah ekspor dan belanja pemerintah yang saya sampaikan tumbuh 8% bisa memberikan kontribusi yang bagus," katanya.

Dari sisi kestabilan secara umum, kata dia, tentu Bank Indonesia akan terus mengelola nilai tukar ini sehingga bisa mengawal perekonomian dan menyesuaikan dengan tingkat ekuilibrium baru.

Sponsored

"Kita tentu semua berharap dan terus akan menjaga dengan menggunakan instrumen yang ada," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya akan menggunakan instrumen APBN, fiskal dalam menjaga perekonomian, baik dalam menjaga pertumbuhan ekonomi, meningkatkan stabilitas dan juga melindungi kelompok masyarakat yang paling rawan.

"Saya melihat ini suatu tingkat yang harus kita lihat secara seksama, namun juga saya harus melihat penyesuaian terhadap level normalisasi dari kebijakan moneter Amerika yang berdampak terhadap rupiah, bisa berjalan cukup baik," katanya.

Ia berharap penyesuaian ini bisa muncul dengan tetap indikator-indikator perekonomian terjaga secara baik.

Rupiah kembali melemah

Kurs rupiah akhirnya melemah ke level psikologis baru di Rp15.000 per dollar AS pada Selasa (2/10), namun pelemahan diperkirakan tidak akan berlangsung lama asalkan upaya perbaikan defisit transaksi berjalan dapat terlihat dan memberikan sentimen positif ke pasar.

Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengatakan, tekanan terhadap rupiah Selasa ini didominasi dari tekanan ekonomi global, yakni memanasnya perang dagang AS-China dan meningkatnya harga minyak mentah dunia.

Harga minyak dunia yang sedang dalam tren menanjak, menjadi sentimen negatif bagi negara-negara net importir minyak seperti Indonesia karena berpotensi memperbesar defisit transaksi berjalan.

Hingga kuartal II-2018, defisit transaksi berjalan Indonesia sudah mencapai tiga persen dari Produk Domestik Bruto.

"Namun pelemahan rupiah yang menembus Rp15.000 per dollar AS ini bersifat sementara karena beberapa kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah sudah dikeluarkan dalam menekan defisit transaksi berjalan," kata Josua.

Nilai tukar rupiah yang sudah terperosok ke Rp15.000 merupakan tingkatan terlemah sejak beberapa tahun terakhir. Nilai mata uang Garuda belum mampu menguat meskipun dalam beberapa waktu terakhir, Bank Indonesia sudah jor-joran menahan gempuran ekonomi global, di antaranya, menaikkan suku bunga acuan hingga sebanyak lima kali menjadi 5,75%, serta menerapkan transaksi valuta asing (valas) berjangka domestik atau Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

Josua mengatakan pasar kini menanti hasil nyata dari upaya perbaikan defisit transaksi berjalan. Misalnya, hasil dari penerapan penggunaan biofuel dan 20% minyak sawit mentah (b20) yang bisa memangkas impor, kemudian kenaikan bea impor seperti tercantum dalam Pasal 22 Pajak Penghasilan, dan juga upaya mendongkrak devisa dari pariwisata.

Peluang untuk menahan pelemahan rupiah juga datang dari penerapan transaksi valuta asing (valas) berjangka domestik atau Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) oleh Bank Indonesia.

Transaksi DNDF adalah transaksi derivatif valuta asing (valas) terhadap rupiah yang standar (plain vanilla) berupa transaksi forward (berjangka) dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik. Dengan adanya DNDF, diharapkan transaksi pasar valas akan lebih dalam dan frekuensi lindung nilai (hedging) akan bertambah.

"Diharapkan dapat menahan pelemahan rupiah lebih lanjut lagi," ujar Josua.

Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore bergerak melemah sebesar 112 poin menjadi Rp15.013 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.901 per dollar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (2/10), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.988 dibanding sebelumnya (1/10) di posisi Rp14.905 per dollar AS. (Ant).

Berita Lainnya
×
tekid