sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Trump pertimbangkan tarif tambahan US$100 miliar pada China

Sikap itu adalah ancaman aksi perdagangan proteksionis terbaru terhadap China.

Hermansah
Hermansah Jumat, 06 Apr 2018 13:09 WIB
Trump pertimbangkan tarif tambahan US$100 miliar pada China

Presiden AS Donald Trump telah meminta Perwakilan Perdagangan AS (USTR) untuk mempertimbangkan mengenakan tarif tambahan US$100 miliar pada China. Hal itu meningkatkan ketegangan perdagangan dan menjerumuskan pertumbuhan ekonomi ke dalam ketidakpastian.

"Mengingat pembalasan China yang tidak adil, saya telah menginstruksikan USTR untuk mempertimbangkan apakah US$100 miliar tarif tambahan sesuai di bawah pasal 301. Jika demikian, identifikasi produk-produk yang akan dikenakan tarif tersebut," katanya dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, Kamis (5/4).

Pasal 301 dari Undang-Undang Perdagangan 1974 memberi otoritas pembuatan peraturan Pemerintah AS, memungkinkannya untuk menegakkan perjanjian perdagangan dan menyelesaikan sengketa. 

Sikap itu adalah ancaman aksi perdagangan proteksionis terbaru terhadap China. Awal pekan ini, USTR mengusulkan memberlakukan tarif tambahan 25% pada US$50 miliar produk impor dari China, yang telah ditentang keras berbagai kelompok bisnis.

China pada Rabu (4/4) meluncurkan daftar produk senilai US$50 miliar yang diimpor dari Amerika Serikat, akan dikenakan tarif lebih. Setiap tarif tambahan yang diusulkan akan menjadi subyek proses komentar publik. Seperti dalam kasus tarif yang diusulkan dan diumumkan pada 3 April.

Kendati begitu, pengenaan tarif pada impor produk China tidak akan mengurangi defisit perdagangan Amerika Serikat dengan China, beberapa pakar ekonomi mengatakan kepada Xinhua pada Kamis (5/4).

Para ahli sepakat salah satu alasan keputusan pemerintah AS mengenakan tarif pada impor China adalah defisit perdagangan AS dengan China. Tetapi langkah itu, diyakini tidak akan mencapai tujuan karena penyebab defisit tidak berubah dengan menetapkan hambatan perdagangan.

"Pemerintahan Trump mencoba membuka pasar China dan mengurangi ekspor China melalui perang perdagangan, tetapi perang perdagangan tidak dapat memecahkan masalah dan mengubah akar masalah," kata dosen tamu di University of Texas, Shaobo.

Sponsored

Sekalipun Amerika Serikat secara sepihak mengurangi defisit perdagangan dengan China, defisit perdagangan luar negerinya akan terus berlanjut, hanya dialihkan ke negara lain.

Dari perspektif historis, perang perdagangan tidak hanya gagal menyelesaikan masalah. Jika dikelola secara tidak tepat, akan meningkat menjadi krisis.

Profesor Keuangan dan Ekonomi di University of Texas, Stephen Magee, menjelaskan, ada dua alasan untuk defisit perdagangan Amerika Serikat dengan China.

Pertama, China sangat kompetitif dalam manufaktur karena upah rendah. Kedua, China memiliki tingkat tabungan pemerintah dan individu yang jauh lebih tinggi.

Itu artinya, Amerika Serikat memiliki keuntungan membeli barang-barang manufaktur lebih murah dan mendanai investasi Amerika dengan tabungan masyarakat China yang berlimpah.

Menurut dosen di departemen ekonomi di University of Texas Brian Trinque defisit perdagangan tidak boleh dimanipulasi oleh kebijakan. Apalagi sebenarnya defisit tidak buruk. Defisit besar tidak lebih buruk daripada defisit kecil. Kebijakan-kebijakan yang dimaksudkan untuk memanipulasi ukuran defisit tidak memiliki dasar dalam ekonomi.

Pemerintah AS pada Selasa (3/4) mengumumkan daftar usulan produk yang dikenakan tarif tambahan, yang mencakup ekspor China senilai US$50 miliar dengan tarif yang disarankan sebesar 25%.

China pada Rabu (4/4) membalas aksi sepihak AS dengan rencana tarifnya sendiri. China meluncurkan daftar produk yang diimpor dari Amerika Serikat senilai US$50 miliar yang akan dikenakan tarif lebih tinggi. Item-item tersebut termasuk kedelai, mobil dan produk-produksi kimia.

Berita Lainnya
×
tekid