sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Soal Khashoggi: Trump dituding berupaya membungkam intelijen

Ketidakhadiran Direktur CIA Gina Haspel dalam pertemuan dengan Senat dinilai bagian dari tekanan Gedung Putih.

Valerie Dante
Valerie Dante Rabu, 28 Nov 2018 20:02 WIB
Soal Khashoggi: Trump dituding berupaya membungkam intelijen

Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat Gina Haspel tidak akan hadir dalam pertemuan Senat yang membahas pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi. 

Gedung Putih telah membantah kabar yang menyebutkan bahwa mereka memerintahkan Haspel untuk tidak hadir.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Menteri Pertahanan AS James Mattis akan memberikan penjelasan mengenai kelanjutan hubungan AS dan Arab Saudi ke seluruh Senat secara tertutup pada Rabu (28/11) waktu setempat. 

Penjelasan perwakilan pemerintahan Trump ini dilakukan menjelang pemungutan suara Senat yang dapat memangkas dukungan AS bagi kampanye militer Riyadh di Yaman.

Dalam pembahasan isu keamanan nasional yang genting seperti ini, umumnya pejabat intelijen senior ikut ambil bagian. Pada kesempatan ini keabsenan komunitas intelijen terlihat semakin mencolok, mengingat sebelumnya Haspel menempuh perjalanan ke Istanbul untuk mendengarkan rekaman audio pembunuhan Khashoggi. 

Dia secara langsung mendengarkan rekaman suara yang disediakan oleh intelijen Turki. Setelah mendengarkan rekaman itu, Haspel juga memberi pengarahan pada Presiden Donald Trump.

Para senator senior, termasuk Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat Bob Corker, telah mendesak Haspel untuk hadir, namun hingga Selasa (27/11) malam waktu setempat tidak ada tanda-tanda kedatangannya.

Sejumlah pejabat mengatakan bahwa keputusan untuk tidak mengikutsertakan Haspel datang dari Gedung Putih. Akan tetapi, penasihat keamanan nasional AS John Bolton membantah dugaan ini.

Sponsored

"Tentu saja tidak," ujarnya pada wartawan. Tetapi dia tidak menguraikan alasan ketidakhadiran intelijen dalam pertemuan tertutup tersebut.

Menurut beberapa laporan, rekaman suara beserta materi intelijen lainnya memperkuat dugaan keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dalam pembunuhan Khashoggi. Pria yang kerap disapa MBS ini diduga memerintahkan pembunuhan yang terjadi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.

Sementara itu, Trump berpendapat bahwa laporan CIA tidak meyakinkan meski dia tidak menutup kemungkinan bahwa itu mungkin saja benar.

Kepercayaan Trump pada MBS dilihat dengan begitu skeptis oleh banyak senator yang berharap untuk secara langsung mendengar pernyataan Haspel tentang pembunuhan brutal tersebut. Peristiwa pembunuhan ini tampaknya telah memengaruhi sejumlah senator untuk menarik dukungan militer atas Arab Saudi dalam perang Yaman.

Perang Yaman diperkirakan telah menewaskan lebih dari 50.000 orang, dengan mayoritas korban disebabkan dari kampanye pengeboman udara koalisi pimpinan Arab Saudi. Penggunaan blokade ekonomi oleh koalisi Arab Saudi juga berperan dalam membawa Yaman ke ambang kelaparan. 

Save the Children sebagai LSM internasional yang mempromosikan hak-hak anak menduga sebanyak 85.000 anak Yaman telah meninggal karena kelaparan.

Meski kehadiran Haspel tetap dinantikan, hingga Selasa, pemerintah mengonfirmasi bahwa hanya Pompeo dan Mattis yang akan datang dalam pertemuan dengan Senat. Gedung Putih tidak merespons pertanyaan mengenai absennya Haspel.

"Selalu ada pejabat intelijen untuk pertemuan seperti ini," jelas seorang staf Senat kepada Guardian. "Ini belum pernah terjadi sebelumnya dan penafsirannya adalah pemerintahan Trump sedang mencoba membungkam komunitas intelijen."

Seorang mantan pejabat CIA dan ahli dalam hubungan AS-Arab Saudi dari Brookings Institution, Bruce Riedel, juga menyadari keganjilan yang terjadi.

"Gina telah menjadi petugas kasus ini. Dia pergi ke Turki dan dia adalah orang yang mendengarkan rekaman suara serta dilaporkan sudah beberapa kali memberi pengarahan kepada presiden," tuturnya.

Terkait rekaman suara pembunuhan Khashoggi, pada Selasa, Bolton mengakui pada wartawan bahwa dia belum dan tidak berniat untuk mendengarkan rekaman tersebut. Menurutnya, dia telah memahami substansi audio tersebut dari penerjemah bahasa Arab.

Saat wartawan menekan mengapa ia memutuskan untuk tidak mendengarkan sesuatu yang memiliki pengaruh besar terhadap hubungan AS dengan Riyadh, dia menjadi defensif dan mengatakan, "Berapa banyak dari kalian yang berbicara bahasa Arab? Saya kira saya harus bertanya kepada kalian mengapa kalian berpikir saya harus (mendengarkan rekamannya)? Menurut kalian, apa yang akan saya pelajari dari itu?." 

Sumber : The Guardian

Berita Lainnya
×
tekid