sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Antisipasi lonjakan Covid-19, Jepang perbanyak kapasitas rumah sakit

Penambahan tempat tidur ini sebagai persiapan untuk kemungkinan adanya kebangkitan infeksi Covid-19 pada musim dingin.

Sita Aisha Ananda
Sita Aisha Ananda Jumat, 12 Nov 2021 11:32 WIB
Antisipasi lonjakan Covid-19, Jepang perbanyak kapasitas rumah sakit

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, menjelaskan mengenai rencana mendesak untuk menambahkan tempat tidur di rumah sakit dan sumber daya medis, pada Jumat (12/11). Penambahan tempat tidur ini sebagai persiapan untuk kemungkinan adanya kebangkitan infeksi Covid-19 pada musim dingin.

Setelah gelombang infeksi kelima yang mematikan dan hampir membanjiri sistem medis selama musim panas, angka infeksi dan kematian secara drastis turun, karena adanya vaksinasi yang meningkat dan mencakup lebih dari 70% populasi.

Langkah-langkah darurat sudah mulai dicabut bulan lalu, tetapi para ahli kesehatan memperingatkan bahwa kasus kemungkinan akan meningkat lagi. Pemerintah berencana untuk meningkatkan kapasitas tempat tidur di rumha sakit sekitar 30%, meningkatkan perawatan di rumah, dan mengumpulkan data untuk memprediksi rumah sakit mana yang akan mengalami lonjakan.

Untuk mencegah kekurangan tempat tidur, Kementerian Kesehatan telah mengadopsi sistem yang menggunakan data infeksi masa lalu dan sekarang untuk memprediksi kapan dan di mana sumber daya medis akan mengalami tekanan.

"Sejajar dengan penguatan sistem medis, mulai Desember akan menggunakan sistem IT untuk mengumumkan jumlah tempat tidur rumah sakit dan kondisi di setiap rumah sakit," kata Kishida kepada wartawan.

Selain itu, Jepang akan membayar sekitar US$1,2 miliar kepada Merck & Co Inc untuk 1,6 juta kursus pil antivirus Covid-19, molnupiravir, menurut persyaratan yang diumumkan pada Rabu (10/11).

Suntikan booster vaksin juga akan dimulai bulan depan. Pemerintah saat ini sedang mempertimbangkan untuk memperluas inokulasi kepada anak-anak berusia lima tahun.

"Gelombang keenam adalah pertanyaan tentang kapan dan bukan jika. Karena situasi saat ini di Jepang tenang, tampaknya baik-baik saja untuk mencabut beberapa pembatasan sekarang. Namun, saya khawatir apakah orang dapat kembali ke 'keadaan menahan diri secara sukarela' lagi saat dibutuhkan," kata Yuki Furuse, profesor Universitas Kyoto yang mengembangkan alat prediksi.

Sponsored


Sumber : Reuters

Berita Lainnya
×
tekid